LANDASAN TEORI Masalah alur dalam novel MADA "sebuah nama yang terbalik" Karya Abdullah Wong dan Implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra indonesia

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu sastra menunjukkan keistimewaan, barangkali juga keanehan yang mungkin tidak dapat dilihat pada banyak cabang ilmu pengetahuan lainnya, karena memiliki objek utama penelitian yang tidak tentu. 1 Kata sastra dapat ditemukan dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra bukan hanya istilah untuk menyebutkan fenomena yang sederhana dan gamblang. Sastra merupakan istilah yang mempunyai arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda. 2 Sastra adalah kristalisasi keyakinan, nilai-nilai, dan norma- norma yang disepakati masyarakat. Setidaknya begitulah yang terjadi di zaman lampau ketika kepengarangan tidak dimasalahkan dan berbagai jenis tradisi lisan dimiliki beramai-ramai oleh masyarakat, tidak oleh individu. 3 Sastra berasal dari kata sas sansekerta yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan intruksi. Akhiran tra berarti alat atau sarana. Jadi secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. 4 Sastra merupakan sebuah sarana yang memiliki nilai seni yang sarat akan nilai-nilai kehidupan manusia yang dapat mengarahkan, mengajarkan, dan memberi petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari agar menjadi manusia yang lebih baik kedepannya. Karya sastra merupakan gabungan antara kenyataan dan khayalan. Seorang pengarang mengungkapkan semua pengalaman dan pengetahuan yang didapatkannya dari lingkungan kehidupan sehari-hari, kemudian diolah dengan kemampuan imajinasinya. 1 A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1984, h.21. 2 B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, “Pegangan Guru Pengajar Sastra”, Yogyakarta, Kanisius, 1988, h.9. 3 Robert Escarpit, Sosiologi Sastra, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, h.viii. 4 Nyoman Kutha Ratna, S.U “Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h.4. 1 2 Imajinasi menjadi alat bantu sastra dalam mereplikakan pencitraan kenyataan. Hal ini dibutuhkan bagi manusia sebagai makhluk sosial dalam berhubungan dengan kenyataan yang ditemui sehari-hari. Oleh karena itu, imajinasi dalam sastra menjadi suatu sarana bagi manusia untuk memahami berbagai persoalan kemasyarakatan yang terjadi. 5 Sastra dipandang sebagai suatu gejela sosial. Sastra dapat ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu. Pengarang menggubah karyanya selaku seorang warga masyarakat tersebut. 6 Berdasarkan penjabaran di atas, menjadi landasan yang kuat bahwa karya sastra merupakan bentuk nyata dari kehidupan yang dituangkan oleh seorang pengarang ke dalam bentuk imajiner, maka tidak jarang ideologi seorang pengarang mempengaruhi isi karya sastra. Adanya pengaruh tersebut, timbullah perbedaan gaya dari masing-masing karya sastra. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui permasalahan yang diangkat, pelukisan tokoh dan penokohan, penggunaan gaya bahasa yang digunakan, amanat yang hendak disampaikan, dan cara pengarang mengemas rangkaian peristiwa di dalam cerita. Novel adalah sejenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, dan latar rekaan yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai kehidupan. 7 Alur ialah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami pelaku. 8 Alur merupakan salah satu unsur penting yang membangun sebuah cerita. Analisis terhadap alur yang terdapat di dalam novel dapat memberikan pengetahuan bahwa pada dasarnya sebuah cerita 5 Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, h.25. 6 Jan van Luxemburg, dkk, Pengantar Ilmu Sastra, Jakarta: PT Gramedia, 1986, cet.2, h.23. h.136. 7 Abdul Rozak Zaidan, dkk, Kamus Istilah Sastra, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, cet.3, 8 Jan van Luxemburg, dkk, op cit, h.149.