Kedua, wacana tentang teror, dalam kasus yang terjadi di Indonesia, dan; hubungan terjemahan ayat Alquran Kementerian Agama terhadap terorisme.
Bab IV Analisis Wacana Terhadap Penerjemahan Ayat-Ayat “Teror” Dalam
Alquran Terjemahan Kementerian Agama Bab ini terdiri dari tiga sub bab: Pertama, Kekeliruan Pemahaman Mendasar Dalam Terjemahan Ayat-ayat
Alquran Tentang Jihad dan Perang. Kedua, Analisis Semantik Terjemahan Ayat “teror” dalam Alquran. Ketiga, Pembentukan Wacana Terhadap Penerjemahan
Ayat-ayat “teror” QS. 2:191, QS. 8:39, QS.9:123. Keempat, Bantahan Terjemahan “Teror”. Kelima, Analisis Wacana Kritis.
Bab V penutup, terdiri dari dua sub bab; Kesimpulan dan kedua saran.
BAB II PIJAKAN TEORI
A. Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Wacana berasal dari bahasa Sansekerta wacwakvak, yang artinya berkata, berucap. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi
wacana.
14
Sedangkan pengertian wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirarki gramatikal tertinggi dan merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau
terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, cerpen, atau prosa dan puisi, seri ensiklopedi dan lain-lain serta paragraf, kalimat,
frase, dan kata yang membawa amanat lengkap. Jadi, wacana adalah unit linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa.
15
Istilah wacana dipakai dalam bahasa indonesia dipakai sebagai padanan terjemahan kata discourse dalam bahasa Inggris. Secara etimologis kata
discourse itu berasal dari bahasa latin discursus ‘lari kian kemari’. Kata discourse itu diturunkan dari kata discurrere. Bentuk discurrere itu merupakan gabungan
dari dis dan currere ‘lari, berjalan kencang’.
16
Wacana atau discourse kemudian
14
Douglas dalam Mulyana, Kajian Wacana : Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005, hal. 3.
15
Kridalaksana dalam Yoce Aliah. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama, 2009
16
Wabster dalam Baryadi Praptomo, Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondhosuli, 2002, hal. 1.