Perkembangan Konsep Reaksi Redoks Bilangan Oksidasi

133 Kimia Kelas X b. Oksigen Dalam senyawa, oksigen memiliki bilangan oksidasi = –2, kecuali: a. Dalam peroksida H 2 O 2 bilangan oksidasi O = –1 b. Dalam superoksida H 2 O 4 bilangan oksidasi O = 1 2 c. Dalam OF 2 bilangan oksidasi O = +2 c. Hidrogen Dalam senyawa, bilangan oksidasi H = +1 Contoh: dalam H 2 O, bilangan oksidasi H = 1 Dalam hibrida, bilangan oksidasi H = –1 d. Unsur golongan IA Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IA = +1 Contoh: Na, K memiliki bilangan oksidasi = +1 e. Unsur golongan IIA Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur golongan IIA = +2 Contoh: Ba, Mg, memiliki bilangan oksidasi = +2 f. ¦ Bilangan oksidasi molekul = 0 g. ¦ Bilangan oksidasi ion = muatan ion Contoh: Al 3+ memiliki bilangan oksidasi = +3 h. Unsur Halogen F bilangan oksidasi = 0, -1 Cl bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +3, +5, +7 Br bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7 I bilangan oksidasi = 0, -1, +1, +5, +7

3. Reaksi Redoks Ditinjau dari Perubahan Bilangan Oksidasi

Berdasarkan pengertian bilangan oksidasi dan aturan penentuan bilangan oksidasi, konsep reaksi redoks dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menaikkan bilangan oksidasi. Zat yang mengalami oksidasi merupakan reduktor. Contoh: Fes o F 2+ aq+ 2e – +2 Zns o Zn 2+ aq+ 2e – +2 • larutan elektrolit • arus listrik • derajat disosiasi • senyawa ionik • senyawa kovalen • bilangan oksidasi 134 Larutan b. Reaksi reduksi adalah reaksi yang menurunkan bilangan oksidasi. Zat yang mengalami reduksi merupakan oksidator. Contoh: I 2 g + 2e – o 2I – aq -1 Cu 2+ g + 2e – o Cus +2 0 Catatan: a. Jumlah muatan di kanan dan kiri harus sama. b. Jika dalam suatu reaksi tidak terjadi perubahan bilangan oksidasi, reaksi tersebut bukan reaksi redoks.

4. Tatanama Senyawa Berdasarkan Bilangan Oksidasi

Tata nama senyawa berdasarkan bilangan oksidasi memiliki ketentuan sebagai berikut. a. Senyawa biner tersusun atas dua macam unsur, baik logam dan nonlogam maupun kedua unsur-unsurnya nonlogam, nama logam didahulukan diikuti senyawa nonlogam yang diberi akhiran –ida. Contoh: NaCl : natrium klorida MgO : magnesium oksida Al 2 S 3 : aluminium sulfida K 2 S : kalium sulfida b. Senyawa biner yang mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi maka bilangan oksidasi unsur tersebut ditulis dengan menggunakan angka romawi dalam tanda kurung di belakang nama unsurnya. Contoh: FeO : besiII oksida Fe 2 O 3 : besiIII oksida SnCl 2 : timahII klorida SnCl 4 : timahIV klorida c. Senyawa ionik diberi nama dengan cara menyebutkan nama kation diikuti nama anion. Jika anion terdiri dari beberapa atom dan mengandung unsur yang memiliki lebih dari satu macam bilangan oksidasi, nama anion tersebut diberi imbuhan hipo-it, -it, -at, atau per-at sesuai dengan jumlah bilangan oksidasi.