38
akan  digunakan  dalam  kehidupannya  serta  meningkatkan  rasa  nasionalisme  dari peristiwa  masa  lalu  hingga  masa  sekarang  agar  para  siswa  memiliki  rasa
kebanggaan dan tanah air. Pendapat  para  ahli  tentang  tujuan  mata  pelajaran  IPS  SD  dapat  dimaknai
sebagai upaya merancang peserta didik untuk mampu menghadapi tantangan berat dalam kehidupan masyarakat global di masa yang akan datang. Melalui pelajaran
IPS,  peserta  didik  akan  memperoleh  pengetahuan  dari  yang  tingkat  sederhana sampai  tingkat  yang  luas,  yaitu  dimulai  dari  pengenalan  terhadap  diri  sendiri,
keluarga,  masyarakat,  sampai  pada  pengenalan  terhadap  dunia,  dan  dikenalkan terhadap  masalah-  masalah  sosial.  Dengan  mempelajari  IPS  ini,  maka  peserta
didik  mendapat  bekal  pengetahuan,  keterampilan,  sikap,  dan  nilai –  nilai  yang
berguna  bagi  kehidupannya  di  masyarakat.  Tujuan  mata  pelajaran  IPS  berkaitan dengan karakteristik materi IPS.
2.2.5 Karakteritik Materi IPS
Karakteristik materi pelajaran IPS sangat luas dan terlalu banyak menuntut peserta didik untuk mencatat dan menghafal materi. Menurut Piaget dalam Rifa’i
dan Anni 2012 : 32 – 35 menyebutkan, peserta didik usia sekolah dasar berada
pada  tahap  operasional  konkrit,  dimana  peserta  didik  sudah  mampu mengoperasionalkan  logikanya,  namun  masih  dalam  bentuk  benda  kongkrit  dan
belum  bisa  berfikir  secara  abstrak.  Oleh  karena  itu  dengan  cakupan  materi pelajaran  yang  luas  dan  menuntut  siswa  harus  memahami  semua  materi  dengan
materi  yang  cenderung  hafalan,  membuat  motivasi  peserta  didik  yang  labil  dan cenderung  rendah.  Untuk itu guru dituntut untuk membuat  kegiatan belajar  yang
39
menarik  minat  dan  mampu  meningkatkan  motivasi  belajar  siswa  sesuai karakteristik peserta didik tingkat satuan sekolah dasar,  agar tujuan belajar dapat
tercapai secara optimal.
2.2.6 Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Rif a’i  dan  Anni  2012  :  3    berpendapat,  pada  waktu  pendidik
merumuskan  tujuan  pembelajaran,  mereka  menggunakan  gagasan  dan  informasi mengenai  karakteristik  peserta  didik.  Masalah    yang  dihadapi  oleh  pendidik
adalah  pemahaman  terhadap  peserta  didik,  seperti  masalah  variasi  kemampuan, kakuatan dan kelemahan, dan tahap
– tahap perkembangan peserta didik. Sesuai    dengan  pendidikan  anak  usia  sekolah  dasar,  guru  perlu  memahami
dengan  benar  sifat  dan  karakteristik  peserta  didik  agar  dapat  mendidik  dan mengajar  dengan  baik,  sehingga  potensi  dan  kemampuan  yang  dimiliki  oleh
peserta didik terbina dan terasah denga n optimal. Menurut Piaget dalam Rifa’i dan
Anni 2012 : 32 –35, perkembangan kognitif mencakup empat tahap, yaitu :
1 Tahap Sensorimotorik 0-2 tahun. Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengkordinasikan pengalaman indera  sensori mereka  seperti
melihat dan mendengar  dengan gerakan motorik  otot  mereka  menggapai dan    menyentuh.  Pada  awal  tahap  ini,  bayi  hanya  memperlihatkan  pola
reflektif  untuk  beradaptasi  dengan  dunia  dan  menjelang  akhir  tahap  ini  bayi menunjukkan  pola  sensorimotorik  yang  lebih  kompleks.  Selama  dalam  tahap
ini,  pengetahuan  bayi  tentang  dunia  adalah  terbatas  pada  persepsi  yang diperoleh dari penginderaannya dan kegiatan motoriknya.
40
2 Tahap  Praoperasional  2-7  Tahun.  Pada  tahap  ini  pemikiran  anak  bersifat simbolis,  egoisentries,  dan  intuitif,  sehingga  tidak  melibatkan  pemikiran
operasional.  Pemikiran  pada  tahap  ini  terbagi  menjadi  dua  sub-tahap,  yaitu simbolik  dan  intutitif.  Sub-tahap  simbolis  2-4  tahun  yaitu  dimana  anak
secara mental sudah mampu mempresentasikan objek yang tidak nampak dan penggunaan  bahasa  mulai  berkembang  ditunjukkan  dengan  sikap  bermain,
sehingga  muncul  egoism  dan  animism.  Sub-tahap  intuitif  4-7  tahun  yaitu pada  tahap  ini  anak  mulai  menggunakan  penalaran  primitif  dan  ingin  tahu
jawaban  dari  semua  pertanyaan.  Disebut  intuitif  karena  anak  merasa  yakin akan  pengetahuan  dan  pemahaman  mereka,  namun  belum  menyadari
bagaiaman mereka bisa mengetahui cara-cara yang mereka ingin ketahui. 3 Tahap  Operasional  Kongkrit  7-11  tahun.  Pada  tahap  ini  anak  mampu
mengoprasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit. 4 Tahap  Operasional  Formal  7-11  tahun.  Pada  tahap  ini  anak  sudah  mampu
berfikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas  dalam  pemecahan  problem  verbal.  Pemikiran  ini  bisa  menjadi  fantasi,
sehingga  mereka  seringkali  menunjukkan  keinginan  untuk  segera mewujudkan cita-citanya.
Bersumber teori Piaget, dapat dimaknai bahwa, peserta didik usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit, dimana peserta didik sudah mampu
mengoperasionalkan  logikanya,  namun  masih  dalam  bentuk  benda  kongkrit  dan belum bias berfikir secara abstrak. Hal ini menyebabkan peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami materi pada mata pelajaran  IPS.  Ini  akan berdampak
41
pada  rendahnya  motivasi  belajar  siswa  yang  pada  akhirnya  mempengaruhi  hasil belajar siswa yang cenderung rendah pula.
2.2.7 Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar