yang diangkat suatu teks Pada bab ini, menurut penulis struktur makro yang tersaji di dalam fragmen-fragmen ayat-ayat jihad tadi adalah objek semantik.
Struktur makro yang penulis gunakan dalam wacana terjemahan ayat-ayat jihad Kemenag untuk menjelaskan gagasan intuitif koherensi: wacana jihad pada ayat-
ayat tadi tidak hanya koheren di tingkat lokal misalnya, dengan koneksi berpasangan antara kalimat, tetapi juga di tingkat global.
Sebagai gambaran, struktur wacana dapat tersusun atas adanya elemen- elemen dari struktur makro, struktur supra dan struktur mikro. Secara
sederhananya penyusunan struktur wacana tersusun seperti gambar berikut.
Tabel Elemen Wacana Teks Van Dijk
Struktur Wacana
Elemen Temuan
Struktur Makro
Tematik Topik Wacana hasil terjemahan Ayat-ayat Jihad
Kementerian Agama
Struktur Supra
Skema Alur
1. Pernyataan beragam
oleh kelompok-kelompok
ideologis mengenai
ayat-ayat jihad
terjemahan Kemenag. 2. Pemaparan kasus-kasus terorisme
dan argumen atas kekeliruan
dalam memahami ayat-ayat jihad.
Struktur Mikro
Semantik, Sintaksis,
Stilistik, Retoris
Analisis terjemahan dari ketiga fragmen ayat jihad yang disebutkan, yaitu QS. 2:191, QS.
8:39, QS.9:123.
2. Struktur Supra
Penulis menyepakati bahwa dalam setiap wacana juga terdapat ideologi di dalamnya. Wacana akan selalu bersinggungan dengan ideologi. penulis ingin
mengemukakan bahwa penggunaan dan pemahaman teks agama secara sempit berimplikasi menimbulkan suatu kerancuan keyakinan. Hal ini menurut penulis
adalah sebagai dasar pembentukan wacana mengenai adanya terjemahan harfiyah ayat-ayat Alquran yang berpotensi untuk mengajak orang beraliran keras.
Seperti dalam hal ini penulis mengutip hasil kajian dari Saifur Rohman dalam studi kasus buku Imam Samudra yang berjudul Aku Melawan Teroris 2004.
Imam Samudra mengatakan “Bom Bali adalah satu di antara perlawanan yang ditujukan terhadap penjajah Amerika dan sekutunya”.
68
Di dalam kesimpulan buku tersebut Imam Samudera menulis: Umat Islam harus bangkit melawan
mereka dengan segala daya dan upaya. Perlawanan yang disyariatkan oleh Islam adalah dengan cara jihad. Maka, bom Bali adalah salah satu bentuk jawaban
yang dilakukan segelintir kaum Muslimin yang sadar dan mengerti arti sebuah pembelaan dan harga dirii.
69
Dari tulisan tadi Imam Samudera memperkenalkan kata bom yang dirangkai dengan perlawanan, penjajah, syariat, jihad, dan sekutu. Konstruksi yang hendak
dihadirkan adalah legitimasi terhadap aksi pengeboman itu karena didasari oleh gerakan perlawanan. Amerika adalah musuh yang selama ini dianggap sebagai
68
Dalam sebuah tulisan Memutus Mata Rantai Radikalisme Dan Terorisme Di Indonesia: Analisis Psikologi, Filsafat, Dan Kultural,. Saifur
Rohman, mengatakan Terorisme pada mulanya adalah sebuah perwujudan dari endapan pemahaman mistis. Pemahaman itu diwadahi oleh produk keyakinan
yang dimiliki oleh kaum Semit, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. Masing-masing keyakinan itu melahirkan identitas sebagai fundamentalis. Di dalam aras
kebudayaan, ia memanfaatkan teori konflik kebudayaan sebagaimana diwariskan oleh Huntington.Intinya, kebudayaan sebagai identitas eksklusif itu saling
berhadap-hadapan untuk melancarkan pembenaran.
69
Imam Samudera, Aku Melawan Teroris., h. 114.
penjajah yang harus diserang. Bila membaca lebih jauh, dasar penyerangan itu adalah ayat-ayat suci yang diyakini sebagai benar. Sebab, menurutnya, ayat itu
memberikan jaminan surga kepada mereka yang melakukan jihad di jalan Tuhan. Dengan kata lain, konstruksi wacana yang berkembang di masyarakat adalah
telah terjadi penyalahgunaan terjemahan Alquran yang dilakukan oleh Imam Samudra. Terjemahan telah dijadikan alat propaganda dalam menebarkan
hegemoni terorisme dan menyebabkan kekusutan situasi dalam pemikiran masyarakat. Hendropriyono juga berpendapat dengan memanfaatkan Ludwig
Wittgenstein sebagai titik tolak teoretisnya untuk mengkaji terorisme. Bahwasanya tudingan-tudingan teror antara fundamentalisme Kristen dan Islam
tidak lebih sebagai permainan bahasa. Adapun rumusan penulisnya menyatakan bahwa: Walau pelaku terorisme berangkat dari perbedaan sumber pengetahuan
dengan pembenaran masing-masing yang berbeda, tetapi keyakinan ontologis mereka terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa bersifat jumbuh identik. Artinya,
semua pihak sama-sama mengacu kepada sesuatu keyakinan yang sama, yang identik, yaitu kepada “yang ada”, yang berada di atas segala-galanya.
70
Selain hal tadi terdapat temuan penulis mengenai pernyataan dari Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Indonesia MMI Pusat, Irfan S. Awwas
mengenai kualitas terjemahan dari kementerian Agama yang dimuat di tempo.co pada Senin, 25 April 2011. Irfan mengatakan, bom bunuh diri di masjid
Kepolisian Resor Kota Cirebon pada medio April 2011 lalu adalah tanggung
70
AM Hendropriyono, Terorisme, Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2009
jawab Kementerian Agama. Ia menilai pemerintah salah menerjemahkan Alquran selama puluhan tahun. Kesalahan terjemahan pada sekitar 3.400 ayat itu diduga
memicu tindakan radikalisme.
71
Selain itu Irfan juga menyebutkan secara spesifik salah satu terjemahan surat at-Taubah, ayat 123 versi Depag sekarang Kemenag:
“Wahai orang-orang beriman Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah,
bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Irfan pun mengatakan, Apabila muncul ideologi permusuhan terhadap orang kafir, lalu terjadi konflik
horizontal, bahkan pembunuhan disebabkan membaca teks terjemahan di atas. Maka bukan salah pembaca, karena kalimat dalam terjemahan memang salah,
yang menyimpang dari sababun nuzul sebab turunnya ayat tersebut.
72
Meskipun begitu fragmen bantahan dari Abdul Jamil dan Muchlis M Hanafi, masing-masing Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag dan Kepala Bidang
Pengkajian Alquran Puslitbang Kemenag pun tak kalah menarik. Menurut mereka, asumsi MMI tentang terjemahan Alquran terbitan Kemenag sebagai pemicu aksi
terorisme, sangat bertentangan dengan sejumlah fakta yang ada. Fakta tersebut di antaranya, mayoritas warga Muslim Indonesia mengandalkan terjemahan dalam
memahami Alquran. “Jika betul asumsi itu, teroris di Indonesia pasti lebih
71
Artikel diakses dari situs http:www.tempo.coreadnews20110424078329688 pada tanggal 29 Nopember 2013.
72
Artikel diakses melalui situs http:www.arrahmah.comread2011051212463-apologi-tim-terjemah-alquran-
depag.html pada tanggal 29 Nopember 2013.
banyak. Sedangkan faktanya kelompok teroris jumlahnya sedikit dan mereka umumnya anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Alquran yang diterbitkan
oleh pemerintah.”
Dari berbagai rangkaian fragmen tadi, penulis melihat terdapat skema yang menunjukkan kesesuaian alur. Penulis melihat bahwa terdapat ungkapan
retoris, yang berfungsi sebagai penjelasan, spesifikasi, perbandingan, atau kontradiksi. Dalam hal ini penulis sejalan dengan Van Dijk memberikan kalimat
atau proposisi untuk kategori fungsional, yang memiliki hubungan dengan kalimat atau proposisi lainnya. Dengan demikian, skema kontradiksi dari fragmen
argumen di atas menjelaskan bahwa argumen adalah salah satu jenis struktur supra. Argumen merupakan struktur penalaran dan argumentasi skema untuk
penalaran diterima di dalam silogisme, dengan demikian, merupakan karakteristik untuk apa yang kita pahami dengan gagasan yang lebih umum dari
suprastruktur.
73
3. Struktur Mikro
Pada BAB II sebelumnya dijelaskan struktur mikro microstructures memegang peranan penting dalam pembentukan macrostructures yang saling
berkaitan dengan konteks yang ada. Seperti diketahui wacana global ditentukan oleh hubungan antara struktur makro di satu sisi dan struktur semantik kalimat
dan urutan yaitu, mikro di sisi lain. Dalam bagian ini, penulis akan menyajikan
73
Lihat kembali Teun A. van Dijk, Macrostructures An Interdisciplinary Study of Global Structures in Discourse, Interaction, and Cognition, h. 108.
aspek semantik, stilistik dan retorik yang tertuang dalam analisis ayat qitâl dan jihad.
a. Penerjemahan Ayat Qitâl
Sebelum melangkah ke pembahasan wacana, terlebih dahulu penulis akan menganalisis penerjemahan kata qitâl. Lantas apa hubungan antara jihad dengan
qitâl? Kata jihad dan qitâl meski memiliki bentukmabna yang sama, belum tentu memiliki makna yang sama pula. Lalu apa saja derivasi dari kata qitâl yang
terdapat di dalam al-Qur’an, dan digunakan untuk makna apa saja kata-kata tersebut? Dalam Lisan al-Arab, Ibnu Manzhur memaparkan bahwa kata ل ﺎ ـ َﺘ ِﻘ ْﻟ ا al-
qitâl adalah bentuk masdar dari kata َﻞ ـ َﺗ ﺎ َﻗ
- ُﻞ
qâtala-yuqâtilu -tepatnya tsulatsi mazid satu huruf bab fi’âl dari kata ﻞ ﺘ ﻗ yang mengandung tiga pengertian
yaitu 1 ‘berkelahi melawan seseorang’, 2 ه ا َد ﺎ َﻋ ‘âdâhumemusuhi, dan 3 ء ا َﺪ ْﻋ َﻷ ا َب َر ﺎ َﺣ hâraba al-a‘dâ’memerangi musuh.
74
Kata ل ﺎ َﺘ ِﻗ qitâl merupakan salah satu bentuk kata turunan dari kata َﻞ ـ َﺘ َﻗ
- -
ﻼ ـ ْﺘ َﻗ qatala – yaqtulu – qatlan. Kata ﻞ ـ َﺘ َﻗ menurut Ibnu Faris mengandung
dua pengertian, yaitu ل ﻻ ْذ ِإ idzlal= merendahkan, menghina, melecehkan dan َﻣ ِإ
ﺔ َﺗ ﺎ ـ imâtah = membunuh, mematikan.
75
Pendapat ini sama dengan apa yang diungkapkan oleh Ibn Manzhur. Ibn Manzhur menulis
... qatalahu yaitu jika ia membunuhnya dengan memukul, dengan batu….
74
Al-Imam al-‘Alamah Ibn Manzur, Lisân al-Arab, Qahirah: Dar al-Ma’ârif, [t.th], Jilid.V, h. 3531.
75
Abiy al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariyya, Mu’jam Maqâyis al-Lughah, tahqiq ‘abd al-Salam Muh
ammad Harun Beirut: Dar al-Fikr, 1979, Juz. V, h. 56
Quraish Shihab dalam tafsir Al Misbah menerangkan bahwa makna qâtala di dalam ayat adalah berperang. Beliau menambahkan, bahwa ada juga yang
membaca dengan qutila terbunuh. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa ayat- ayat Alquran-baik ayat ini maupun ayat lain- tidak ada yang menjelaskan berapa
orang di antara para Nabi tersebut yang berperang atau yang terbunuh.
76
Selanjutnya, untuk dapat menangkap tema dan wacana yang terkandung di dalam Alquran terjemahan Kementerian Agama, penulis akan menyajikannya
berdasarkan tema yang terkandung pada setiap kalimat dalam ayat yang telah disebutkan.
Baik QS. 2:191, QS. 8:39, QS.9:123 ini bercerita tentang kapan peperangan tersebut dimulai dan harus dihentikan yaitu ketika tidak ada lagi
fitnah. Adapun yang dimaksud dengan fitnah adalah syirik dan penganiayaan. Jalaluddin As-Suyuthi Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahally, dalam
tafsirnya menjelaskan tentang surat al-Baqarah ayat 191 bahwa penggunaan kata Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menjumpai mereka, serta usirlah
mereka di mana mereka mengusir kamu artinya di Mekah, dan ini telah dilakukan oleh nabi terhadap mereka pada tahun pembebasan. Sedangkan fitnah itu, artinya
kesyirikan mereka lebih berat, maksudnya lebih berbahaya dari pembunuhan terhadap mereka, yakni di tanah suci atau sewaktu ihram yang mereka hormati itu.
Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjid al-Haram, maksudnya di tanah suci, sebelum mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka
76
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, Jakarta: Lentera Hati, 2008, Cet. X, Vol. 2, h. 237