Hasil Belajar LANDASAN TEORI

27 masing peserta didik, peneliti menetapkannya berdasarkan hasil analisis angket yang telah diisi oleh peserta didik. Dari tiap butir pertanyaan tersebut memiliki skor masksimal 4 untuk tiap butir pertanyaan. Pada angket penelitian ini terdapat 25 butir pertanyaan, sehingga apabila dikalikan dengan skor maksimal tiap butir pertanyaan diperoleh skor maksimal dari seluruh pertanyaan yang ada pada angket yaitu 100. Penentuan tingkat motivasi yang dimiliki oleh masing – masing peserta didik, beracuan pada pemerolehan skor angket peserta didik. Dimana skor minimalnya yaitu 25 dan skor maksimalnya 100, yang ditetapkan berdasarkan jumlah skor maksimal dari skor angket. Hasil peringkat motivasi yang dimiliki peserta didik ini dikorelasikan dengan hasil belajar peserta didik.

2.1.3 Hasil Belajar

Proses belajar yang diikuti oleh peserta didik akan mendapatkan hasil, yang disebut hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku dan kemampuan peserta didik yang diperoleh setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut sesuai dengan apa yang dipelajari oleh peserta didik dan apa yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar berhubungan pada proses pembelajaran. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat dari Suprijono. Suprijono 2012: 7 mengemukakan, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek – aspek perubahan perilaku 28 tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Menurut Gagne yang dikutip oleh Suprijono 2012 : 5-6 memaparkan bahwa hasil belajar terdiri dari informasi verbal yang berupa pengetahuan, keterampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif. Untuk mengetahui seberapa penyampaian hasil belajar yang diperoleh individu peserta didik harus dilakukan suatu penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Purwanto 2014 : 46 menambahkan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Menurut Bloom yang dikutip oleh Sudjana 2010: 22-23 membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: 1 ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Benjamin Bloom dalam Poerwanti, 2008:1-23 mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam dua ranah domain utama, yaitu ranah kognitif dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan kreasi. Pengetahuan knowledge, pada jenjang ini siswa dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Pada jenjang pemahaman siswa dituntut untuk memiliki kemampuan memahami atau mengerti tentang apa yang diajarkan, mengerti apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus 29 menghubungkannya dengan hal-hal lain. Pada jenjang penerapan siswa dituntut untuk dapat menggunakan ide-ide umum, tata cara atau metode – metode, prinsip- prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Pada jenjang analisis siswa dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi baru dan konkret. Jenjang analisis, pada jenjang ini siswa dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur - unsur atau komponen pembentuknya. Jenjang evaluasi dan jenjang kreasi, dimana siswa dituntut untuk dapat menciptakan suatu karya yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan; 2 ranah afektif, berkaitan dengan sikap. Aspek afektif, berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dan bersikap positif sesuai dengan norma yang berlaku, contoh : peserta didik dapat menjalin interaksi yang baik dengan sesama teman dan masyarakat disekitarnya; dan 3 ranah psikomotorik, berkaitan dengan hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak yang meliputi kemampuan peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS, contoh : setelah mempelajari materi tentang alat komunikasi, peserta didik dapat membuat kentongan secara mandiri sesuai dengan kegunaannya. Dari ketiga ranah yang menjadi objek belajar tersebut yaitu ranah kognitif merupakan ranah yang paling sering dinilai guru berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Untuk menilai dari ketiga ranah tersebut tidak dapat dilakukan secara instan secara singkat akan tetapi harus secara berkala melalui proses pembelajaran. Ranah kognitif dapat dinilai melalui tugasPR, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Ranah afektif dapat dinilai melalui pengamatan kepada peserta didik berdasarkan sikap peserta didik dalam 30 proses pembelajaran. Sedangkan untuk ranah psikomotoris dinilai melalui suatu karya yang dihasilkan oleh peserta didik dan kemampuan bertindak siswa dalam pembelajaran. Hasil belajar dikatakan baik apabila tujuan belajar tercapai. Tujuan pembelajaran IPS dikatakan tercapai apabila peserta didik dapat mencapai aspek kognitif yang meliputi kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah; aspek afektif yang meliputi kemampuan berkomunikasi dan bersikap positif peserta didik; dan aspek psikomotorik yang meliputi kemampaun mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS serta kemampuan berkarya peserta didik sesuai dengan materi pembelajaran IPS. Pada penelitian ini, peneliti membatasi penelitian pada ranah kognitif peserta didik pada mata pelajaran IPS, sehingga tujuan IPS dapat dikatakan tercapai oleh peserta didik apabila peserta didik dapat mencapai aspek kognitif yang meliputi kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah.

2.1.4 Pembelajaran