Pengertian terorisme untuk pertama kali dibahas dalam European Convention on the Suppression of Terrorism ECST di Eropa tahun 1977 terjadi
perluasan paradigma arti dari Crimes Againts State menjadi Crimes Against Humanity. Crimes Againts Humanity meliputi tindak pidana untuk menciptakan
suatu keadaan yang mengakibatkan individu, golongan dan masyarakat umum ada dalam suasana teror.
50
Sedangkan Menurut Loebby Loqman, terorisme sebagai senjata psikologis
untuk menciptakan suasana tidak menentu serta menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat atau
kelompok tertentu untuk menaati kehendak pelaku teror. Kegiatan terorisme umumnya di lakukan dengan sasaran acak,
bukan langsung kepada lawan,sehingga dengan dilakukan teror tersebut diharapkan akan mendapatkan
perhatian pihak yang dituju.
51
B. Terorisme dan Warisan Pencerahan
Ideologi eksplisit para teroris yang menyerang Twin Towers dan Pentagon pada 119 ialah penolakan atas jenis modernitas dan sekularisasi yang di dalam
tradisi filsafat diasosiasikan dengan konsep Pencerahan. Dalam filsafat, Pencerahan menggambarkan bukan hanya sebuah periode spesifik, yang secara
historis bertepatan dengan abad ke-18 melainkan juga afirmasi atas demokrasi dan
50
ibid, h., 23.
51
Loqman Loebby, Analisis Hukum dan Perundang-Undangan Kejahatan Terhadap
Keamanan Negara Indonesia,Jakarta: Universitas Indonesia,1990 h. 98
pemisahan kekuasaan politik dari kepercayaan keagamaan yang dijadikan fokus oleh revolusi Perancis dan Revolusi Amerika.
52
Dalam tulisannya, Kant menyatakan bahwa pencerahan ialah kebangkitan manusia dari ketidakdewasaanya yang ditimpakan pada dirinya sendiri.
Ketidakdewasaan merupakan ketidakmampuan menggunakan pemahamannya sendir tanpa bimbingan orang lain. Lebih sekadar segugus kepercayaan.
Pencerahan menandai putusnya hubungan masa lalu, yang dimungkinkan hanya atas
ketidaktergantungan individu
di hadapan
otoritas. Tepatnya
ketidaktergantungan inilah merupakan ciri modernitas.
53
Lalu apa kaitan terorisme dengan Pencerahan? Di sini Habermas berpaling dari modernitas dan menganggap bahwa fundamentalisme merupakan
inkarnasinya. Habermas berpendapat bahwa fundamentalisme sebagai suatu fenomen yang secara eksklusif bersifat modern. Sebagaimana Kant, Habermas
memahami modernitas lebih merupakan suatu perubahan dalam sikap kepercayaan dari pada sebuah korpus kepercayaan-kepercayaan yang koheren.
54
Suatu sikap kepercayaan lebih menunjukkan jalan di mana kita percaya ketimbang apa yang kita percaya. Jadi, fundamentalisme kurang berurusan dengan
suatu teks atau dogma keagamaan yang spesifik dan lebih berurusan dengan modaitas kepercayaan. Apakah kita mendiskusikan kepercayaan fundamentalisme
52
Borradori Giovanna, Filsafat Dalam Masa Teror, Dialog dengan Jurgen Habermas dan Jacques Derrida, Pnrj. St Sunardi Jakarta: Kompas, 2005, h. 22
53
Ibid, h. 22
54
Ibid, h. 22