Eksistensi Komunitas Street Punk Kota Medan di Bidang Fashion

Gambar 89. Ketipung buatan para punkers Aktivitas mengamen menurut Reza adalah salah satu cara untuk bisa bertahan hidup di jalanan. Pada umumnya, dalam mengamen para punkers ini berkelompok 2-4 orang, jarang sekali secara individu.

4.1.2 Eksistensi Komunitas Street Punk Kota Medan di Bidang Fashion

Salah satu eksistensi komunitas street punk kota Medan di bidang fashion adalah dengan banyaknya berdiri distro-distro di kota Medan, baik berupa distro baju, distro pierceng juga distro tato. Salah satunya adalah distro Sparky yang berdiri pada tanggal 18 desember 2005 dan berada di Jl. Sei Batu Gingging No. 3. Distro Sparky adalah salah satu distro baju, pierceng, merchandise dan tato di kota Medan yang beretos kerja D.I.Y tersebut. Distro ini adalah sebuah toko distribusi atau distribution outlet yang berukuran 4 x 4 meter yang juga menjual dan memasarkan produk-produk yang berhubungan dengan musik seperti menjual baju band-band lokal Medan, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Malang, Surabaya, Bali, dan lain-lain. Kemudian di distro ini juga menjual poster, cdkaset, tali pinggang, juga pernak-pernik seperti gelang, pin hingga pierceng. Juga terdapat studio tato di bagian belakang toko. Distro Sparky sudah mempunyai pelanggan tetap yang diantaranya berkisar pada umur 16-25 tahun. Banyak para punkers yang rutin berkumpul setiap sore hari di distro ini pada umumnya berdasarkan pengamatan penulis. Mereka saling bertukar pikiran, diskusi, menjual produk D.I.Y sendiri ataupun hanya untuk bermain saja. Universitas Sumatera Utara Depa 138 Distro adalah singkatan dari distribution store atau distribution outlet yang merupakan sejenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan asesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian atau yang diproduksi oleh distro sendiri. Distro umumnya merupakan industri kecil dan menengah dengan merk independen yang dikembangkan oleh kaula muda. Produk yang dihasilkan oleh distro diusahakan untuk tidak diproduksi secara massal, agar mempertahankan sifat ekslusif dari suatu produk. salah seorang informan penulis adalah salah satu pecinta musik punk hardcore yang berasal dari Padang Sidempuan yang merantau di Medan. Pada kesehariannya, Depa bekerja sebagai penjaga toko sparky. Penggunaan asesoris juga tak luput dari badannya, mulai baju band yang dikenakannya, pierceng hingga tato. Baginya menggunakan asesoris pada keseharian merupakan ekspresi kebebasan dalam hidup. Depa mengatakan alasannya menggunakan tato adalah karena melihat bintang-bintang band punk Amerika seperti Biohazard dan Warzone sebagai ikon dalam kecintaannya terhadap musik punk. Beberapa gambar tatonya merupakan logo atau lambang dari band yang disukainya tersebut. 139 Distro lainnya yang berhasil penulis dapatkan adalah distro Poison Ivy yang terletak di Jl. Darussalam No. 50 D, Medan Baru. Sama seperti distro Sparky, distro ini juga menjual dan memasarkan produk-produk yang berhubungan dengan musik seperti menjual baju band-band lokal Medan, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Malang, Surabaya, Bali, dan lain-lain. Kemudian di distro ini juga menjual poster, cdkaset, tali pinggang, juga pernak-pernik lainnya. Perbedaannya dengan distro Sparky adalah, distro ini tidak mempunyai distro pierceng dan distro tato. 138 Hasil wawancara di Distro Sparky, Jln. Sei Batu Gingging No. 3 pada tanggal 4 Juni 2010, Pukul 15.00 WIB. 139 http:id.wikipedia.orgwikidistro Universitas Sumatera Utara Gambar 90. Merchandise dijual di distro Poison Ivy Gambar 91. Cd band-band lokal Medan Gambar 92. Merchandise punk dijual di distro Poison Ivy Gambar 93. Baju-baju hasil buatan distro didistribusikan di distro Poison Ivy Universitas Sumatera Utara Gambar 94. Contoh baju-baju hasil buatan distro Poison Ivy Gambar 95. Merchandise dijual di distro Poison Ivy Gambar 96. Distro Poison Ivy di Jl. Darussalam No. 50 D, Medan Baru Universitas Sumatera Utara Selain distro, ada juga para punkers yang memproduksi merchandise dan baju- baju punk secara individu. Hal ini penulis temukan pada Tulank 140 140 Hasil wawancara di rumah informan, Jl. Bajak V , Marendal pada tanggal 18 Juni 2010, Pukul 20.00 WIB. salah satu informan penulis, gitaris RKA dan penyablon. Tulank belajar sablon sekitar pertengahan tahun 2004 bersama teman-temannya yang lain diajari oleh para punkers yang datang dari Malang dan Yogyakarta. Saat itu, Tulank masih bergabung di kolektif Sutomo. Saat ini Tulank memproduksi baju dengan gambar-gambar punk ataupun tulisan-tulisan berisi propaganda-propaganda menentang pemerintah. Tidak hanya baju, Tulank juga memproduksi sticker dan slayer. Dalam membuat motif-motifnya, Tulank mengerjakannya di komputer dengan menggunakan software Photoshop dan Corel Draw 12. Dalam pendistribusiannya, Tulank menitipkannya pada teman-temannya yang memiliki distro. Akan tetapi, kadang-kadang ada juga para punkers yang datang langsung ke rumahnya di Jl. Bajak V, Marendal. Dalam sehari, Tulank mampu memproduksi sablon baju sebanyak 100 buah. Menurut Tulank, bahan baku seperti baju dan tinta masih sangat sulit didapatkan di Medan. Maka dia meminta bantuan dari temannya sesama punkers yang ada di Jawa untuk mengirimkan bahan baku tersebut. Tulank juga mengaku bahwa proses pengerjaan sablon yang dia lakukan masih manual sekali dan masih mengandalkan bantuan cahaya matahari karena dia belum mempunyai alat-alat produk sablon-an yang menurutnya harganya sangatlah mahal. Universitas Sumatera Utara Gambar 97. Bahan-bahan sablon, mulai dari pasta, tinta pewarna, obat Bremol Tex dan contoh pasta yang sudah diberi pewarna Gambar 98. Alat-alat yang dipergunakan Tulank RKA dalam menyablon Gambar 99. Proses penyablonan yang dikerjakan oleh Tulank RKA Universitas Sumatera Utara Gambar 100. Contoh baju jadi yang diproduksi oleh Tulank RKA Gambar 101. Bahan-bahan untuk membuat sticker, mulai dari tinta, pembuat film dan desain yang dikerjakan oleh Tulank RKA dengan menggunakan bantuan software Photoshop dan Corel Draw 12 Gambar 102. Contoh sticker yang dibuat oleh Tulank RKA Universitas Sumatera Utara Gambar 103. Tulank RKA mendistribusikan produknya pada gigs Medan for Punk’s, Pendopo USU, 16 Mei 2010 Sama halnya seperti Tulank, Erick salah satu informan penulis, distro tato pierceng, membuka sebuah distro khusus untuk tato di daerah setia budi. Erick membuka usaha tersebut pertengahan tahun 2008. Erick belajar menato dari teman-teman sesama punkers yang berasal dari Yogyakarta dan dari Bali. Dalam mendapatkan bahan- bahan dan alat-alat untuk tato dan pierceng, Erick mendapatkannya dari sesama punkers dari luar Medan. Untuk penggunaan alat, Erick menggunakan alat khusus untuk mentato sementara untuk tinta tato, Erick menggunakan berbagai macam jenis tinta termasuk tinta “Glow in the Dark”, dimana tinta ini hanya tampak pada malam hari ketika terkena cahaya. Untuk desain-desain tato, Erick mendapatkannya dari internet dan dari majalah khusus tato. Banyak orang yang datang ke distro Erick ini, tidak hanya para punkers tetapi masyarakat awam juga. Universitas Sumatera Utara Gambar 104. Aktivitas distro Erick Gambar 105. Hasil tato menggunakan tinta “Glow in the Dark” Gambar 106. Hasil tato Erick Universitas Sumatera Utara Gambar 107. Alat mentato yaitu mesin tato Gambar 108. Tinta Tato Gambar 109. Alat-alat pierceng yang digunakan oleh Erick Gambar 110. Pierceng buatan Erick Universitas Sumatera Utara Pada masa sekarang ini, banyak distro-distro bermunculan di kota Medan yang mengambil dan meniru konsep D.I.Y milik komunitas street punk kota Medan.

4.2.3 Eksistensi Komunitas Street Punk Kota Medan Dalam Media Komunikasi Komunitas