Analisis Wacana Tā’ marbūṭ ah di akhir kata

diangkat sebagai istilah linguistik. Dalam linguistik, wacana dimengerti sebagai satuan lingual linguistic unit yang berada di atas tataran kalimat. 17 Bagaimana teks dapat menciptakan suatu wacana, secara garis besar, dapat disimpulkan pengertian wacana adalah satuan bahasa terlengkap daripada fonem, morfem, kata, klausa, kalimat dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis ini dapat berupa ucapan lisan dan dapat juga berupa tulisan, tetapi persyaratanya harus dalam satu rangkaian dan dibentuk oleh lebih dari sebuah kalimat. Sebagai objek kajian dan penelitian kebahasaan, Aspek-aspek yang terkandung didalam wacana menyuguhkan kajian yang sangat beragam. Dalam memahami wacana ada tiga hal yang paling penting yaitu, teks, konteks dan wacana. Teks dalam pengertian umum, seperti yang diungkap oleh Rina Ratih adalah dunia semesta, bukan hanya pada teks tertulis atau teks lisan. Adat istiadat, kebudayaan, film dan drama juga termasuk teks. 18 Dengan kata lain teks adalah semua bentuk bahasa yang bukan hanya kata-kata baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Teks adalah bentuk pelembagaan sebuah peristiwa dalam bentuk tulisan bahkan teks juga dapat digambarkan sebagai setiap bentuk bahasa yang tidak terbatas pada bahasa verbal lisan dan tulisan. 19 Konteks adalah situasi di luar 17 Baryadi Praptomo, Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondhosuli, 2002, hal. 2. 18 Rina Ratih, “Pendekatan Intertekstual dalam pengkajian sastra,” dalam Metodologi Penelitian Sastra, ed. Jabrohim Yogyakarta: Hanindita Graha Widia, 2001, h. 137 19 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framming, Bandung: Rosdakarya, 2001 h. 53 teks yang mempengaruhi penggunaan bahasa. Sedangkan wacana adalah apabila konteks dan teks berada dan dimaknai secara bersama-sama. Dalam konteks wacana, menurut J. D. Parera, harus terdiri dari tiga hal; i setting, menyangkut waktu, tempat, dan situasi kejadian ii kegiatan, semua kegiatan yang terjadi dalam interaksi berbahasa dan iii relasi, hubungan dan jenis hubungan yang terjadi dalam interaksi tersebut. 20 Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimasukkan dan sebagainya. Di sini wacana kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Di sini tidak hanya proses kognisi dalam arti umum, tetapi juga gambaran spesifik dari budaya yang dibawa. Studi mengenai bahasa di sini memasukkan konteks, karena bahasa selalu berada dalam konteks, dan tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi dan sebagainya. 21

2. Analisis Wacana Teun van Dijk

Secara garis besar analisis wacana adalah tindakan dalam mengupas ideologi yang tersirat dalam sebuah teks. Karena penelitian ini menggunakan 20 J. D. Parera, Teori Semantik Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h. 120-121. 21 Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS, 2001 h. 9. model teori Van Dijk maka perlu diketahui terminologi analisis wacana dari Van Dijk sendiri yang dikutip dari buku “Aims of Critical Discourse Analysis” Critical Discourse Analysis CDA has beome the general label for study of text and tal, emerging from critical linguistics, critical semiotics and in general rom socio-politically conscious and oppsitional way of investigating language, discourse and communication. As is the case many fields, approaches, and subdiscipline in language and discourse studies, however it is not easy precisely delimit the special principles, practice, aims, theories or methods of CDA. 22 Studi wacana ini berasal dari analisis linguitik kritis. Merambah pada ilmu social lainnya, seperti analisis semiotik kritis, bahasa, wacana, komunikasi, dan ilmu sosial lainnya. Meski awalnya berasal dari bahasan wacana linguistic, tapi tidak menutup kesempatan pada ilmu sosial lainnya. Van Dijk memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses ananlisi terhadap relasi kekuasaan atau hegemoni dengan wacana adalah pola-pola akses terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompok-kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan agar relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat jelas, maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-bentuk masyarakat, ilmu pengetahuan, ideologi beragam representasi sosial lain yang terkait dengan pola pikir sosial. Kaitannya adalah hubungan individu dengan masyarakat, serta struktur sosial makro dengan mikro. 22 Teun Van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, Japan Siscorse, 1995 Vol. 1, h. 17. Menurut Van Dijk, analisis wacana memiliki tujuan ganda: sebuah teoretis sistematis dan deskriptif, yaitu struktur dan strategi di berbagai tingkatan wacana lissan tertulis, dilihat baik sebagi objek tekstual dan sebagai bentuk praktik sosial budaya antar tindakan dan hubungan. Sifat teks ini berbicara dengan relevan pada struktur kognitif, sosial, budaya dan konteks sejarah. Dengan kata lain studi analisis teks dalam konteks. Momentum penting dalam pendekatan tersebut terletak pada fokus khusus yang terkait pada isu sosial-politik, dan terutama membuat eksplisist cara penyalahgunaan kekuasaan kelompok dan mengakibatkan ketidaksetaraan, legitimasi, atau ditantang dalam dan dengan wacana. 23

3. Kerangka Wacana Van Dijk

Wacana digambarkan mempunyai tiga dimensi, yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggbungkan ketiga dimensi tersebut dalam kesatuan analisis. 23 Teun Van Dijk, Discourse and society: Vol 4 2. London: Newbury Park and New Delhi: Sage, 1993, h. 249. Konteks Sosial Kognisi Sosial Teks Gambar 1. 24 Diagram Model Analisis Van Dijk Sedangkan skema penelitian dan metode yang biasa dilakukan dalam kerangka Van Dijk adalah sebagai berikut: Tabel 1 25 Skema Penelitian dan Metode Van Dijk Struktur Metode Teks Menganalisis strategi wacana yang digunakan untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk memarjinalkan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu. Linguistik Kritis Kognisi Soisial Menganalisis bagaimana kognisi penulis dalam memahami seseorang atau peristiwa tertentu yang akan ditulis. Wawancara Konteks Sosial Menganaisis bagaimana wacana yang Studi Pustaka, penelusuran sejarah, dan wawancara. 24 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 224 25 Ibid, h. 225 berkembang di masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa digambarkan.

a. Dimensi Teks

Sebagai bagian dari model analisis wacana dalam pewacanaan yang lebih kompleks, Teun Van Dijk membagi dimensi teks pada pendekatan pencermatan atas tiga tingkatan struktur wacana, yaitu: Struktur makro, strukutur supra, dan struktur mikro macrostructure, superstructure, and microstructure. Van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat digunakan untuk melihat suatu wacana yang terdiri dari berbagai tingkatan atau struktur dari teks yaitu Tabel 2 Struktur Teks Van Dijk 26 Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat suatu teks Struktur Supra Kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya bahasa yang dipakai oleh suatu teks. 26 Ibid, 227.

1 Struktur Makro

Struktur makro dalam teori wacana memiliki fungsi lebih terbatas. Hal ini digunakan untuk menjelaskan berbagai pengertian tentang makna global, seperti topik, tema, atau inti. Ini berarti bahwa struktur makro dalam wacana adalah objek semantik. Menurut prinsip-prinsip semantik eksplisit, aturan yang harus dirumuskan untuk menghubungkan makna kata dan kalimat yaitu, struktur lokal dengan struktur makro semantik. Selanjutnya, struktur makro dalam teori wacana diperlukan untuk menjelaskan gagasan intuitif koherensi: wacana A tidak hanya koheren di tingkat lokal misalnya, dengan koneksi berpasangan antara kalimat, tetapi juga di tingkat global. 27 Van Dijk menggambarkan gagasan struktur global adalah relatif jika hal itu dapat didefinisikan hanya berkenaan dengan beberapa gagasan seperti struktur lokal. Hal yang sama harus berlaku untuk gagasan struktur makro. Struktur makro pada akhirnya dibutuhkan dalam menentukan makna global. Dalam prosesnya, teori umum interaksi berbagai jenis struktur sosial, seperti konteks sosial dan frame interaksi, aturan, konvensi, norma, dan berbagai kategori peserta seperti fungsi atau peran, mungkin terkait dengan tindakan global dan tidak selalu tindakan lokal masing-masing. 28 Maka dalam artian ini pewacanaan yang disajikan dalam suatu teks interaksi tidak hanya memungkinkan perencanaan dan pengendalian urutan 27 Teun A. van Dijk, Macrostructures An Interdisciplinary Study of Global Structures in Discourse, Interaction, and Cognition, Hillsdale, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers 1980, h. 10. 28 Ibid, h. 11