yang susuai dengan bahasa aslinya.
44
Menurut Az-Zarqaniy, terjemahan seperti ini tak ubahnya dengan kegiatan mencari padanan kata. Terjemahan ini juga disebut
dengan terjemahan lafdziyah atau musawiah Terjemahan jenis ini dilakukan dengan cara memahami arti kata demi kata
yang terdapat dalam teks terlebih dahulu. Kemudian dicari padanan kata dalam bentuk bahasa penerima, dan disusun sesuai dengan urut-urutan kata bahasa
sumber meskipun
maksud kalimat
menjadi tidak
jelas. Sejatinya
terjemahan harfiah dalam definisi urut-urutan kata dan cakupan makna persis seperti bahasa sumber tidak mungkin dilakukan, karena masing-masing bahasa
selain mempunyai ciri khas sendiri dalam urut-urutan kata dan makna yang terkandung di dalamnya.
b. Terjemahan tafsiriyah atau maknawiah
Terjemahan jenis ini adalah alih bahasa tanpa terikat dengan urut-urutan kata atau susunan kalimat bahasa sumber. Dalam definisi lain adalah
menerangkan pengertian yang terkandung dalam suatu kalam dengan bahasa yang lain dengan terlepas dari kosa kata dan struktur kalimat bahasa lainnya.
Terjemahan tafsiriyah mengutamakan ketepatan makna dan dimaksud secara sempurna dengan konsekuensi terjadi perubahan urut-urutan kata atau susunan
kalimat. Karena
itu terjemahan
ini juga
dinamakan dengan
terjemahan maknawiah karena mendahulukan ketepatan makna. Az-Zarqaniy dan
44
Miftah Faridl dan Drs. Agus Syihabuddin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam Bandung: Pustaka, 1989h. 307
Manna’ al-Qattan
sama-sama menamakan
terjemahan tafsiriyah dengan terjemahan maknawiah, walaupun di antara keduanya memiliki perbedaan dalam
aspek lain.
45
Az-Zarqaniy memberikan nama terjemahan tafsiriyah karena teknik yang digunakan oleh penerjemah dalam memperoleh makna dan maksud yang
tepat, mirip dengan teknik penafsiran, padahal bukan semata-mata tafsir. Metode yang dipakai dalam terjemahan tafsiriyah adalah dengan
memahami terlebih dahulu maksud teks bahasa sumber, kemudian maksud tersebut disusun dalam kalimat bahasa penerima tanpa terikat dengan urut-urutan
kata atau kalimat bahasa sumber. Berikut ini adalah syarat-syarat kualifikasi penerjemahan tafsiriyah kriteria diperbolehkannya sebuah terjemahan dapat
diidentifikasi
46
: a Penerjemahan harus sesuai dengan konteks bahasa sumber dan konteks
bahasa penerima. Yang dimaksudkan penerjemahan harus sesuai dengan konteks bahasa sumber adalah penerjemahan harus benar-benar
sejalan dengan yang dibicarakan dalam bahasa sumber. Contohnya adalah tentang kata
. Dalam konteks kisah Nabi Yusuf dalam surat Yusuf ayat 10, kata
berbeda dengan kata dalam
konteks teknologi otomotif yang berarti mobil. Kata dalam
kisah Nabi Yusuf tersebut bermakna beberapa orang musafir.
45
Ibid, h. 307.
46
Dr. Ismail Lubis, MA., Falsifikasi Terjemahan Al-Qur’an Departemen Agama Edisi 1990, Jogja: Tiara Wacana, 2001, hal. 62-63