Sejarah Masuknya Street Punk di Kota Medan

Tabel I Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Suku Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000 Suku Persentase Jumlah Penduduk Melayu Karo Simalungun Toba Mandailing Pakpak Nias Jawa Minang Cina Aceh Lainnya 5,89 5,09 2,04 25,62 11,27 0,73 6,36 33,40 2,66 2,71 0,97 3,29 674.122 jiwa 585.173 jiwa 234.515 jiwa 2.948.264 jiwa 1.296.518 jiwa 83.866 jiwa 731.620 jiwa 3.843.602 jiwa 306.550 jiwa 311.779 jiwa 111.686 jiwa 379.113 jiwa Sumber : Badan Pendataan Statistik Propinsi Sumatera Utara

2.5 Sejarah Masuknya Street Punk di Kota Medan

Medan sebagai salah satu kota besar di Pulau Sumatera, juga mendapat pengaruh modernisasi dalam perkembangan musik, terutama musik punk beserta komunitasnya yaitu komunitas street punk. Universitas Sumatera Utara Di Indonesia, musik rock lah yang menjadi pionir untuk jenis-jenis musik lainnya. Musik rock mulai masuk ke kota Medan sekitar akhir tahun 1970-an. Pada waktu itu, banyak remaja Medan yang mulai menekuni kegemaran baru yaitu bermain musik rock, meniru anak muda di Jakarta yang juga sedang gemar-gemarnya dengan musik rock. Mereka mulai membentuk kelompok musik rock dan berusaha untuk tampil di berbagai konteks pertunjukan yang diselenggarakan di Medan. Perkembangan musik rock di Medan pada tahun 1970-an tersebut, ditandai dengan banyaknya bermunculan kelompok- kelompok musik rock seperti; Minstreal, Freedom, Minstream, Destroyer’s, The Stroom, Lime Stone dan lain sebagainya. Kehadiran mereka ternyata telah membangkitkan semangat bermusik di kalangan anak-anak muda Medan. Bahkan mereka juga telah berhasil mendapatkan penggemar yang membentuk kelompok masing-masing terhadap musisi yang diidolakan tersebut. Hal ini terbukti ketika diadakan pertunjukan musik rock pada waktu itu, para penggemar tersebut selalu bersikap fanatic dengan teriakan-teriakan yang histeris ketika musisi idola mereka tampil, gaya berpakaian dan dandanan mereka yang dimiripkan dengan musisi-musisi idolanya, dan perilaku-perilaku serta ciri khas lainnya. Biasanya juga, ketika para musisi Medan tersebut tampil pada satu pertunjukan musik rock, mereka selalu membawa supporter dan penggemar mereka dengan membawa perlengkapan bendera, kembang api atau spanduk dan sejenisnya. 74 Akibat pengaruh ekspansi kebudayaan barat, muncul suatu tren di kalangan anak mudaremaja untuk mengadopsi bentuk-bentuk kebudayaan yang datangnya dari barat. Termasuk salah satunya adalah mengadopsi aliran musik. Dengan adanya pengadopsian musik barat di kalangan remaja di kota Medan mengakibatkan perkembangan musik yang 74 Baca “Satu Dasawarsa Konser Musik Siblonk” Catatan Pendek Perjalanan Musik Rock di Medan oleh Dharma, 2001:3-7. Universitas Sumatera Utara sangat pesat yang hampir sama dengan perkembangan musik di negeri asalnya. Sehingga kita dapat menemukan jenis-jenis musik asing yang jauh berbeda dengan musik yang dimiliki oleh tradisi ataupun budaya seluruh etnis di Indonesia. Mulai dari konteks penggunaannya, jenis alat musiknya, lirik, irama bahkan sampai kepada cara berpakaiannya. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa informan, maka penulis mendapat data-data yang berhubungan dengan perkembangan musik punk di Medan beserta komunitas street punk di Medan. Kemunculan street punk di kota Medan tidak lepas dari adanya komunitas underground di kota Medan yang lebih dulu ada seperti yang akan penulis paparkan berikut ini. Komunitas musik underground di Medan terbentuk atas ide-ide dari anak-anak band underground pertama di Medan sekitar tahun 1990-an. Mereka terdiri dari anak- anak muda kreatif yang mempunyai suatu pemikiran dan tujuan yang sama dengan maksud untuk mempersatukan band-band underground Medan walaupun mereka masing-masing berasal dari sub-aliran musik yang berbeda-beda ke dalam suatu wadah dengan semangat persaudaraan dan kekeluargaan untuk sama-sama menumpahkan inspirasi dan apresiasi bermusik mereka ke dalam wadah tersebut. Selain itu, mereka juga mempunyai harapan agar komunitas mereka dapat diterima oleh masyarakat luas seperti yang dipaparkan Boris SPR, salah satu informan penulis. Dari informasi yang penulis dapatkan dari Boris SPR 75 75 Hasil wawancara di UMSU Fakultas FISIP pada tanggal 8 Mei 2010 salah satu personil band Street Punk Rockers, bahwa pada tahun 1994 lahirlah komunitas underground pertama di Medan yaitu komunitas Inalum Brotherhood yang berada di Jalan Abdullah Lubis No. 16. Inalum Brotherhood terbentuk karena pengaruh gaya hidup dari anak-anak muda Universitas Sumatera Utara Jakarta dan kota-kota besar di Jawa lainnya seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Bali yang mulai menjadikan musik menjadi gaya hidup disertai lahirnya komunitas-komunitas musik dari berbagai aliran-aliran musik yang tergabung dalam Inalum Brotherhood sebagai salah satu komunitas underground kota Medan, yang salah satu diantaranya adalah komunitas street punk. Komunitas punk pada saat itu masih bergabung dengan komunitas Inalum Brotherhood ini, dan belum ada komunitas khusus bagi anak-anak street punk. Boris SPR 76 menceritakan, pada tahun 1997-an komunitas underground Inalum Brotherhood membuat pertunjukan musik underground di IKIP Medan UNIMED sekarang yang merupakan pertunjukan pertama musik underground di kota Medan. Selanjutnya, komunitas-komunitas lainnya seperti komunitas punk pringgan cikal bakal lahirnya komunitas MCPMedan City Punk dan Distro 734 dulu di Jalan Gajah Mada dan Retalk mulai membuat pertunjukan underground di Jalan Listrik gedung Kapendam. Dan pada tahun ini jugalah, dunia underground Medan membuat suatu inovasi dengan membuat kaset kompilasi indie label 77 76 Hasil wawancara dengan informan penulis, Boris SPR pada tanggal 11 Mei 2010, Pukul 16.00 WIB di Jln. Dr. Mansyur. 77 Indie Label menurut Gombloh 2001:9 adalah sebutan untuk bentuk industri rekaman musik, dimana posisi pemusik juga merangkap sebagai produser, eksekutif produser, penata musik untuk rekamannya dan juga sebagai distributor yang biasanya jumlah produksi rekaman tergantung pada keuangannya sendiri juga. yaitu “Indie Label Total”. Kaset ini diisi oleh berbagai macam band dari berbagai aliran musik yang tergabung dalam musik underground, seperti trash metal, heavy metal, black metal, punk rock, dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara Sementara itu, menurut Ari 78 salah satu informan penulis, komunitas street punk Medan lahir pada tahun 1997-an, setelah kembalinya dua anak muda Medan yang mengambil pendidikan di Jakarta. Fahmi dan Hendra adalah dua orang yang berperan penting dalam perkembangan komunitas street punk kota Medan. Mereka berdua membawa literature, CD, kaset-kaset, dan zine punk yang mereka dapatkan selama berkuliah di Jakarta dan mulai mengenalkan ideologi punk kepada teman-teman mereka di kota Medan. Selain mendapatkan pengetahuan punk dari literature, CD, Kaset dan zine punk, cara yang dilakukan oleh Fahmi dan Hendra adalah dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan cara oral dari mulut ke mulut. Inilah yang disebut Ari sebagai generasi pertama komunitas street punk kota Medan. 79 Selain bergabung dengan kelompok Inalum Brotherhood dalam membuat suatu event, komunitas street punk ini juga sering melakukan event khusus bagi para punkers. Event-event punk sering diadakan di gedung PPIA depan Mesjid Agung, RC Rock Café, Gedung Kapendam Jalan Listrik, Pendopo USU, Gedung Aek Mual dan Kampus ITM. Event ini diadakan oleh para punkers secara independent, sebagai hasil dari etos kerja D.I.Y komunitas ini sendiri. Event-event yang diselenggarakan baik event khusus punkers maupun event yang diadakan bersama dengan komunitas-komunitas underground lainnya selalu rutin dilakukan dalam sebulan, tiga bulan atau bahkan enam bulan sekali. Akan tetapi, seperti yang disampaikan oleh Ari salah satu informan penulis, bahwa komunitas street punk pada generasi pertama ini eksistensinya masih hanya sebatas pada musikal dan organizer pertunjukan gigs saja. Belum ada gerakan, 78 Hasil wawancara di rumah informan di Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 26 Mei 2010, pukul 19.00 WIB 79 Hasil wawancara di rumah informan di Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 26 Mei 2010, pukul 19.00 WIB Universitas Sumatera Utara aksi-aksi protes ataupun kolektif pada generasi pertama ini. Komunitas street punk pada generasi ini juga masih bergabung dengan komunitas underground Inalum Brotherhood dan belum memiliki komunitas sendiri. Band-band yang terbentuk pada masa ini antara lain; SPR Street Punk Rockers, RKA Rel Kereta Api, Gedebak Gedebuk, Manifesto, Marhaen, Anti Bandits, Sub Normal, TV Lokal, Zero, One Face dan lain sebagainya. Pada tahun 1990-an ini, seperti yang dituturkan oleh Dino 80 Dari segi fashion seperti yang dipaparkan oleh Icoy SPR salah satu informan penulis, vocalist band SPR, salah satu informan penulis, gitaris SPR, band-band punk yang ada di kota Medan masih membawakan lagu- lagu milik band punk luar negeri yang mereka peroleh dari kaset-kaset yang mereka dapatkan dari teman-teman sesama punkers yang berasal dari Jawa. Belum ada band punk kota Medan yang membawakan lagu-lagunya sendiri. 81 pada tahun 1990-an tidaklah sebaik masa ini. Penggunaan tato dan pierceng sangat jarang karena selain harganya mahal, akses untuk membelinya juga sangat terbatas atau bahkan tidak ada. Distro-distro 82 Setelah komunitas Inalum Brotherhood tidak aktif lagi, terbentuklah beberapa komunitas-komunitas baru, diantaranya adalah komunitas MCP Medan City Punk, komunitas di dekat rumah sakit Malahayati komunitas ini mengklaim dirinya sebagai juga sama sekali belum ada pada era 1990-an ini baik itu distro yang menjual baju, pierceng maupun distro tato. Style komunitas street punk kota Medan pada masa itu masih sebatas meniru style dari band- band luar negeri yang menjadi idola mereka. 80 Hasil wawancara di UMSU Fakultas FISIP pada tanggal 8 Mei 2010 81 Hasil wawancara dengan informan penulis, Boris SPR pada tanggal 11 Mei 2010, Pukul 16.00 WIB di Jln. Dr. Mansyur. 82 Akan lebih penulis jelaskan pada Bab III, hal 123. Universitas Sumatera Utara NAZI Punk, dan komunitas RASCAL sekitar tahun 1998-an. Walaupun pada masa sekarang ini ketiga komunitas diatas juga telah vakum tidak aktif lagi. Tetapi orang- orang yang sempat ikut di dalam komunitas ini masih ada yang tetap eksis hingga hari ini. Menurut Tulank Gitarist RKA dalam zine NewKicks issue 3, pada tahun 1990- an, punk di kota Medan tak ubahnya hanyalah sebuah genre musik saja. Dan menurut Tulank, punk di kota Medan pada saat itu tidak ubahnya seperti organisasi militer dikarenakan adanya sifat “senioritas” yang masih kental pada para punkers, dimana bila ada seseorang yang ingin masuk dan bergabung dalam komunitas street punk ini, maka orang tersebut harus melewati sesuatu yang bisa kita bilang seperti “ospek” atau “pelonco” dari seniornya. Juga ditambahkan oleh Tulank, adanya kewajiban memakai kartu tanda pengenal punk KTP Punk, jadi seseorang dikatakan punk apabila memiliki KTP tersebut. Sekitar tahun 1999, terbentuklah zines 83 pertama di Medan yang dibuat berdasarkan etos kerja D.I.Y tersebut. Zine ini diberi nama SIAMBALANGANZINES. Walaupun pada masa sekarang ini, zine ini sudah tidak ada lagi. Kemudian dilanjutkan dengan dibuatnya BRONTAK ZINES, yang tetap eksis hingga hari ini. Label record juga sudah terbentuk pada masa ini, bernama SIB BABAMI RECORDS. 84 Pada awal tahun 2000-an, muncullah komunitas baru bernama SARAFS Satuan Rakyat Anti Rasis Fasis sebagai generasi kedua komunitas street punk kota Medan. Komunitas inilah yang menyebabkan punk di Medan mengalami perubahan dan perkembangan. Komunitas ini mencoba untuk menjadikan punk bukan lagi hanya 83 Zines adalah majalah Punk. 84 Hasil wawancara dengan informan penulis, Boris SPR pada tanggal 11 Mei 2010, Pukul 16.00 WIB di Jln. Dr. Mansyur. Universitas Sumatera Utara sekedar musik, organizer gigs atau fashion saja seperti yang diungkapkan oleh Ari informan penulis dan juga dimuat dalam Zines NewKicks issue 3. Beberapa perubahan yang dilakukan oleh komunitas ini adalah melakukan kegiatan di luar musik, misalnya, mereka sering membuat diskusi rutin untuk menggali dan lebih mempelajari lagi apa itu punk dan kegiatan-kegiatan apa saja yang seharusnya dijalankan oleh komunitas ini. Komunitas ini juga sering terlibat aksi untuk turun ke jalan atau berdemonstrasi menentang kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak terhadap masyarakat, khususnya masyarakat dari golongan bawah. Komunitas ini juga membuat zines yang diberi nama KEBEBASAN ZINES. Orang-orang yang bergabung dalam komunitas ini juga sudah mulai membuat sablon dan membuat barang-barang lokal. Komunitas ini pada akhirnya vakum dan tidak eksis lagi, tetapi orang-orangnya masih banyak yang bertahan hingga hari ini termasuk Reza dan Ari informan penulis. Komunitas ini memprakarsai terbentuknya kolektif-kolektif di dalam komunitas street punk kota Medan. Menurut Ari 85 85 Hasil wawancara di rumah informan di Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 26 Mei 2010, pukul 19.00 WIB informan penulis, kolektif adalah sebuah wadah dari komunitas street punk yang melakukan segala sesuatunya secara bersama-sama, tidak ada kesenjangan di dalamnya, tidak ada “senior” dan “junior”, tidak ada “majikan” dan “budak” di dalamnya, tidak ada “individualisme” di dalamnya. Semua orang di dalam komunitas tersebut adalah setara dan melakukan segala sesuatu bersama. Akan tetapi menurut Reza salah seorang informan penulis, penulis zines Newkicks, segala sesuatu yang dikerjakan di dalam hal ini tidak harus selalu “uang”, boleh hal-hal lain baik berupa materi maupun moril, ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun konsep. “Ide kita boleh Universitas Sumatera Utara berbeda-beda tapi tujuannya tetap sama”. Jadi kolektif menurut Reza informan penulis adalah wadah untuk mengajak individu-individu dalam komunitas street punk mengerjakan segala sesuatunya secara bersama-sama. Disinilah dituntut kesadaran dan kedewasaan diri masing-masing individu untuk berkolektif, karena di dalam kolektif tidak ada unsur paksaan. Ari 86 Setelah komunitas SARAFS Satuan Rakyat Anti Rasis Fasis vakum dan tidak lagi aktif, muncullah kolektif-kolektif di dalam komunitas street punk kota Medan. Kolektif yang pertama sekali lahir adalah kolektif Sutomo yang lahir pada tahun 2001. Kolektif ini banyak mendapat perhatian karena tempatnya yang cukup strategis. Mulai banyak orang yang bergabung dengan kolektif ini, dan kolektif sutomo inilah yang banyak membawa perkembangan dalam komunitas street punk kota Medan sehingga disebut sebagai generasi ketiga komunitas street punk kota Medan. Seperti disampaikan oleh Ari menambahkan bahwa: “Nahhh…….kalo kita membandingkan kolektif dengan organisasi. Jika seseorang ikut bergabung dalam suatu organisasi, apabila dia bermasalah dalam organisasi tersebut, maka dia bisa dikenakan sanksi, diberikan surat peringatan atau bahkan dipecat. Sementara di dalam kolektif hal tersebut tidak akan kita jumpai. Jadi ada nilai-nilai humanis yang terkandung di dalamnya, karena ada naluri untuk membangun kesadarannya sendiri. Di dalam kolektif tidak ada hirarki, kesenjangan atau adanya stratifikasi sosial seperti yang kita jumpai di dalam suatu organisasi. “ 87 “Pertama sekali kita membuat acara musik atau biasanya, kita para punkers sebut dengan gigs yaitu BERSAUDARA Vol I, itu kita adakan di Open Stage Taman Budaya pada tahun 2002. Acara ini terorganisir secara kolektif dengan menggunakan etos kerja D.I.Y yang diselenggarakan oleh kolektif Sutomo. Semua komunitas street punk yang ada di Medan kita undang untuk tampil dan menyumbangkan karyanya di dalam acara ini. Karena di dalam acara ini tidak informan penulis: 86 Hasil wawancara di rumah informan di Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 26 Mei 2010, pukul 19.00 WIB 87 Hasil wawancara di rumah informan di Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 26 Mei 2010, pukul 19.00 WIB Universitas Sumatera Utara hanya musikal saja, tetapi ada juga diskusi mengenai bagaimana cara mengorganisir suatu acara dengan baik dan tentu saja secara independent dan mandiri secara D.I.Y, tanpa bantuan sponsor atau donatur. Dan hal itu terus berkembang hingga hari ini. Buktinya komunitas street punk semakin banyak dan tetap eksis. Artinya komunitas kita tidak mati, tapi tetap berjalan mengikuti perkembangan setelah vakumnya komunitas SARAFS. Kolektif sutomo menurut saya adalah generasi ketiga street punk di kota Medan karena memang kolektif inilah yang membawa perkembangan paling banyak dan eksistensinya yang paling nyata setelah vakumnya komunitas SARAFS itu. Hanya saja sekarang ini, dalam mengorganisir suatu acara, kita ingin supaya acara kita itu bermakna dan berguna bagi banyak orang. Karena kita, komunitas street punk ingin agar dengan adanya gigs tersebut ada media-media yang akan disampaikan di dalamnya, seperti aksi Food Not Bombs, atau media Nobar nonton bareng film dokumenter tentang apapun. Bisa tentang ekologi, Hak Asasi Manusia HAM, atau tentang lingkungan hidup. Jadi tidak seperti generasi punk pertama yang hanya membuat acara musik saja lantas selesai manggung, langsung pulang ke rumah.” Salah satu faktor penghambat bagi komunitas street punk ini adalah citra buruk bagi komunitas, penganut ideologi dan pengusung musik ini. Mengingat musiknya adalah salah satu musik keras dan terkesan tak beraturan, juga mengingat style dan fashion pakaian mereka yang mengakibatkan kurang diterimanya mereka di dalam masyarakat. Begitu juga dengan kehadiran pendukung musik tersebut sering dianggap identik dengan kekerasan. Mereka dianggap sangat meresahkan, kumal, dekil dan gelandangan. Bahkan terkadang dianggap sebagai suatu penyakit masyarakat. Hal ini semakin mempersulit perkembangan komunitas street punk ini. Imej yang buruk yang didapatkan dari masyarakat menambah sulitnya perkembangan komunitas, ideologi dan musik. Bahkan pemerintah sendiri menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan mereka. Dimana mereka sering sekali ditangkap oleh aparat kepolisian dan dinas sosial seperti pamong praja karena dianggap mengganggu ketertiban umum. Tak jarang mereka bentrok dengan Universitas Sumatera Utara aparat kepolisian dan dinas sosial seperti yang terjadi di kolektif sutomo seperti yang disampaikan oleh Putra 88 “Tantangan lain yang datang adalah dari razia tramtib satpol pp dan dinas sosial yang menjaring teman-teman punk jalanan, juga polisi pemburu preman yang merasa bahwa kita punk jalanan yang sering kelihatan di jalanan dengan dandanan aneh dan badan penuh tato adalah preman atau juga copet…..yang benar aja….masa Freeman dibilang preman. Namun pada akhirnya tanggapan miring itu dan penangkapan itu bisa perlahan-lahan berkurang seiring dengan intensitas dan kapasitas kita sebagai punk jalanan yang memiliki kontribusi dan eksistensi yang kesemuanya dikerjakan sendiri dan bersama buat kota Medan.” informan penulis: “kami sering dianggap gembel oleh pemerintah dan pihak berwajib, makanya mereka melakukan segala usaha untuk mengusir kami. Tapi kami tetap bertahan...........Cuma terkadang serba salah juga………. Disatu sisi para pihak berwajib dan dinas sosial tersebut hanya menjalankan tugas-tugasnya, karena kalo pihak berwajib dan dinas sosial tersebut tidak mampu menanggulangi kami, maka mereka akan dipecat oleh atasannya. Kasihan juga memang…….tapi mau gimana lagi…kami ini juga manusia…juga bukan preman atau kriminil…. kami gak pernah mau mengganggu orang lain……..kami hanya ingin mengekspresikan hidup kami dengan berada di jalanan. Gak lebih…..mungkin karena gaya dan style kami yang nyentrik ini ya makanya mereka takut ama kita...” Sementara itu, Reza menambahkan dalam tulisannya di zines NewKicks issue 1. dia mengatakan bahwa: 89 Tulank dalam zines Newkicks 3 gitaris RKA, pada masa sekarang ini era tahun 2000-an punk banyak mengalami perkembangan baik dari segi musik, fashion, gaya hidup. Banyak hal-hal yang positif yang dilakukan oleh komunitas street punk kota Medan pada masa sekarang ini. Akan tetapi, ada juga hal-hal negatif yang terjadi dalam komunitas ini, diantaranya, adanya pertikaian antar individu dan komunitaskolektif, tingkah komunitas street punk yang kadang tidak bisa menyesuaikan diri di tengah- 88 Hasil wawancara di Pendopo USU saat acara “Medan for Punk’s” pada tanggal 16 Mei 2010, Pukul 20.00 WIB. 89 Zines NewKicks issue 1. Universitas Sumatera Utara tengah masyarakat sehingga banyak prasangka negatif yang diterima oleh komunitas ini dari masyarakat umum. Setelah kolektif sutomo berdiri, maka bermunculanlah kolektif-kolektif baru di kota Medan yang meluas sampai ke Patimpus, Sei Kambing, Aksara, Juanda, Griya, Ayahanda, Titi Kuning, Brayan, Bilal dan sampai ke Belawan. 90 Seperti diceritakan oleh Tulank dalam zines Newkicks 3 gitaris RKA bahwa orang-orang di dalam kolektif-kolektif tersebut tidak hanya berasal dari kota Medan saja, tetapi juga berasal dari luar Medan, luar Provinsi Sumatera Utara seperti Jambi, Bengkulu, Padang, Jawa, Bali bahkan luar Indonesia seperti Jerman, Taiwan, Thailand, dll. Hal ini membuktikan terbentuknya jaringan link diantara kolektif-kolektif yang ada. Pada tanggal 16 Mei 2010 diadakan acara “Medan for Punk’s” dan penulis melakukan wawancara dengan Reza informan penulis di Pendopo USU, penulis juga sempat dikenalkan oleh Reza kepada salah seorang temannya yang merupakan seorang punkers yang berasal dari Taiwan, juga kepada punkers lainnya yang ternyata berasal dari luar Medan seperti, Jambi, Bengkulu, Sibolga, Padangsidempuan, Perbaungan, Tebing Tinggi, Lubuk Pakam, Pematangsiantar, Jakarta dan Yogyakarta. 90 Hasil wawancara dengan Reza di Pendopo USU saat acara “Medan for Punk’s” pada tanggal 16 Mei 2010, Pukul 20.00 WIB. Universitas Sumatera Utara Gambar 55. Reza, Putra, dan temannya seorang punkers dari Taiwan pada Gigs Medan for Punk’s, Pendopo USU, 16 Mei 2010 Gambar 56. Seorang punkers yang berasal dari Amerika Serikat bernama Yuuhan, penulis jumpai di CkCk kolektif, Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 16 Juni 2010, pukul 20.00 WIB Gambar 57. Seorang punkers yang berasal dari Malaysia bernama Alind, penulis jumpai di CkCk kolektif, Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 16 Juni 2010, pukul 20.00 WIB Universitas Sumatera Utara Menurut Ari 91 Salah satu pendukung perkembangan komunitas ini adalah sosialisasi yang sangat tinggi diantara mereka sendiri. Salah satu cara yang dilakukan oleh komunitas street punk ini adalah melakukan semacam “long march” dari satu kota ke kota yang lain untuk mensosialisasikan komunitas ini. Sebagai contoh adalah cara yang dilakukan oleh Ridho informan penulis, street punk yang berasal dari luar Medan biasanya akan membawa info-info baru dari kota mereka sendiri. Hal ini jugalah yang mendorong street punk dari kota Medan pergi keluar daerah untuk mencari info-info dan hal-hal baru yang bisa berguna untuk kemajuan kolektif-kolektif di Medan. Menurutnya, info itu tidak harus selalu mengenai punk, tetapi boleh juga berupa info-info yang lainnya di luar punk. 92 informan penulis, salah seorang punkers yang dikenalkan oleh Reza pada saat acara “Medan for Punk’s” pada tanggal 16 Mei 2010. Ridho adalah seorang penganut ideologi punk yang berasal dari pulau Jawa tepatnya Yogyakarta. Ridho mengaku memulai perjalanan untuk menyebarkan aliran punk di setiap kota yang dilaluinya. “Paling tidak untuk menambah pengalaman dan menambah teman” ujar Ridho pada penulis. 93 “Banyak punkers itu datang dari Bandung dan Jakarta. Sekedar untuk jalan- jalan kemari….yahhh…sambil mengajarkan punk kepada orang-orang yang ditemui di perjalanan. Biasanya sichhh…..kita dalam melakukan perjalanan tidak terlalu membutuhkan biaya yang besar. Kalau lapar yahhh kita ngamen, Ridho mengatakan bahwa cukup banyak orang-orang yang seperti dia. Melakukan perjalanan sendiri untuk menyebarkan aliran punk ini. 91 Hasil wawancara di rumah informan di Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 26 Mei 2010, pukul 19.00 WIB. 92 Hasil wawancara di Pendopo USU saat acara “Medan for Punk’s” pada tanggal 16 Mei 2010, Pukul 20.00 WIB. 93 Hasil wawancara di Pendopo USU saat acara “Medan for Punk’s” pada tanggal 16 Mei 2010, Pukul 20.00 WIB. Universitas Sumatera Utara kalau mau naik angkutan umum kita bisa menumpang di truk ato mobil-mobil pengangkutan barang. Yang penting itu jujur saja kalo kita tidak punya uang. Permisi ama kondektur atau supirnya terlebih dahulu. Biasanya tidak akan ada masalah kok. Malah mereka baik, mau memberi kita rokok dan makan….” 94 Segi fashion pada masa ini tahun 2000-an menurut Icoy SPR 95 94 Hasil wawancara di Pendopo USU saat acara “Medan for Punk’s” pada tanggal 16 Mei 2010, Pukul 20.00 WIB. 95 Hasil wawancara di UMSU Fakultas FISIP pada tanggal 8 Mei 2010 salah satu informan penulis, vocalist band SPR juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan tato dan pierceng sudah banyak terlihat pada tubuh para punkers. Dalam membuat tato, Icoy SPR menyebutkan bahwa para punkers tersebut meminta bantuan teman-teman sesama punkers yang mengerti tentang tato menggunakan alat-alat sederhana berupa jarum, tinta cina dikarenakan tinta tato masih susah didapat dan sangat mahal harganya, dinamo. Biasanya untuk motif tato selain mereka buat sendiri, mereka juga mendapatkan motif tato tersebut dari internet baik itu dari situs khusus tato atau meminta link dari punkers di kota lain. Sementara untuk penggunaan pierceng, individu yang bergabung dalam komunitas street punk rata-rata memakai pierceng. Pada saat ini, pierceng bukan lagi hal yang baru karena mudah didapat dan murah harganya. Hal ini yang merupakan cikal bakal dari lahirnya distro-distro tato dan pierceng sebagai realisasi dari etos kerja D.I.Y dimana para punkers ini jugalah yang membuat desain tato, desain pierceng, tahap produksi, sampai pada tahap distribusi. Akan tetapi, fenomena yang terjadi belakangan ini, tidak hanya para punkers saja yang memakai pierceng dan tato. Banyak juga musisi dari aliran musik lain yang senang memakai bahkan mengkoleksi pierceng dan merchandise punk tersebut. Tidak hanya itu, masyarakat awam juga sudah banyak yang mengenakan barang-barang milik kaum punk ini. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pada tahun 2006, musik dan gaya hidup anak muda Medan kembali dipengaruhi oleh westernisasi, yaitu masuknya pengaruh skateboard. Skateboard adalah papan yang diberikan empat roda, dua di depan dan dua di belakang. Dimainkan dengan dinaiki punggung papannya dan diluncurkan. Skateboard termasuk salah satu jenis olahraga ekstrim, karena skateboard sering dihubungkan dengan musik-musik keras sebagai pengiringnya seperti musik dari band NOFX, Pennywise, No Use for a Name, Descendents, Bad Religion, Fenix TX, Lag Wagon, Prophagandi, dan sebagainya yang menjadikan olahraga skateboard ini identik dengan musik punk. Pada perkembangan berikutnya, akibat dari westernisasi tersebut, banyak band-band punk baru yang bermunculan di kota Medan seperti; Warmachine, Empatbelas, Backside, P.O.M, Total, Accident, Red Cross Narchotic, FUCKTA, dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara

BAB III IDENTIFIKASI STREET PUNK DI KOTA MEDAN

3.2 Unsur-Unsur Penting Dalam Identifikasi Punk

3.2.1 Ideologi Punk

Para punkers membuat cabang budaya untuk kaum muda kelas menengah ke bawah yang menampilkan karakteristik budaya perlawanan terhadap ketertindasan dan ketidakadilan yang mereka temukan sehari-hari dalam kehidupan. Sehingga terbentuklah komunitas punk yaitu street punk di Inggris sebagai bentuk dari ekspresi dan aksi protes sosial. 96 Kelahiran punk di Inggris melahirkan banyak perubahan sosial yang ternyata tidak hanya terjadi di negara Inggris saja, tetapi menyebar ke negara-negara lainnya. Aksi-aksi komunitas punk yang turun ke jalan-jalan bersama-sama dengan kaum Ruang lingkup punk mulai kepada beragam bentuk pengekspresian diri seperti pada rekaman, kaset-kaset, fashion, majalah sampai pada ideologi. Adapun alasan punk mengapa memilih jalur “underground” sebagai media perlawanan mereka seperti yang diutarakan dalam Instruktif Zines issue 4 adalah karena punk ingin jauh dari campur tangan para kapitalis yang mengeksploitasi punk lewat industri-industri musik yang mulai “stagnan” pada era 1980-an. 96 Instruktif Zines issue 4. Universitas Sumatera Utara