Hubungan Terjemahan Ayat Alquran Kementerian Agama dengan

dapat dilacak pada sisi pemahaman keagamaan mereka. Dalam Islam, pemahaman yang literal dan parsial serta sepotong-sepotong terhadap Alquran dan Sunah Nabi mengakibatkan seseorang terperangkap ke dalam wawasan sempit dan tidak mampu melakukan kontekstualisasi ajaran dalam kehidupan konkret. 62 Umpamanya, mereka mengartikan jihad dalam Alquran sebatas arti harfiah yang tersurat. Mereka tidak mencoba lebih jauh melalui cara pemahaman terhadap sebab-sebab historis yang terkait dengan konsep itu, lalu menangkap nilai-nilai universal yang dikandungnya untuk diaplikasikan ke dalam situasi konkret saat ini, yang jelas berbeda dengan situasi yang ada pada masa turunnya Alquran. Hal ini semakin mengeras ketika faktor-faktor lain, semisal politik ekonomi, ikut masuk ke dalamnya. Suatu kelompok dengan pemahaman keagamaan yang literalis akan bermetamorfosis menjadi gerakan radikal manakala kelompok itu secara ekonomi atau politik merasa ditindas oleh kelompok pemeluk agama lain. Selain itu, unsur lain yang membuat seseorang atau suatu kelompok bersikap radikal adalah sikap curiga terhadap kelompok atau penganut agama lain. Adanya kecurigaan semacam tuduhan bahwa suatu umat dari agama lain melakukan kecurangan dalam menyebarkan misi agama, menjadi peluang pada 62 Abd A’la, Melampaui Dialog Agama, h. 17. kelompok yang memiliki kecurigaan itu untuk menanggapinya melalui cara-cara reaksioner yang mengarah kepada bentuk kekerasan dan semacamnya. 63 Dalam kondisi yang penuh kecurigaan ini, suatu kelompok radikal akan melihat segala persoalan yang berkaitan dengan umat dari agama lain dalam perspektif teologi eksklusif. Jika kelompok itu dari Islam, ia akan melihat permusuhan yang kebetulan terjadi antara seorang muslim dan seorang Kristen sebagai permusuhan agama. Meskipun sebenarnya persoalannya bersifat pribadi, kultural atau tidak ada hubungan sedikitpun dengan persoalan akidah. 64 Seringkali sikap-sikap menentang, khususnya dalam kancah pemikiran, disebabkan oleh “ketidaktahuan” atau adanya proses “kekaburan” yang timbul dari anggapan picik bahwa “apa yang ada dalam pikiran” identik dengan “apa yang ada dalam kenyataan”. Tingkat kerancuan ini – dan ketidakpahaman yang ditimbulkannya serta penentangan dan permusuhan sebagai kelanjutannya – kian bertambah kompleks ketika “apa yang ada dalam pikiran” tersebut merupakan sesuatu yang kuno dan berakar dalam. Sebab, kekunoan itu telah memberinya sifat kepurbaan, suatu sifat yang membuatnya bernilai otoritatif dan tidak dapat diotak- atik atau didekati, karena merupakan otoritas suci. 65 Abu Zaid juga mengatakan, salah satu pemikiran yang mengakar kuat dan otoritatif tersebut – yang hampir merupakan akidah karena kepurbaan dan 63 Ibid , h. 18 64 Ibid.,h. 19 65 Nasr Hamid Abu Zaid, , Teks Otoritas Kebenaran, dari judul asli An;Nashsh, as- Shulthah, al-Hakikah,Pnrj. Sunarwoto Dema Yogyakarta: LKIS, 2012, h. 85. dominasinya adalah pemikiran bahwa Alquran yang diturunkan melalui Jibril kepada Muhammad adalah teks yang qadim dan azali dan ia merupakan salah satu di antara sifat-sifat Dzat Tuhan. Karena Dzat Tuhan adalah azali dan tak bermula maka demikian pula halnya dengan sifat-sifat-Nya dan segala yang berasal dari- Nya. Alquran adalah firman Allah, dengan demikian, ia juga qadim karena termasuk di antaranya sifat-sifat yang azali dan qadim tersebut. BAB IV ANALISIS WACANA TERHADAP PENERJEMAHAN AYAT-AYAT JIHAD DALAM ALQURAN TERJEMAHAN KEMENTERIAN AGAMA

A. Kekeliruan Pemahaman Mendasar dalam Terjemahan Ayat-ayat Alquran tentang Jihad dan Perang

Seperti telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, skripsi ini bertujuan untuk menelaah lebih lanjut tentang kajian wacana hasil terjemahan Alquran oleh Kementerian Agama, lebih khusus kepada ayat-ayat yang sering dijadikan acuan dalam gerakan radikalisme. Titik pembahasan penulis adalah pada QS. 2:191, QS. 8:39, QS.9:123. Surat Al Baqarah : 191 َﻚ Terjemahan : Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu Mekah; dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu, maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Selanjutnya, QS al-Anfal 39 ﺎ َﻤ ِﺑ ّﷲ ﱠن Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti dari kekafiran, maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. Simak pula at-Taubah : 123 ا ْﻮ “Wahai orang-orang beriman Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas darimu dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Dari pemaparan di atas bisa dikatakan bahwa semua ayat-ayat tadi menerangkan tentang jihad dan perang. Jihad memang dipahami secara beragam oleh umat Islam. Masing-masing golongan umat memiliki metodologi sendiri dalam menjelaskan definisi jihad yang paling benar. Dalam tulisannnya