di taman trotoar lampu merah Jl. Titi Kuning, Medan.
145
bloosomdiaryyahoo.com Aksi ini sudah menjadi agenda
bulanan komunitas ini seperti yang dikemukakan Reza dalam zines NewKicks issue 2. Dalam zines ini, Reza juga mengajak teman-teman sesama komunitas street punk untuk
lebih peduli lingkungan. Reza juga menyertakan emailnya untuk dapat dikontak oleh teman-teman bila ada yang ingin melakukan aksi bersih lingkungan ini,
.
4.3 Fenomena-Fenomena Yang Terjadi Dalam Komunitas Street Punk Kota
Medan
Banyak sekali fenomena-fenomena yang terjadi di dalam komunitas street punk, khususnya komunitas street punk kota Medan, diantaranya adalah:
• Adanya fenomena bahwa komunitas street punk sering disamakan dengan anak-
anak jalanan dan pengamen jalanan. Padahal hal diatas jelas-jelas sangatlah berbeda. Seperti yang telah penulis jabarkan pada Bab II, bahwa kriteria untuk menjadi seorang
punk ada 3, yaitu: Musik, Ideologi dan Fashion. Kalau salah satu dari 3 kriteria tersebut tidak ada, maka orang tersebut tidak bisa dikatakan sebagai seorang punk. Kenyataannya,
sekarang ini banyak sekali anak-anak jalanan atau pengamen jalanan yang berdandan ala punk. Mereka berpakaian dan beratribut punk. Menanggapi hal tersebut, Reza
menanggapinya dalam zines NewKicks issue 1: “Melihat fenomena tersebut, yaitu adanya gerombolan manusia yang beratribut
punk yang suka nongkrong, mabuk dan mondar-mandir di jalanan kota-kota besar di Indonesia akhir-akhir ini sebenarnya tidak usah heran lagi. Mereka itu
bukan Punk…. Mereka itu hanyalah manusia-manusia yang beratribut punk tetapi jalan hidupnya adalah hippies. Hanya hippies yang lari dari
145
Zines NewKicks issue 2.
Universitas Sumatera Utara
kenyataan hidup dengan menenggak minuman dan obat-obatan drugs. Hanya mereka yang lari dari kebebasan escape from freedom.”
Hippies sendiri adalah sebuah sub-kultur yang lahir pada tahun 60-an. Komunitas ini terdiri dari orang-orang yang berambut panjang dan lurus. Komunitas ini pada awal
sejarahnya sama seperti kaum punk, anti-kemapanan. Akan tetapi pada perkembangannya, kaum hippies berubah menjadi komunitas yang memilih gaya hidup
mabuk-mabukan. Mereka mengkonsumsi pil pisotropika, narkoba dan minuman- minuman beralkohol sebagai bentuk pelarian dari beratnya tekanan hidup. Kaum hippies
adalah komunitas yang hidup dengan kebebasan dan ketidakteraturan. Perilaku kaum hippies juga terkenal sebagai komunitas penentang budaya dan pemikiran masyarakat
umum.
146
“susah membedakan street punk dengan anak jalanan. Pada masa sekarang ini memang banyak anak jalanan yang didandani ala punk tetapi tidak mengerti
apa itu punk. Soalnya pernah juga saya mengalami kejadian pribadi mengenai itu. Ada seorang anak berpakaian dan beratribut punk. Jadi aku tanyakan, kau
punk ya??? Dia jawab, iya bang aku ini punk. Aku tanyakan lagi, kenapa kau punk??? Dia jawab, karena aku sudah gak pulang tiga hari bang. Yahhhh,
menanggapi hal tersebut, aku ketawa-ketawa aja. Karena memang negara Indonesia yang buruk dan hancur ini juga salah satu faktor penyebab hal
tersebut. kehidupan sosial kita yang buat semuanya bisa seperti itu. Banyak remaja-remaja yang ikut-ikut aja, padahal gak ngerti punk itu apa. Aku sendiri
juga menjadi punk bukan karena fashionnya. Aku menjadi seorang punkers karena aku suka musiknya. ”
Menurut Dino SPR informan penulis, gitarist SPR,
147
Menurut Reza informan penulis, kenyataan yang terjadi saat ini di jalanan adalah banyaknya orang menyalahartikan punk tersebut. Bagi sebagian orang, punk itu
adalah komunitas jalanan, komunitas liar, urak-urakan, semaunya saja, bebas dari aturan- aturan yang ada. Padahal, kenyataannya tidaklah seperti itu. Mungkin hal-hal inilah yang
146
http:id.wikipedia.orgwikiHippies
147
Hasil wawancara di UMSU Fakultas FISIP pada tanggal 8 Mei 2010
Universitas Sumatera Utara
disalah artikan oleh kaum remaja, karena kaum remajalah yang paling mudah untuk melakukan hal tersebut diatas. “Mungkin menurut mereka punk itu untuk gaya-gayaan
dan pelarian saja dengan memakai atribut punk, biar gak diganggu atau dipalak oleh orang, dan juga secara tidak langsung dengan tindakan mereka tersebut, mereka bisa
mendapatkan kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa harus pusing memikirkan aturan- aturan dari apapun dan siapapun.”
148
“kalo menurut q sih fleksibel aja artinya, kadang-kadang komunitas pengamen jalanan melihat anak-anak street punk karena stylenya yang ekstrim, tapi kalo
anak-anak street punk nya sendiri yahhhh……… biasa aja. Karena street punk itu juga bebas, tapi seperti yg aku bilang tadi, bebas yang bagaimana juga
tergantung pada pola pikir seorang punkers itu. Kadang-kadang juga karena pengaruh ephobia masa muda, jadi masih kecil-kecil juga sudah berdandan ala
punk. Mau qta bilang punk, dia memang bergaya punk, tapi mau dibilang anak jalanan juga, emang pola hidupnya anak jalanan, jadi emang kadang susah
juga sich membedakannya.” Sementara itu, Ari informan penulis
menambahkan bahwa:
149
“Punk itu Jalanan, tetapi Jalanan itu belum tentu Punk”.
150
Hal ini adalah yang diutarakan oleh Reza informan penulis pada penulis saat penulis berkunjung ke rumah
informan dan melakukan wawancara. Dari hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menjadi seorang punkers atau untuk bisa dikatakan seorang punkers, tidak hanya
cukup dengan memakai asesoris dan atribut serta berdandan layaknya seorang punkers tetapi harus juga mengerti prinsip-prinsip daripada punk itu sendiri, harus mengerti
mengenai ideologinya, etos kerja D.I.Y dan D.I.W.Y.F Do It With Your Friends
151
148
Zines NewKicks issue 1.
149
Hasil wawancara dengan Ari di rumah informan di Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 26 Mei 2010, pukul 19.00 WIB.
150
Hasil wawancara di rumah informan di Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 26 Mei 2010, pukul 19.00 WIB.
151
Etos kerja yang dipopulerkan oleh kolektif Sutomo sesuai dengan pengertian kolektif, bahwa semuanya dikerjakan secara bersama-sama.
, harus tahu juga untuk apa menjadi seorang punkers, juga mengapa harus berada di
Universitas Sumatera Utara
jalanan, harus juga “jeli” dalam melihat kehidupan-kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat.
Menurut Reza informan penulis, di jalanan tidak hanya komunitas street punk saja yang hadir. Ada tukang becak, ada pengamen jalanan, ada penjual di jalan-jalan, ada
sopir-sopir angkot, ada juga tukang semir jalanan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dan setiap hari komunitas street punk ini yang hidupnya di jalanan, selalu berinteraksi
dengan mereka. Dari hasil pengamatan penulis, perbedaan antara komunitas street punk, anak
jalanan dan pengamen jalanan di kota Medan terletak pada lagu-lagu yang dibawakan dalam mengamen, dan ideologi. Anak jalanan dan pengamen jalanan tidak membawakan
lagu-lagu dengan tema sosial dan politik, biasanya anak jalanan dan pengamen jalanan membawakan lagu-lagu yang digemari oleh masyarakat sekarang ini sedangkan street
punkers membawakan lagu-lagu dengan tema sosial-politik dan tidak pernah membawakan lagu-lagu yang digemari masyarakat pada masa sekarang ini. Anak jalanan
dan pengamen jalanan juga tidak mengenal ideologi punk. •
Adanya perbedaan pendapat dalam tubuh komunitas ini. Ketika sebuah kolektif mengatakan bahwa kolektif lainnya adalah sebuah kolektif yang komersil atau sebuah
band punk dikatakan bukanlah bagian dari komunitas street punk. Karena band tersebut menurut komunitas ini adalah sebuah band yang komersil, mencari keuntungan dan
mencari ketenaran. Hal ini terjadi pada band SPR Street Punk Rockers. Komunitas street punk kota Medan yang pernah saya temui dan wawancarai mengatakan bahwa band
ini adalah salah satu band komersil. Memang gaya bermusik, ciri khas sound, lirik-lirik lagu-lagunya sama seperti band punk pada umumnya tetapi mereka sudah tidak lagi
Universitas Sumatera Utara
berada di jalanan, tidak lagi melakukan aksi dan gerakan, juga sudah mau tampil pada acara-acara festival yang memiliki sponsor seperti yang pernah penulis liput saat SPR
manggung di UMSU Fakultas FISIP pada tanggal 8 Mei 2010 dengan sponsor rokok “EXTREME”.
Gambar 131. Band SPR perform di FISIP UMSU, 8 Mei 2010
Gambar 132. Band SPR Street Punk Rockers
Gambar 133. Perform Boris, Gitaris merangkap vokal SPR
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ari informan penulis menanggapi fenomena yang terjadi tersebut: “Kalo band mungkin Street Punk Rockers kan atau biasa kita kenal
SPR…..mereka dulu emang nongkrong di jalanan, tapi seperti apa pola hidupnya kan hanya sebatas nongkrong di jalanan. Tidak mengikuti aksi,
gerakan-gerakan bersama teman-teman juga tidak. Mereka itu hanya musik saja. Pada awalnya kami sama-sama nongkrong bersama-sama SPR di
pringgan. Tapi itu hanya sebatas nongkrong aja. Belum ada aksi-aksi dan gerakan-gerakan punk. Kalo menurut aku, sekarang bukan street punk rockers
lagi tetapi sudah menjadi Standart Punk Rockers SPR…..Karena mereka tidak berani mempertanggungjawabkan hal tersebut.”
152
“Kalo SPR sendiri gak pingin terkenal, kalo aku sendiri ikut bermusik hanya untuk menumpahkan hasratku dalam bermusik saja. Tapi band-band di Medan
sendiri ada juga yang ingin menjadi band punk komersil. Attitude punk itu sebenarnya membuat segala sesuatunya sendiri. Jadi kita indie. Seperti band
Marjinal, bisa dibilang kalo di Indonesia sendiri, band Marjinal inilah panutan dari band-band street punk Indonesia, istilahnya, mereka inilah tolak ukur band
punk di Indonesia. Tapi mereka tetap menerima kok untuk main di acara yang bersponsorkan rokok. Nahh…sebagian fans mereka yang masih menjunjung
tinggi nilai-nilai D.I.Y tersebut memilih untuk mundur. Jadi seperti itulah kira- kira sikap dari para punkers ini. Tapi tanggapan miring dari para punkers yang
indie banyak lah ama punkers yang komersil. Cuma kembali lagi ke konsep D.I.Y nya. Aku pribadi ya terserah…..terserah kalian mau ngomong apa, yang
jelas aku mengerjakan D.I.Y menurut diriku…..lagian aku tidak menyusahkan kalian dan aku tetap berkarya di musik dengan menyuarakan semuanya di
jalurnya punk. Menurut aku sich yahhh kayak gitu. Hal itu bisa juga kita lihat seperti band Superman is Dead dari Bali, mereka masuk major label sekarang
ini. Ketika konser di Medan, di Pendopo USU, mereka dilempari ama komunitas street punk Medan hanya karena mereka sudah masuk major label.
Nahhh, aku kurang setuju ama hal-hal kayak gitu. Bagiku mereka masuk major label juga gak berubah kok dengan apa yang mereka lakukan ketika masih
berada di indie label. Mereka tetap menyuarakan suara mereka. Lirik-liriknya tetap seputar sosial-politik. Gak berubah. Mungkin kalo band Superman is
Fenomena ini sudah banyak terjadi dalam komunitas street punk kota Medan. Banyak band-band baru yang beraliran punk muncul di kota Medan, tetapi hanya sebatas
musiknya saja. Mereka membawakan lagu-lagu punk, tetapi tidak mengerti bagaimana sebenarnya punk itu.
Akan tetapi, Dino SPR informan penulis, gitaris SPR mengatakan bahwa:
152
Hasil wawancara dengan Ari di rumah informan di Gg. Cinta Rakyat, Simp. Sempakata pada tanggal 26 Mei 2010, pukul 19.00 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Dead tersebut tidak masuk Major label, aku mana mungkin bisa kenal ama mereka.”
153
“tapi indie pun bukan berarti orientasinya gak boleh duit, terkadang orang menyanyi dan bermusik kan butuh makan juga. Sama seperti band Green day
dulunya adalah band di jalur indie. Tapi sekarang band Green Day sudah bergerak di jalur major label. Tapi tetap saja kita para punkers banyak yang
memainkan lagu-lagunya, ato membeli kaset-kasetnya. Jadi menurutku, kembali aja ke punk nya….musik punk itu perlawanan, pingin suara dan aspirasi
mereka didengar. Nahhh…..apa salahnya suara mereka didengar lebih luas lagi oleh orang-orang…lalu kalo misalnya band itu masuk major label tetapi
tetap menyuarakan suara dan aspirasinya, kenapa tidak…??? Kan tetap saja kita melakukan perlawanan dengan musik kita. Lalu apa bedanya ketika kita
seorang punkers mengamen di jalanan…??? Bukankah kita juga meminta imbalan dari orang lain dari hasil kita mengamen…??? Terus uangnya dibuat
untuk apa…??? Tetap saja kan…untuk bertahan hidup kan…???” Menanggapi hal tersebut diatas, Jack Pane informan penulis, fans SPR, mengatakan:
154
153
Hasil wawancara di UMSU Fakultas FISIP pada tanggal 8 Mei 2010
154
Hasil wawancara di UMSU Fakultas FISIP pada tanggal 8 Mei 2010
Universitas Sumatera Utara
BAB V GAMBARAN GAYA HIDUP KOMUNITAS STREET PUNK KOTA MEDAN
5.1 Alasan Seseorang Masuk Dalam Komunitas Street Punk
Street punk adalah salah satu gaya hidup yang kini banyak dipilih oleh sebagian masyarakat perkotaan. Para punkers sebutan untuk pecinta budaya punk memiliki alasan
masing-masing tentang mengapa mereka memilih hidup sebagai seorang punkers dan bergabung dengan komunitas street punk yang memiliki gaya hidup di jalanan.
Pandangan yang miring yang mereka dapatkan dari masyarakat tentang komunitas ini bukanlah halangan untuk menjadi punkers dan memiliki gaya hidup punk. Dari hasil
penelitian penulis, ada beberapa alasan seseorang bisa ikut dan bergabung dalam komunitas street punk ini, diantaranya adalah:
• Alasan pertemanan
Pertemanan merupakan salah satu faktor pendukung mengapa seseorang melakukan suatu kegiatan. Banyak orang yang melakukan suatu kegiatan karena
temannya ikut melakukan kegiatan. Begitu juga halnya bergabung pada suatu komunitas, banyak orang yang ikut dalam suatu komunitas karena temannya ikut bergabung dalam
komunitas tersebut. Hal ini bisa juga kita temui pada komunitas street punk kota Medan. Teman merupakan salah satu faktor utama mengapa seseorang punkers bisa ikut
bergabung dalam komunitas street punk. Banyak dari para punkers yang bergabung dengan komunitas street punk
dikarenakan ajakan dari teman-temannya yang sudah lebih dahulu bergabung dengan komunitas tersebut. Walaupun awalnya mereka bukanlah seorang punkers, namun
Universitas Sumatera Utara