Novel Serius Jenis Novel a. Novel Populer
                                                                                16
kronologis dan kausalitas. Sebuah novel dapat pula dibentuk oleh tokoh atau peristiwa yang serupa.
20
Hal ini tentunya berkaitan dengan kreatifitas seorang pengarang dalam menghasilkan  sebuah  karya  sastra.  Seorang  pengarang  dengan  sekreatif
mungkin  mengemas  setiap  peristiwa  agar  menjadi  daya  tarik  bagi  pembaca. Salah  satunya  ialah  dengan  menggunakan  alur  yang  tidak  kronologis
bentuknya.  Akan  tetapi,  penggunaan  alur  yang  tidak  kronologis  dapat membuat  jalan  cerita  menjadi  kabur  namun  bagaimana  pun  bentuknya
penggunaan  alur  dalam  sebuah  novel  oleh  seorang  pengarang,  tetap  saja menjadi  salah  satu  unsur  penting  dalam  membentuk  suatu  jalan  cerita  yang
utuh. Alur  yang  tersusun  secara  kronologis  ialah  urutan  peristiwa  yang
diceritakan   berdasarkan   urutan  kewaktuan.  Tersusun  berdasarkan   urutan waktu  kapan  peristiwa  tersebut  terjadi.  Misalnya  hari-hari  sebelumnya,  pagi
ini  pun  Yeni  bangun  pukul  05.00  WIB.  Ini  merupakan  prestasi  yang  telah biasa  dialaminya  dan  jarang  terlambat.  Kesadarannya  segera  membayangkan
pada  berbagai  kegiatan  rutin  yang  telah  biasa  dialaminya.  Dimulai  dari menyucikan  diri,  sembahyang,  mandi,  sarapan  pagi,  dan  akhirnya  berangkat
ke  sekolah  dengan  sepedanya.  Di  sekolah  kegiatan  yang  tidak  kalah rutinitasnya, siap menunggu. Yeni menjalani semua itu dengan perasaan yang
biasa-biasa  saja  tanpa  perasaan  bosan.  Ia  menjalaninya  begitu  saja  dengan kawan dan seluruh kegiatannya itu untuk menunggu bel jam pulang. Peristiwa
yang  terjadi  pada  contoh  di  atas  merupakan  suatu  peristiwa  yang  terjadi secara  rutin  dan  telah  menjadi  kebiasaan.  Apa  yang  terjadi  kemudian  tidak
disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya. Peristiwa-peristiwa tersebut muncul secara berurutan berdasarkan keterangan waktu.
Berbeda  dengan  contoh  berikut  ini,  beberapa  orang  yang  mengajar pagi  di  jam  pertama  sering  kali  menyindir,  bahkan  ada  yang  lebih  dari  itu,
Nita    yang    selalu    datang    terlambat.    Jika    dihitung    dengan    waktu,
20
Furfqonul Azis dan Abdul Hasim, op cit, h.69.
17
keterlambatannya  berkisar  antara  5  sampai  30  menit.  Akan  tetapi,  herannya, Nita  sendiri  seperti  tidak  perduli.  Maka  tidak  jarang  dosen  yang  rajin
mempertimbangkan  faktor  nonakademis,  tetapi  penting  untuk  pembentukan karakter,  akan  mempertimbangkan  sekali  lagi  kelulusannya.  Hari  Senin  yang
lalu pun ia terlambat hampir 25 menit. Ternyata hal itu telah diduga oleh sang dosen  yang  mengajar  di  kelasnya  jam  07.00  WIB,  karena  pada  malam
harinya,  menjelang  tengah  malam,  suatu  hal  yang  lain  dari  biasanya,  sang dosen yang keluar rumah mencari angin segar, melihat Nita berjalan rapat dan
nyaris  menggelendot  dengan  seorang  laki-laki  di  sebrang  jalan.  Kejadian tersebut  yang  dilakukan  oleh  orang  yang  sama  bukanlah  pemandangan  baru
bagi  dosen  tersebut.  Berbeda  dengan  contoh  sebelumnya,  contoh  di  atas merupakan  suatu  peristiwa  yang  menunjukkan  adanya  kaitan  sebab-akibat.
Artinya,  kemunculan  peristiwa-peristiwa  sebelumnya  akan  menyebabkan munculnya peristiwa-peristiwa selanjutnya.
Peristiwa ialah peralihan dari keadaan yang satu ke keadaan yang lain. Peristiwa  dapat  bersifat  fungsional  atau  tidak.  Peristiwa  yang  bersifat
fungsional ialah peristiwa yang mempengaruhi perkembangan alur. Selain itu, terdapat   juga   peristiwa-peristiwa   yang   mengaitkan   peristiwa-peristiwa
penting.  Contohnya,  perpindahan  dari  lingkungan  yang  satu  ke  lingkungan lain, penampilan pelaku baru, adegan-adegan singkat bila tidak terjadi sesuatu
yang  penting.  Sekalipun  peristiwa  tersebut  terlihat  sepele,  namun  sangat penting  dalam  sebuah  cerita  untuk  mengendurkan  perhatian  pembaca  agar
tidak  terus-menerus  ditegangkan  oleh  peristiwa-peristiwa  yang  terdapat    di dalam  cerita.  Selain  itu,  banyak  peristiwa  yang  secara  tidak  langsung
berpengaruh bagi perkembangan sebuah alur, tidak turut menggerakkan jalan cerita,  tetapi  mengacu  kepada  unsur-unsur  lain,  seperti  bagaimana  watak
seseorang, bagaimana suasana yang meliputi para pelaku, dan sebagainya.
21
Subplot   merupakan   rangkaian   peristiwa-peristiwa   yang   menjadi bagian dari alur utama, namun memiliki ciri khas tersendiri. Satu subplot bisa
21
Jan van Luxemburg, dkk, Pengantar Ilmu Sastra, Jakarta: PT Gramedia, 1986, cet.2, h.150-151.
18
memiliki  bentuk  yang pararel  dengan  subplot  lain.  Salah  satu  bentuk  subplot yang  lazim  dikenal  adalah  naratif  bingkai.  Sesuai  dengan  namanya,  subplot
ini membingkai dan membungkus naratif utama sehingga akan menghasilkan cerita dalam cerita.
22
Dua  elemen  dasar  yang  membangun  alur adalah  konflik  dan  klimaks. setiap  karya  fiksi  setidak-tidaknya  memiliki  konflik  internal  yang  tampak
jelas  hadir  melalui  hasrat  dua  orang  karakter  atau  hasrat  seorang  karakter dengan  lingkungannya.  Konflik-konflik  spesifik  ini  merupakan   subordinasi
satu konflik utama yang bersifat eksternal, internal, atau dua-duanya. Konflik utama  selalu  bersifat  fundamental,  membenturkan  sifat-sifat  dan  kekuatan-
kekuatan  tertentu,  seperti  kejujuran  dengan  kemunafikan,  kenaifan  dengan pengalaman,  atau  individualitas  dengan  kemauan  beradaptasi.  Konflik
semacam  inilah  yang  menjadi  inti  struktur  cerita.  sebuah  cerita  mungkin mengandung  lebih  dari  satu  konflik  kekuatan,  tetapi  hanya  konflik  utamalah
yang  dapat  merangkum  seluruh  peristiwa  yang  terjadi  dalam  alur.  Konflik utama selalu terikat teramat intim dengan tema cerita.
23
Peristiwa-peristiwa  pokok  yang  terdapat  di  dalam  alur  ialah  situasi awal,  komplikasi  dan  penyelesaian.  Dengan  berbagai  cara  situasi-situasi  itu
dapat  dikombinasikan  dan  diulang  dalam  satu  alur.  Sedangkan,  bagian  besar alur  ialah  komplikasi.  Secara  global  komplikasi  dapat  berupa  kemajuan  dan
kemunduran,  sejauh  pelaku  utama  maju  atau  mundur.  Berbagai  peristiwa pada taraf abstraksi  yang lebih rendah dapat juga dicirikan sebagai kemajuan
atau  kemuduran,  perbaikan  atau  pemburukan.  Alur  tidak  dapat  dilepaskan dari   hubungan   antara   para  pelaku   yang   mengakibatkan   atau   mengalami
                                            
                