Masuknya Komunitas Street Punk ke Kancah Politik

Pada pertengahan tahun 1990-an aliran anarcho punk mulai masuk ke Indonesia. band-band dari Skandinavia dibawah label Distortion Records dan label Amerika seperti Havoc Records memberikan warna dan dinamika baru bagi perkembangan punk di Indonesia. Musik Hardcore punk dan Crusty mulai dimainkan oleh band-band punk dimana band-band tersebut membawakan lagu-lagu dengan lirik-lirik lagu yang lebih eksplisit yang mengandung nilai-nilai ideologi anarkisme, seperti anti negara dan menentang kapitalisme.

2.3.4 Masuknya Komunitas Street Punk ke Kancah Politik

Pengaruh kekuasaan ekonomi-politik di dalam perjalanan sejarah komunitas punk memberikan dampak bagi arah perubahan dan perkembangan komunitas punk. Ini dapat terlihat dari proses komodifikasi dan penyerapan kebudayaan oleh kaum-kaum kapitalisme dengan perangkat institusinya seperti media massa. 66 Situasi politik yang memanas pada tahun 1998, membuat individu dalam komunitas punk merasakan relevansi diantara literatur politik punk dengan realitas politik Indonesia. Persentuhan punk dengan gerakan politik mulai terjadi disaat adanya individu- individu punk yang menjadi mahasiswa dan bergabung dengan gerakan mahasiswa di Unsur-unsur politik mulai memasuki komunitas punk dimana disaat yang bersamaan perubahan internal dan perubahan eksternal bertemu dalam satu momen historis. Perubahan internal yang didorong oleh masuknya Profane Existence serta band- band aliran crusty dan hardcore punk dengan lirik-liriknya yang politis mulai mengisi pengetahuan punk. Akan tetapi, hal ini juga berkaitan dengan kondisi sosial politik di era akhir tahun 1997 menjelang masa kejatuhan Soeharto era reformasi. 66 Zines Red Rebel Stand Equal 6. Universitas Sumatera Utara universitas tempat mereka belajar. Di luar kampus, banyak individu atau kelompok- kelompok punk yang bergabung dengan kelompok-kelompok pergerakan masyarakat sipil seperti pergerakan Kaum Miskin Kota, dan LSM-LSM lain yang banyak bermunculan pada masa itu. Pada saat yang bersamaan, kelompok politik PRD melakukan rekrutmen politik kepada kelompok-kelompok punk di seluruh Indonesia. PRD dengan orientasi kader- kader politik anak muda melihat komunitas underground seperti komunitas metal, komunitas punk dan komunitas anak muda lainnya sebagai target rekrutmen. Teknik PRD ini memiliki kemiripan dengan British National Party atau National Front di Inggris yang menggunakan anak muda dan komunitas-komunitas musik sebagai “lahan” pengkaderan partai politik. 67 Akhirnya, tanpa menyadari dirinya menjadi alat permainan politik, banyak individu atau kelompok-kelompok punk yang menjadi “underbow” oleh partai-partai politik. Pada periode 1998-2001 banyak individu atau kelompok punk ikut dalam demo- demo di jalan-jalan. Keterlibatan punk dalam perkancahan politik pada akhirnya menghilang dengan turunnya suhu politik disaat memasuki era reformasi. Ketidakjelasan eksistensi PRD dan timbulnya kesadaran untuk lebih membangun komunitas punk itu sendiri serta kesadaran akan diperalatnya individu dan kelompok punk pada perkembangannya menghentikan keterlibatan komunitas punk dalam politik. 68 Menurut Fathun Karib 69 67 Zines Red Rebel Stand Equal 6. 68 Zines Red Rebel Stand Equal 6. 2007, ada dua hal yang mempengaruhi komunitas street punk ikut 69 http:www.jakartabeat.netmusik151-sejarah-komunitas-punk-jakarta-bagian-3.html Universitas Sumatera Utara dalam kancah politik, faktor eksternal dan faktor internal. Adapun faktor eksternal meliputi: • Masuknya Profane Existence fanzine dari Amerika ke Indonesia yang menjadi cikal bakal terbitnya zine-zine di Indonesia. • Pengaruh band-band hardcore punk, anarcho punk dan crusty dari luar negeri. Sementara itu, faktor-faktor internal meliputi: • Banyaknya anak-anak punk pada era tersebut yang kuliah. • Berdirinya Front Anti Fasis di kota Bandung yang paling radikal dalam hal politik yang turut serta mempengaruhi komunitas street punk di Indonesia. 2.3.5 Keluarnya Komunitas Street Punk dari Kancah Politik dan Kembalinya Komunitas Street Punk melakukan Etos Kerja D. I. Y Setelah komunitas street punk menghentikan keterlibatan komunitas ini dalam politik, maka nilai-nilai Do It Yourself D. I. Y. bangkit kembali dan menjadi pilihan oleh individu maupun komunitas punk. Nilai-nilai tersebut merupakan metode yang mereka jalankan untuk menciptakan serta menghasilkan produksi dan menguasai alat produksi itu sendiri terlepas dari dominasi penguasaan mode of production oleh institusi yang dominan. Nilai-nilai D. I. Y. ini begitu kuat tertanam. Salah satu peristiwa penting yang terjadi adalah keluarnya produk kaset karya komunitas punk Bandung yang dikenal dengan kompilasi “Bandung Burning” yang berisikan karya-karya band-band punk komunitas Bandung. Pada tahun 2001, sebuah komunitas punk Jakarta yaitu LOCOS mengeluarkan album kompilasi “Walk Together Rock Together”. Album ini berisi karya- Universitas Sumatera Utara karya band-band seperti Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge, Front Side, Youth Against Facism, Genocide, Secret Agent, Out of Step, dan Cryptical Death. 70 Pada perkembangan berikutnya, komunitas LOCOS ini membuat karya kompilasi yang dikenal dengan album “Still One Still Proud”, berisikan 13 band punk Jakarta seperti The Idiots, Ina Subs, Dead Germ, Total Destroy, MidHumans, Septic Tank, Error Crew, Out of Control, Kremlin, Overcast, Sexy Pigs, Dislike, dan Cryptical Death. Karya monumental ini dikeluarkan oleh records label musik underground pertama di Jakarta yaitu Movement Records. Hadirnya kompilasi ini juga menandakan berakhirnya era gank- gank punk. Kelompok-kelompok punk mulai menyadari arti penting dari persatuan dan kebersamaan. Selain produksi musik melalui media kaset, LOCOS untuk pertama sekalinya membuat zine yang berisikan biografi band-band yang tergabung di dalam kelompok tersebut. Produk atau karya-karya tersebut menginspirasikan komunitas punk untuk merealisasikan semangat dan nilai-nilai etos kerja D. I. Y. 71 Memasuki era tahun 2000-an, band-band yang tergabung dalam komunitas- komunitas punk mulai melakukan rekaman dan memproduksi karyanya sendiri, dengan kata lain, band-band tersebut tidak lagi membawakan lagu-lagu milik band-band luar negeri. Perkembangan ini tanpa disadari telah menciptakan sebuah pasar alternatif bagi komunitas punk. Pasar distribusi penjualan karya-karya punk mulai terbentuk, tidak Tidak berhenti hanya pada produksi kaset, kelompok-kelompok punk lainnya mulai memproduksi zine dan menjalankan usaha sablon untuk memproduksi kaos, emblem, pin, asesoris-asesoris punk, dan produk-produk punk lainnya. 70 Zines Red Rebel Stand Equal 6. 71 Zines Red Rebel Stand Equal 6. Universitas Sumatera Utara hanya di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bali dan Medan, bahkan telah sampai ke Malaysia, Singapura dan Australia. Ternyata komunitas punk telah membangun jaringan pasar pendistribusian karya-karyanya tanpa terdeteksi oleh industri musik. Fathun Karib 72 1. Periode I : Pra Punk di akhir era 80an. 2007 dalam skripsi jurusan Sosiologi, Universitas Indonesia yang berjudul “Sejarah Komunitas Punk Jakarta” mengatakan bahwa punk di Indonesia dapat dibagi atas beberapa periode, yaitu: 2. Periode II : Lahirnya Generasi Punk Pertama 19891990-19951996 3. Periode III : Terbentuknya Fondasi Ekonomi Punk 1996-2001 4. Periode IV : Punk menuju Komunitas Internasional 2001-2006

2.4 Gambaran Umum Kota Medan

Dari hasil penelaahan yang dilakukan oleh tim sejarah rekonstruksi kota Medan, menghasilkan kesimpulan tentang latar belakang historis kota Medan yaitu, bahwa kota Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring yang berasal dari etnis Karo. Setelah melakukan beberapa pertimbangan tentang berdirinya kota Medan, akhirnya disimpulkan bahwa kota Medan berdiri tanggal 1 Juli 1590, maka tanggal 1 Juli dijadikan sebagai hari ulang tahun kota Medan,9 yang dirayakan setiap tahunnya. 73 Keadaan Medan pertama kalinya adalah sebuah perkampungan, yang berfungsi sebagai tempat pemukiman beberapa orang manusia, dan semakin lama jumlah penduduk 72 http:www.jakartabeat.netmusik151-sejarah-komunitas-punk-jakarta-bagian-3.html 73 Pemerintah Kota Medan, Profil Kota, Medan: Pemko, 2004. hlm. 34. Universitas Sumatera Utara