Pembelajaran Sastra di Sekolah

23 Keempat, peserta didik diajak untuk belajar seni merangkai kata, bercerita lewat puisi. Melalui langkah demikian, pembelajaran sastra memiliki kegunaan spiritual, khususnya untuk keseimbangan emosi. Pembelajaran puisi akan menjadi wahana menghaluskan rasa humanis. 34 Apresiasi berkaitan dengan penghargaan dan penilaian. Langkah dasar untuk mengapreasiasi karya sastra adalah dengan membaca. Selain itu, pembaca harus melakukan serangkaian kegiatan, yakni penafsiran, analisis, dan penilaian untuk dapat mengapresiasi sebuah karya sastra. 35 Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas, terdapat relevansi antara sastra dengan pendidikan, yakni berkaitan dengan kegiatan mengapreasiasi sebuah karya sastra. Peserta didik melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan untuk mengenal sebuah karya sastra hingga akhirnya dapat memahami secara mendalam sebuah karya sastra. Peserta didik diajak untuk langsung membaca, memahami, menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung. Dengan pendidikan sastra, peserta didik tidak hanya diajak untuk memahami dan menganalisis berdasarkan bukti nyata yang ada di dalam karya sastra dan kenyataan yang ada di luar sastra, tetapi juga diajak untuk mengembangkan sikap positif terhadap karya sastra. Pendidikan semacam ini akan mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan peserta didik. 36 Berdasarkan hal yang telah dijabarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra dan pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Sastra bukan hanya sebuah bahan bacaan, akan tetapi proses peciptaan karya sastra juga berfungsi untuk menghibur dan memberikan manfaat bagi pembacanya, yakni melalui nilai-nilai positif yang ada di dalam cerita dan melalui peristiwa yang dialami oleh tokoh di dalam cerita. Terlebih, tujuan pengajaran sastra 34 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi, Jakarta: CAPS, 2013, h.193. 35 Heru Kurniawan, Sastra Anak: dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, cet.2, h.7-13. 36 Wahyudi Siswanto, op cit, h.168-169. 24 yang merupakan tolak ukur tujuan pendidikan dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran dan mendidik siswa di sekolah. Dengan pendidikan sastra, peserta didik tidak hanya diajak untuk memahami dan menganalisis berdasarkan bukti nyata yang ada di dalam karya sastra dan kenyataan yang ada di luar sastra, tetapi juga diajak untuk mengembangkan sikap postif terhadap karya sastra. Pendidikan sastra mampu mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan keterampilan peserta didik. Sastra juga bukan hanya sumber nilai moral ataupun sumber pengetahuan, akan tetapi sastra dapat mempertajam kesadaran sosial dan religiusitas pembacanya. Banyak jenis karya sastra yang dapat diapresiasi oleh peserta didik untuk pembelajaran di sekolah, salah satunya adalah novel. Novel yang dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sastra adalah novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik, karena novel ini mengangkat cerita yang sesuai dengan dunia remaja dan memiliki unsur-unsur pembangun yang menarik untuk dianalisis oleh peserta didik di sekolah.

D. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelusuran penulis pada koleksi skripsi di Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa penelitian terhadap Novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong belum pernah ada yang meneliti. Akan tetapi, penelitian yang berkaitan dengan analisis alur pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut. 1 Ahmad Darmawan, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, tahun 2013. Mengangkat skripsi dengan judul “Analisis Karakter Tokoh dan Alur dalam Novel Pengembaraan Hang Jebat Pencarian Meretas Zaman Karya Ashadi Zain Moh Dat Molok ”. Hasil dari penelitian ini adalah beberapa tokoh dalam novel Pengembaraan Hang Jebat Pencarian Meretas Zaman Karya Ashadi Zain dan Moh Dat Molok, yaitu: 1 25 Hang Jebat memiliki watak teguh berpendirian, pemarah, adil, penyayang, jujur, pemberani, tegas, semangat juang, tidak sombong, penolong, bijak, terpercaya, berterima kasih, religius, dan penasaran. 2 Hang Tuah memiliki watak taat kepada raja. 3 Hang Lekir memiliki watak pemarah. 4 Hang Katsuri memiliki watak pemarah. 5 Sultan Malaka memiliki watak sombong dan kejam. 6 Kerma Wijaya memiliki watak kejam. 7 Puteri Laila memiliki watak sakti. 8 Adinda Sultan Salahuddin memiliki watak penyayang dan religius. 9 Sultan Salahuddin memiliki watak bimbang dan religius. Terdapat 20 tokoh protagonis dan 6 tokoh antagonis di dalam novel Pengembaraan Hang Jebat Pencarian Meretas Zaman. Alur yang terdapat dalam novel Pengembaraan Hang Jebat Pencarian Meretas Zaman karya Ashadi Zain dan Moh Dat Molok adalah alur progresif. Alur maju terdapat 18 alur yang menceritakan perjalanan pengembaraan Hang Jebat dari awal ia berguru hingga ia ditugaskan Sang Persata Nala gurunya mengembara dari zaman ke zaman untuk menumpas kebatilan dan menegakan keadilan. Alur mundur terdapat 24 alur yang menceritakan perjalanan Hang Jebat menembus lorong waktu yang ditugaskan oleh Sang Persata Nala gurunya dari zaman Sultan Hasanuddin sampai ke zaman negeri Malaka. Alur campuran terdapat 26 alur yang menceritakan perjalanan Hang Jebat dari zaman ke zaman kelantan, zaman kerajaan Sultan Hasanuddin, hingga ia kembali ke zaman Malaka. 37 2 Bunga Pramita, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2013. Mengangkat skripsi dengan judul “Analisis Plot Hubungan Kausalitas Novel Lalita 37 Skripsi Ahmad Darmawan, Analisis Karakter Tokoh dan Alur dalam Novel Pengembaraan Hang Jebat Pencarian Meretas Zaman Karya Ashadi Zain Moh Dat Molok, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, 2013. 26 Karya Ayu Utami dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah ”. Hasil dari penelitian ini adalah analisis objektif terhadap novel Lalita menjelaskan makna pokok atau gagasan dasar yang terkandung dalam keseluruhan novel Lalita, yaitu proses menemukan kesadaran sejati. Berdasarkan urutan waktu kejadian, peristiwa yang ditampilkan novel Lalita menggunakan teknik pengembangan plot yang bersifat progresif. Jika dianalisis berdasarkan kriteria jumlah, plot Lalita menggunakan teknik cerita berbingkai. Analisis tokoh dalam kajian ini ditentukan berdasarkan perannya dalam pengembangan plot. Oleh karena itu, dapat ditentukan tokoh utama novel ini adalah Lalita. Dalam menggambarkan tokoh-tokohnya, pengarang menggunakan metode analitik, yakni penggambaran tokoh dengan memaparkan secara langsung sifat-sifat lahir fisik dan batik perasan, hasrat, pikiran kepada pembaca. Pendeskripsian latar dalam novel ini merupakan jenis latar tipikal karena disertai deskripsi sifat khas tertentu yang menonjol pada sebuah latar baik yang menyangkut unsur tempat, waktu, maupun sosial. Penggunaan beberapa jenis gaya bahasa di antaranya majas metafora, pleonasme, dan polisendenton. Penggunaan sudut pandang orang ketiga mahatahu memberi kemudahan kepada pembaca untuk memahami detail cerita. dengan teknik ini, pembaca seolah diajak untuk terlibat langsung dan merasakan kedekatan emosional dengan cerita. Dengan demikian, kesimpulan akhir yang diperoleh bahwa novel Lalita mempunyai struktur bangunan yang kokoh bila dilihat dari unsur-unsur pembangun yang saling menguatkan satu sama lain. Analisis hubungan kausalitas akan membawa kita pada kaidah pengembangan plot yang mencakup unsur plausabilitas, suspense, surprise, dan unity. Berdasarkan hasil analisis hubungan kausalitas, persepsi awal penulis bahwa novel ini bertema spiritual dan saint terbantahkan, sebab ditemukan keterkaitan antarsequen yang 27 menunjukkan hubungan antar peristiwa dengan makna yang ingin disampaikan pengarang, yakni tentang pencapaian “kesadaran se jati” tersebut. Implikasi analisis plot hubungan kausalitas terhadap pembelajaran sastra adalah melatih peserta didik untuk berpikir logis dan memperoleh pengetahuan baru bahwa unsur yang terkandung dalam sebuah plot bukan hanya terdapat hubungan temporal atau kronologis, seperti pengetahuan mereka pada umumnya yang hanya mengenal urutan waktu dalam kegiatan analisis plot, tetapi terdapat juga unsur lain, yaitu hubungan kausalitas atau sebab akibat yang diciptakan kelogisan dalam setiap kemunculan peristiwa. 38 3 Fahmi Nur Muzaqi, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Mengangkat skripsi dengan judul “Analisis Alur Novel Orb Karya Galang Lufityanto suatu Tinjauan Semiotik Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA ”. Hasil dari penelitian ini adalah tahapan alur yang digunakan pengarang dimulai dari eksposisi – penurunan – konflik – eksposisi – konflik – eksposisi – klimaks- eksposisi – konflik – klimaks – peleraian – penyelesaian – konflik. Beberapa keunikan alur novel Orb, yaitu 1 Orb karya Galang Lufityanto digambarkan seperti gelombang. Pengarang sering kali memasukkan tahap eksposisi di tengah-tengah konflik. 2 Terdapat dua klimaks dalam novel ini. 3 Tahap penyelesaian alur dalam novel ini tidak dijadikan akhir sebuah cerita dalam novel melainkan diletakkan menjelang berakhirnya cerita. Implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas, yakni analisis alur novel Orb karya Galang Lufityanto bisa dijadikan sebagai salah satu media dalam melaksanakan pembelajaran 38 Bunga Pramita, Analisis Plot Hubungan Kausalitas Novel Lalita Karya Ayu Utami dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.