Kognisi Sosial PENERJEMAHAN AYAT-AYAT JIHAD DALAM ALQURAN TERJEMAHAN KEMENTERIAN AGAMA RI (ANALISIS WACANA) Disusun oleh: IBNUAFAN 108024000008 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014M/

Skema Peristiwa Event Schemas Skema yang paling sering dipakai, karena setiap peristiwa selalu ditasirkan dan dimaknai dengan skema tertentu

c. Konteks Sosial

Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk ini adalah konteks sosial, yaitu bagimana wacana komunikasi diproduksi dalam masyarakat. Titik tekannya adalah untuk menunjukkan makna dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut Van Dijk, terdapat dua poin penting, yakni praktik kekuasaan power dan akses acces. Praktik kekuasaan didefinisikan sebagai kepemilikan oleh suatu kelompok atau anggota untuk mengontrol kelompok atau anggota lainnya. Hal ini disebut dengan dominasi, karena praktik seperti ini dapat memengaruhi letak atau konteks sosial pemberitaan tersebut. Kedua, akses dalam memengaruhi wacana. Akses ini menjelaskan bagaimana kaum mayoritas memiliki akses yang lebih besar dibandingkan kaum minoritas. Oleh karenanya, kaum mayoritas lebih punya akses kepada media dalam memengaruhi wacana.

B. Teori Penerjemahan Alquran

1. Pengertian Terjemah

Sebelum menganalisis wacana pada ayat-ayat jihad dalam Alquran, ada baiknya penulis menyinggung teori penerjemahan Alquran yang telah menjadi panduan sejak lama. Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah diserap dari bahasa Arab, tarjamah. Bahasa Arab sendiri menyerap istilah tersebut dari bahsa Armenia, turjuman 35 . Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman dan turjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain 36 . Dalam kegiatan penerjemahan, setiap jenis nash sepatutnya diperlakukan secara khusus. Perlakuan ini menyangkut masalah teoretis yang bertalian dengan metode dan prosedur penerjemahan. Karena itu penerjemahan nash keagamaan berbeda dengan penerjemahan nash ilmiah, nas sastra dan jenis nas lainnya. Perbedaan perlakuan ini terkait erat dengan karakteristik isi dan bahasa yang mengungkapkan konteks wacana di dalamnya. Penerjemahan Alquran memang memerlukan penanganan tersendiri karena bagi umat Islam, Alquran memiliki aneka dimensi dan fungsi yang perlu dijaga. Di samping itu, cara pandang penerjemah nas-nas keagamaan tentu saja berbeda dengan sudut pandang penerjemah lain. Proses penerjemahan Alquran merupakan rangkaian tindakan yang dilakukan penerjemah berdasarkan atas kualifikasinya dalam mengalihkan makna dan maksud nas sumber ke dalam nas penerima untuk memperoleh terjemahan yang berkualitas. 35 M. Didawi, dalam Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia. Jakarta: Humaniora, 2005, h. 7 36 I. Manzhur, dalam Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia, h. 7