Birama Tangga Nada Karakter Sound Proses Pengerjaan Lagu

punkers mengikuti gaya permainan pada ketipung yang mengimitasi rhytem cha-cha dan keroncong. Sementara untuk instrument ketipung akan lebih dijelaskan pada Bab IV, gaya permainannya mengimitasi rhytem cha-cha. Masing-masing individu memainkan ketipung dengan gaya permainan yang berbeda-beda.

3.1.2.2 Birama

Birama-birama pada musik punk relatif simetris seperti 34 dan 44 . Secara umum, lagu-lagu punk bersifat repetitif baik pada teks maupun musiknya. Pola permainannya juga cenderung berulang.

3.1.2.3 Tangga Nada

Umumnya, tangga nada yang sering digunakan di dalam komposisi musik punk hanya tangga nada mayor dan minor. Hal ini disebabkan karena penggunaan melodi jarang dimainkan.

3.1.2.4 Karakter Sound

Universitas Sumatera Utara Karakter sound dalam musik punk, cenderung bright karakter bass dan treble lebih terasa. 111 Untuk mendukung penampilan di panggung, gitarist punk biasanya memakai efek untuk menghasilkan bunyi yang diinginkannya. Efek yang sering dipakai adalah efek analog biasanya adalah efek merk “Metazone”. Menurut Dino SPR informan penulis, gitarist SPR, gitarist band punk mempunyai karakter sound yang berbeda-beda, tergantung pada individunya masing-masing. “Kalau aku sendiri, pinginnya karakter sound aku itu lebih clean, tetap memakai distorsi tetapi lebih clean”. Gambar 62. Efek yang digunakan oleh Dino, gitaris SPR

3.1.2.5 Proses Pengerjaan Lagu

Dari hasil pengamatan penulis, proses pengerjaan lagu pada komunitas street punk sangatlah sederhana bila dibandingkan dengan proses pengerjaan lagu jenis musik lainnya. Dalam membuat sebuah lagu, seorang punkers biasanya menggunakan gitar akustik dalam membuat lagu dan biasanya punkers tersebut akan menentukan tema yang 111 Majalah Audio Pro Edisi 07Thn. VIJuli 2005. Universitas Sumatera Utara akan diangkatnya dalam lagu tersebut. Dalam membuat syair lagunya, punkers tersebut akan menyesuaikannya dengan tema lagu yang akan dia buat seperti yang diuraikan oleh Reza informan penulis. Tetapi, kadang-kadang punkers tersebut juga mengajak teman-teman satu bandnya untuk membuat lagu, jadi dikerjakan secara bersama-sama mulai dari pemilihan tema lagu, pembuatan syair, pengerjaan musik sampai pada proses rekaman. Setelah lagu selesai dibuat, kemudian dilakukan proses perekaman recording. Dalam melakukan recording, para punkers pergi ke studio-studio rekaman. Proses rekaman di setiap studio berbeda-beda. Untuk studio yang memberlakukan proses recording per shift satu shift 6 jam seperti yang diutarakan Reza, biasanya para punkers tersebut harus membayar sebesar 300-400 ribu rupiah, biasanya recording dengan model seperti ini menggunakan sistem recording per track. Sementara untuk studio yang proses recordingnya per jam, biasanya dikenakan biaya sebesar 70-100 ribu rupiah, biasanya disebut dengan live recording.

3.1.3 Performance Punkers