Penelitian Relevan LANDASAN TEORI

27 menunjukkan hubungan antar peristiwa dengan makna yang ingin disampaikan pengarang, yakni tentang pencapaian “kesadaran se jati” tersebut. Implikasi analisis plot hubungan kausalitas terhadap pembelajaran sastra adalah melatih peserta didik untuk berpikir logis dan memperoleh pengetahuan baru bahwa unsur yang terkandung dalam sebuah plot bukan hanya terdapat hubungan temporal atau kronologis, seperti pengetahuan mereka pada umumnya yang hanya mengenal urutan waktu dalam kegiatan analisis plot, tetapi terdapat juga unsur lain, yaitu hubungan kausalitas atau sebab akibat yang diciptakan kelogisan dalam setiap kemunculan peristiwa. 38 3 Fahmi Nur Muzaqi, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014. Mengangkat skripsi dengan judul “Analisis Alur Novel Orb Karya Galang Lufityanto suatu Tinjauan Semiotik Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA ”. Hasil dari penelitian ini adalah tahapan alur yang digunakan pengarang dimulai dari eksposisi – penurunan – konflik – eksposisi – konflik – eksposisi – klimaks- eksposisi – konflik – klimaks – peleraian – penyelesaian – konflik. Beberapa keunikan alur novel Orb, yaitu 1 Orb karya Galang Lufityanto digambarkan seperti gelombang. Pengarang sering kali memasukkan tahap eksposisi di tengah-tengah konflik. 2 Terdapat dua klimaks dalam novel ini. 3 Tahap penyelesaian alur dalam novel ini tidak dijadikan akhir sebuah cerita dalam novel melainkan diletakkan menjelang berakhirnya cerita. Implikasi penelitian ini terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas, yakni analisis alur novel Orb karya Galang Lufityanto bisa dijadikan sebagai salah satu media dalam melaksanakan pembelajaran 38 Bunga Pramita, Analisis Plot Hubungan Kausalitas Novel Lalita Karya Ayu Utami dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. 28 Bahasa Indonesia pada kelas X di materi teks prosedur kompleks. Guru dapat menjadikan novel ini sebagai bahan diskusi siswa dengan referensi yang berbobot. Melalui proses penelaahan unsur intrinsik ini siswa dapat mengambil nilai-nilai penting melalui prosesnya seperti menghargai perbedaan argumen masing-masing siswa dan juga membuat siswa lebih kritis dalam membaca novel. 39 39 Fahmi Nur Muzaqi, Analisis Alur Novel Orb Karya Galang Lufityanto suatu Tinjauan Semiotik Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA, Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

BAB III PEMBAHASAN

Sebuah karya fiksi merupakan bentuk atau hasil imajinasi seorang pengarang yang direalisasikan melalui bentuk nyata, yakni berupa sebuah karya. Sebuah karya sastra yang dibangun dengan unsur-unsur yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya merupakan unsur yang dapat membangun karya tersebut. Unsur-unsur yang membangun sebuah karya sastra tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

A. Unsur Intrinsik

Berikut akan disajikan analisis struktural yang dibatasi hanya unsur tema, tokoh dan penokohan, latar, alur, bahasa, sudut pandang, dan amanat dalam novel MADA, Sebuah Nama yang Terbalik karya Abdullah Wong.

1. Tema

Tema adalah gagasan makna dasar umum yang menopang sebuah karya sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara tidak langsung atau implisit. 1 Tema yang terdapat dalam novel MADA ialah mengenai petualangan Mada dan kawan-kawannya untuk mencari Buku Gunadarma yang merupakan petualangan untuk mencari jati diri mereka sesungguhnya. “Nia apakah kamu tidak pernah bertanya kepada ayahmu, Tentang kelanjutan cerita itu? ” “Sudah, tapi ayahku juga tidak tahu akhir cerita gunadarma. Tapi kalo tidak salah, ayahku pernah bilang, Di Desa Jumeneng tersimpan buku Gunadarma ,” jawab Nia “Oh ya? Semua kembali berbinar ceria. “di manakah desa itu, Nia?” “Entahlah, mungkin tersimpan di sebuah Taman Bacaan, Pasti, nanti aku tanyakan kepada aya hku,” jawab Nia Kini giliran Angelica yang mengajukan rencana “Bagaimana kalau kita ramai-ramai mencarinya?” Semua menatap wajah Angelica dengan penuh tanda tanya 1 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005, cet.10, h. 9. 28 29 Tapi entah kenapa, seakan kami punya jawaban yang sama. “Ya, setuju. Kita semua harus mencarinya, bersama.” 2 Awal kisah novel MADA adalah ketika Mada dan kawan-kawannya mendengarkan cerita mengenai Gunadarma yang disampaikan oleh ibu guru Aminah Mukhlas ketika pelajaran berlangsung di dalam kelas. Gunadarma adalah seorang anak laki-laki yang baik hati. Ia suka menolong orang lain tanpa pamrih. Gunadarma adalah seorang anak yatim yang pada akhirnya hidup sebatang kara karena ditinggalkan oleh orang- orang yang ia cintai. Akan tetapi, ia selalu sabar dan tabah dalam menghadapi kehidupannya. Gunadarma adalah seorang pembelajar yang pemberani dan tangguh. Melalui cerita Gunadarma yang disampaikan oleh ibu guru Aminah Mukhlas tersebut, anak-anak merasa kagum terhadap sosok Gunadarma. Mereka ingin menjadi seperti Gunadarma. Hal tersebut yang menjadi alasan Mada dan kawan-kawannya untuk melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma. “Nia, apakah kamu tidak pernah bertanya kepada ayahmu, Tentang kelanjutan cerita itu? ” “Sudah, tapi ayahku juga tidak tahu akhir cerita Gunadarma. Tapi kalau tidak salah, ayahku pernah bilang, Di Desa Jumeneng tersimpan buku Gunadarma ,” jawab Nia ...Kini giliran Angelica yang mengajukan rencana “Bagaimana kalau kita ramai-ramai mencarinya?” Semua menatap wajah Angelica dengan penuh tanda tanya Tapi entah kenapa, seakan kami punya jawaban yang sama. “Ya, setuju. Kita semua harus mencarinya, bersama.” 3 Setelah kesepakatan yang telah diambil bersama, Mada dan kawan-kawannya sepakat untuk melakukan petualangan mencari Buku Gunadarma ke sebuah Taman Bacaan yang terletak di Desa Jumeneng. Sebuah petualangan yang melewati berbagai macam rintangan yang 106. 2 Abdullah Wong, MADA, Sebuah Nama Yang Terbalik, Jakarta: Makkatana, 2013, h.105- 3 Ibid, h.105-106. 30 pada kenyataannya Buku Gunadarma yang mereka cari tidak pernah ada. “Ternyata, semua petualangan adalah rangkaian dari pesan- Pesan Pesan yang sejatinya telah dihamparkan Tuhan Segala pesan itu begitu luas tak bisa dibayangkan Kecuali dengan kerendahan hati untuk mau belajar dengan Penuh kesabaran. ” 4 Kutipan tersebut merupakan akhir dari kisah petualangan Mada dan kawan-kawannya dalam mencari Buku Gunadarma. Kisah Gunadarma yang diceritakan oleh ibu guru Aminah Mukhlas ternyata merupakan cerita yang sering ia dengar dari ayahnya semasa ia kecil. Tokoh Gunadarma itu sendiri pada hakikatnya sudah tercermin dalam diri Mada dan kawan-kawannya yang memiliki keberanian dalam melakukan petualangan untuk mencari Buku Gunadarma yang menghadapi berbagai macam rintangan.

2. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh merujuk kepada pelaku cerita. Sedangkan, penokohan sering disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan. 5 Tokoh dapat dikatakan orang yang berperan dalam cerita dan penokohan adalah karakter yang berkaitan dengan sikap, sifat, dan kepribadian yang dimiliki oleh tokoh tersebut. Penokohan dalam novel MADA didasarkan dalam bentuk metode analitis metode ekspositori. Metode analitis adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Pengarang menghadirkan tokoh ke hadapan pembaca dengan cara tidak berbelit-belit, melainkan menyampaikan secara langsung mengenai sifat, sikap, watak, tingkah laku, atau bahkan 4 Abdullah Wong, op cit, h.219. 5 Burhan Nurgiantoro, op cit, h.247. 31 ciri fisikya. 6 Berikut penjabaran mengenai tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel MADA. a. Mada Mada bernama lengkap Ahmad Mustofa. Mada merupakan tokoh utama dalam novel. Penggunaan nama Mada sebagai tokoh utama memiliki keterkaitan dengan judul novel. Nama Mada yang apabila dibaca terbalik menjadi Adam. Adam merupakan seorang nabi yang melanggar larangan dengan memakan buah Khuldi hingga akhirnya ia diusir dari surga dan menjadi manusia pertama yang ada di bumi. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan nama Mada sebagai judul novel memiliki keterkaitan yang menjelaskan bahwa secara keseluruhan novel ini menceritakan petualangan dan kisah hidup seorang anak Adam bernama Mada untuk mencari Buku Gunadarma sebagai petualangan untuk menemukan jati dirinya sendiri melalui rintangan-rintangan yang dihadapi. Mada digambarkan sebagai seorang anak yang nakal, usil, congkak, dan penuh ambisi. “Mada ingat benar bagaimana dirinya ketika masih kecil Ia dikenal orang sebagai anak nakal dan usil Bahkan seringkali congkak, penuh ambisi dan degil ”. 7 Kutipan tersebut secara langsung melukiskan penokohan Mada. Penokohan yang dimiliki Mada semasa kecil menjadi dasar terbentuknya kepribadian Mada hingga dewasa. Penggambaran sikap usil Mada semasa kecil membentuk Mada sebagai seorang anak yang mudah bergaul hingga memiliki banyak teman dan digemari oleh teman-temannya. Sikap Mada yang nakal dan penuh ambisi membuatnya menjadi sosok yang tidak memiliki rasa takut terhadap segala macam rintangan. Hal ini yang membuatnya 6 Abdullah Wong, op cit, h.279-280. 7 Ibid, h.13.