Teori Penerjemahan Alquran Konteks Sosial

Arab, tarjamah. Bahasa Arab sendiri menyerap istilah tersebut dari bahsa Armenia, turjuman 35 . Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman dan turjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain 36 . Dalam kegiatan penerjemahan, setiap jenis nash sepatutnya diperlakukan secara khusus. Perlakuan ini menyangkut masalah teoretis yang bertalian dengan metode dan prosedur penerjemahan. Karena itu penerjemahan nash keagamaan berbeda dengan penerjemahan nash ilmiah, nas sastra dan jenis nas lainnya. Perbedaan perlakuan ini terkait erat dengan karakteristik isi dan bahasa yang mengungkapkan konteks wacana di dalamnya. Penerjemahan Alquran memang memerlukan penanganan tersendiri karena bagi umat Islam, Alquran memiliki aneka dimensi dan fungsi yang perlu dijaga. Di samping itu, cara pandang penerjemah nas-nas keagamaan tentu saja berbeda dengan sudut pandang penerjemah lain. Proses penerjemahan Alquran merupakan rangkaian tindakan yang dilakukan penerjemah berdasarkan atas kualifikasinya dalam mengalihkan makna dan maksud nas sumber ke dalam nas penerima untuk memperoleh terjemahan yang berkualitas. 35 M. Didawi, dalam Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia. Jakarta: Humaniora, 2005, h. 7 36 I. Manzhur, dalam Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, h. 7 Terjemah memiliki arti mengalihbahasakan, sedangkan secara terminologis, begitu banyak definisi yang tersaji. J. Levy seperti dikutip Nurachman Hanafi mendefinisikan terjemah sebagai “a creative process which always leaves the translation of freedom of choice between several approximately equivalent possibilities of relizing situational meaning”. 37 Atau seperti dikutipnya juga, Julian House menyebut terjemah sebagai “replacement of text in the source language by semantically and pragmatically equivalent text in the target language”. 38 Singkat kata, terjemah merupakan aktifitas pemindahan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, tanpa mengubah makna dan gaya bahasa yang terkandung di dalamnya. Meski secara pengertian terlihat sederhana, namun proses menerjemah tidaklah mudah. Dalam proses penerjemahan, hal ihwal teks melewati serangkaian interpretasi ulang tentang apa yang dipahami oleh seorang penerjemah pada sebuah bahasa untuk diterjemahkan ke bahasa lainnya. Proses ini tetunya melewati sebuah proses pencitraan, di mana gambaran tentang sebuah konsep, baik itu sebagai sebuah peristiwa atau sebuah benda, direpresentasikan hanya dengan satu atau beberapa kata. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan simbol dan sistem penandaan dari dunia nyata. Realitas adalah sebuah realitas yang 37 Nurrachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkaan, Flores; Nusa Indah, 1986 h. 24 38 Ibid, h. 26 diketahui setelah dialihbahasakan, atau, realitas adalah realitas yang terbahasakan. 39

2. Unsur Teori Menerjemah

Dalam bidang linguistik, penerjemahan memang dikelompokkan dalam bidang linguistik terapan karena sebagai teori yang yang telah dirumuskan dalam linguistik teoretis diterapkan pada bidang penerjemahan. Linguistik teoretis berfungsi sebagai pengembangan dan pemerkaya teori penerjemahan. Lingusitik terapan atau linguistik interdisipliner merupakan sutu disiplin ilmu karena dapat memenuhi syarat-syarat keilmiahan, yaitu bahwa ilmu ini dikembangkan dengan metode ilmiah yang diakui kesahihannya di kalangan para ahli bahasa secara objektif 40 . Jadi tugas teori terjemah ialah 1 mengidentifikasi dan mendefinisikan masah-masalah penerjemahan, 2 menunjukkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memecahkan masalah tersebut, 3 menyenaraikan prosedur penerjemahan yang dapat diterapkan, dan 4 merekomendasikan prosedur penerjemahan yang paling sesuai. Oleh karena itu, teori penerjemahan yang berguna ialah yang muncul dari praktik penerjemahan. Tidak ada praktik berarti tidak ada penerjemahan 41 . 39 H. Tedjoworo, Imaji dan Imajinasi; Suatu telaah filsafat postmodernisme, Yoyakarta; Kanisius, 2001, h.27 40 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia h. 14. 41 P Newmark, dalam Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, h. 13 Unsur teori sangatlah penting bagi penerjemah yang berkedudukan sebagai mediator antara penulis dan pembaca. Dia bertugas mengungkapkan ide penulis kepada para pembaca dengan bahasa penerima yang ekuivalen dengan bahasa sumber. 42

3. Metode Terjemahan Alquran

Kualitas terjemahan Alquran sangat berkaitan erat dengan keterpahaman terjemahan itu sendiri. Kualitas ini dapat bersifat intrinsik yaitu bertalian dengan ketepatan, kejelasan, dan kewajaran nash. Namun, dapat pula bersifat ekstrinsik, yaitu berkenan dengan tanggapan pembaca dan pemahamannya terhadap terjemahan. Dalam telaah tentang nash, kualitas intrinsik tersebut diistilahkan dengan keterbacaan, keterpahaman, dan atau ketedasan. Ketiga istilah tersebut dipahami secara bergantian dan didefinisikan sebagai derajat kemudahan sebuah nash untuk dapat dipahami. Maka dalam hal ini, dari sudut tinjauan teoretis terdapat dua metode utama dalam penerjemahan, yaitu metode hariah literal dan metode maknawiah. 43

a. Terjemahan Harfiah

Terjemahan harfiah adalah pengalihan bahasa yang dilakukan sesuai urut- urutan kata bahasa sumber. Dalam hal ini terdapat upaya memindahkan sejumlah kata dari suatu bahasa kepada bahasa lain dengan kosa kata dan susunan bahasa 42 Ibid, h. 15. 43 A. Sakri dalam Syihabuddin Penerjemahan Arab Indonesia, h. 194 yang susuai dengan bahasa aslinya. 44 Menurut Az-Zarqaniy, terjemahan seperti ini tak ubahnya dengan kegiatan mencari padanan kata. Terjemahan ini juga disebut dengan terjemahan lafdziyah atau musawiah Terjemahan jenis ini dilakukan dengan cara memahami arti kata demi kata yang terdapat dalam teks terlebih dahulu. Kemudian dicari padanan kata dalam bentuk bahasa penerima, dan disusun sesuai dengan urut-urutan kata bahasa sumber meskipun maksud kalimat menjadi tidak jelas. Sejatinya terjemahan harfiah dalam definisi urut-urutan kata dan cakupan makna persis seperti bahasa sumber tidak mungkin dilakukan, karena masing-masing bahasa selain mempunyai ciri khas sendiri dalam urut-urutan kata dan makna yang terkandung di dalamnya.

b. Terjemahan tafsiriyah atau maknawiah

Terjemahan jenis ini adalah alih bahasa tanpa terikat dengan urut-urutan kata atau susunan kalimat bahasa sumber. Dalam definisi lain adalah menerangkan pengertian yang terkandung dalam suatu kalam dengan bahasa yang lain dengan terlepas dari kosa kata dan struktur kalimat bahasa lainnya. Terjemahan tafsiriyah mengutamakan ketepatan makna dan dimaksud secara sempurna dengan konsekuensi terjadi perubahan urut-urutan kata atau susunan kalimat. Karena itu terjemahan ini juga dinamakan dengan terjemahan maknawiah karena mendahulukan ketepatan makna. Az-Zarqaniy dan 44 Miftah Faridl dan Drs. Agus Syihabuddin, Al-Qur’an Sumber Hukum Islam Bandung: Pustaka, 1989h. 307