3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan
Bulan Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi
√
2 ACC Judul
√
3 Penyusunan Proposal Penelitian
√ √ √
4 Seminar Proposal Penelitian
√
5 Revisi Proposal Penelitian
√ √
6 Penelitian Kelapangan
√
7 Pengumpulan Data dan Analisis Data
√
8 Bimbingan
√ √
9 Penulisan Laporan Akhir
√
10 Sidang Meja Hijau
√
3.7. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan Pengalaman yang dimiliki oleh penulis untuk melakukan penelitian ilmiah, terutama
dalam hal metodelogi penelitian teknik wawancara. Keterbatasan data melalui buku atau referensi mengenai masyarakat Aceh yang
menyangkut tentang pemberian mahar jeulame yang berada khususnya di Krueng Mane
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan kurangnya lengkap data-data mengenai profil masyarakat aceh dalam penelitian.
Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian adalah kendala dalam berbahasa, karena sebagian informan ada yang tidak mengerti dari penjelasan yang
di terangkan oleh peneliti, biarpun sudah dijelaskan dengan bahasa yang sangat sederhana menurut bahasa yang di gunakan oleh mereka dalam kesehariannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1. Deskripsi lokasi penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Lokasi penelitian
Kelurahan Krueng Manee merupakan salah satu kelurahan bagian dari Kecamatan Muara Batu Aceh Utara. Asal kata krueng manee sendiri bermakna “Krueng” yang
artinya sungai dan “Manee” artinya pohon mane yang berada atau tumbuh dipinggiran sungai. Menurut warga setempat krueng manee ini dikatakan karena hampir sepanjang
sungai yang ada di Kecamatan Muara Batu banyak ditumbuhi pohon mane, dan menurut pengakuan warga juga buah dari pohon manee tersebut bisa dijadikan obat-obatan.
Kelurahan Krueng Manee yang terdapat di wilayah Kecamatan Muara Batu Aceh Utara dengan luas ± 2.38 km
2
dan terdiri dari 22 lingkungan yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Selat Malaka disebelah Utara
-
Desa Meunasah Baroh di sebelah Timur
-
Desa Cot Seurani sebelah Barat
-
Dan, Desa Meunasah Pinto sebelah Selatan.
4.1.2. Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan Krueng Manee sesuai dengan data Kelurahan sampai dengan bulan Febuari 2009 adalah ± 6.021 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2.1. Jumlah penduduk berdasarkan Agama
Dalam bidang keagamaan ini yang mana masyarakat tersebut dapat hidup berdampingan secara rukun dan damai serta tidak mendatangkan konflik-konflik atau
pertikaian antar penduduk yang berbeda agama biar pun sangat tipis perbedaannya, di kalangan masyarakat tersebut hampir semua kalangan menganut agama islam dan hanya
secuil saja yang berbeda. Table 4.1
Jumlah penduduk berdasarkan agama yang di anut.
No AGAMA
JUMLAH
1. Islam
60.10 2.
Kristen -
3. Katholik
- 4.
Hindu -
5. Budha
11
JUMLAH 6.021
Profil kelurahan krueng mane Kec.muara batu, 2009
4.1.2.2. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
Dalam bidang pendidikan sebagaimana data yang ada secara keseluruhan ditemukan penduduk yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikanpenduduk buta
huruf.
Universitas Sumatera Utara
Table 4.2 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
NO. TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH
1. Belum sekolah
277 2.
Tidak tamat SDsederajat 49
3. SDsederajat
970 4.
SLTPsederajat 179
5. SLTAsederajat
3785 6.
Diploma 484
7. S-1
161 8.
S-2 97
9. S-3
19
Jumlah 6.021
Profil kelurahan krueng mane Kec.muara batu, 2009
4.1.2.3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
Secara umum penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan krueng mane mata pencahariannya bergerak di sektor swasta baik sebagai buruh maupun kewiraswastaan
sebesar 59 , sedangkan yang lainnya bergerak di bidang jasa dan pemerintahan.
Table 4.3 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
No Mata pencaharian
Jumlah
1. Buruhswasta
292 2.
Pegawai negeri 2.082
3. Penjahit
149 4.
Pedagang 400
Universitas Sumatera Utara
5. Tukang kayu
96 6.
Montir 29
7. Dokter
19 9.
Sopir 39
10. Pengemudi becak
18 11.
TNI POLRI 120
12. Pengusaha wiraswasta
170 13.
Lain-lain 2.609
Jumlah 6.021
Profil kelurahan krueng mane Kec.muara batu, 2009 Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian sebagian penduduk
masyarakat Aceh bergerak di bidang sektor swasta. Sebagian wilayah kelurahan Krueng Mane dipergunakan juga sebagai sarana sektor perekonomian seperti pertokoan baik
perdagangan maupun jasa serta perkantoran umum yang bergerak di bidang swasta yang bergerak di lingkungan yang masih berhubungan dengan Kec.Muara Batu. Selain itu
terdapat pula pusat pasar tradisional krueng mane tempat usaha kecil menengah serta terminal angkotan umum.
4.1.2.4. Sarana dan Prasarana Perhubungan
Kelurahan krueng mane Kec.muara batu aceh utara termasuk wilayah yang berada antara kota Lhok Seumawe dengan kota Jeumpa Bireun. Untuk ruas jalan hanya di
gunakan satu jalur yaitu sebagaimana sering disebut jalan Medan Banda Aceh. Jalan tersebut dapat di lalui berbagai macam kendaraan baik besar, sedang atau pun kecil.
Selain sarana jalan, ada juga terdapat sarana dan prasarana yang di gunakan secara menyeluruh atau umum untuk seluruh masyarakat sosial, kelembagaan serta
pemerintahan di kelurahan yang bertempat tinggal di Krueng mane dan sekitar, seperti
Universitas Sumatera Utara
peribadatan Masjid, Pendidikan, Kesehatan, tempat Olah raga serta pelayanan lain untuk masyarakat secara umum.
Untuk sarana transportasi darat, biasa masyarakat krueng mane menggunakan sepeda, becak, motor, angkutan umum dan jenis kendaran lainnya. Masyarakat krueng
mane tidak pernah mengalami kesulitan dalam hal saran transportasi, hanya saja kendala dalam batas waktu penggunaan transportasi tersebut di batasi mulai dari jam 07.00-20.00
WIB malam yang masih kurang kondusif.
4.1.2.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kelurahan Krueng Manee 6021 jiwa, bila digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu, laki-laki berjumlah 3009 jiwa, sedangkan perempuan
berjumlah 3012 jiwa. Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Keterangan
Jumlah
1. Laki-laki
3009 jiwa 2.
Perempuan 3012 jiwa
Jumlah 6.021 jiwa
Profil kelurahan Krueng Manee Kec. Muara Batu, 2009
4.1.2.6. Pola Pemukiman
Keterkaitan Krueng Mane dengan sekitarnya seperti desa meunasah baroh di bagian timur, desa cot pinto di bagian selatan dan cot seuranidi bagian barat. Hal ini di
sebabkan pintu masuk menuju kedesa cot pinto melalui jalan usaha tani yang terdapat
Universitas Sumatera Utara
diarea persawahan krueng mane. Tata cara ruang pemukiman yang ada telah menampakkan keteraturan. Lahan kosong yang cukup luas masih memungkinkan adanya
pengembangan area pemukiman. Pola perumahan memperlihatkan ciri linier di sisi jaringan jalan yang ada.
Krueng Mane merupakan tempat yang rawan tsunami, pendataran pantai yang memiliki satuan topografi genangan air pasang surut.Topografi bermanfaat sebagai
pematang pasir pantai yang sebagai kebun campuran, yaitu guna untuk genangan rawa sebagai persawahan. Untuk kebutuhan rumah tangga, dijumpai pada kedalam 2-3 meter
pada lapisan pasir. Kesadaan air di pemukiman krueng mane dapat dinyatakan kualitas baik sebagai air baku untuk rumah tangga serta jumlah yang melimpah ruah. ETESP,
Rencana Pengembangan Desa, 2007.
4.1.2.7. Pemanfaatan sebagian Areal Tanah Krueng Mane.
Table 4.5 Pemanfaatan sebagian areal tanah Krueng mane
No Jenis Penggunaan
Jumlah Ha
1 Perumahan
17 25.19
2 Administrasi
0.4 0.59
3 Perdagangan
0.5 0.74
4 Pendidikan
1.4 2.07
5 Industri Batu Bata
2 2.96
6 Fasilitas keagamaan
0.3 0.44
7 Pengeringan Ikan
0.4 0.59
8 Kuburan
0.5 0.74
9 Sawah
20 29.63
Universitas Sumatera Utara
10 Kebun Kelapa 15
22.22 11 Area Pantai
5 7.41
12 Badan Air 2.3
3.41 13 Peternakan
0.7 1.04
14 Genangan 2
2.96
TOTAL 67.5
100 Sumber : kelurahan krueng mane Kec. Muara Batu, 2009
4.1.2.8. Bentuk Pemerintahan Daerah Krueng Mane
Krueng Mane merupakan satu desa yang di pimpin oleh seorang kepala desa dan dibantu oleh wakil-wakil dari masyarakat desa atau orang-orang yang bertanggung jawab
dalam keamanan serta ketertiban desa tersebut : Ada pun perangkat-perangkat daerah krueng mane antara lain sebagai berikut
dilihat dari table : Tabel 4.6
Perangkat-perangkat Daerah
No Nama
Jabatan
1 Ali yahya
Kepala Desa 2
Muklisi Sekretaris Desa
3 Husni
Imam 4
Zakiyun Ketua Pemuda
5 M. Tayeb
Tokoh Masyarakat 6
Mustafa Kepala Dusun
Sumber : Kelurahan Krueng Mane Kec.Muara Batu, 2009
Universitas Sumatera Utara
4.2. Profil Informan A. Zuriani
Ibu yang bernama lengkap Zuriani, ia telah lama berumah tangga, tapi sampai sekarang belum dikaruniai seorang anak pun. Dalam perkawinannya, biar pun tanpa
seorang anak ia dan suaminya cukup senang. Hari-hari yang dilalui ia dan suaminya berjalan dengan baik. Seperti itu ungkapan singkat ibu Ani awal peneliti berjumpa
dengannya. Ketika peneliti menanyakan tentang seberapa pentingnya suatu mahar dalam perkawinan, ia langsung menjawab bahwa mahar itu sangat berharga dan penting bagi
kaum perempuan Aceh, di karenakan untuk mengesahnya suatu ikatan dalam hubungan perkawinan.
Dalam jumlah mahar jeulame seorang perempuan itu jika besar, serta merta ada perasaan bangga dan dihargai, oleh karenanya pihak laki-laki akan dihargai pula oleh
pihak keluarga mempelai perempuan istri. Bentuk penghargaan tersebut yang diberikan oleh pihak keluarga perempuan kepada laki-laki suami berupa kedudukan status yang
dimiliki dalam keluarga perempuan, sanjungan, pemberian berupa materi yaitu rumah pribadi, kendaraan, maupun jabatan yang dimiliki oleh orang tua dari pihak keluarga
perempuan. Namun dengan demikian, jika jumlah mahar jeulame yang diberikan tidak
banyak atau lebih sedikit dari perkiraan yang seharusnya, sama saja yang penting semua keperluan harus ada dan lengkap sesuai dengan kebutuhan yang di perlukan “di
masyarakat aceh lainnya”. Misalnya, isi kamar, banyaknya hantaran, uang pesta adat, serta lainnya. Bila suatu permintaan tidak sesuai maka kedua belah pihak keluarga dapat
merunding kembali untuk mendapat solusinya, lagi pula jumlah mahar tersebut sudah di
Universitas Sumatera Utara
tentukan “kami berdua”, maka kedua keluarga hanya diminta persetujuannya saja, begitulah penuturan dari ibu Ani.
Mahar perkawinan sangat penting dalam sebuah perkawinan, karena tanpa mahar sebuah ikatan tidak akan sah atau tidak lengkap persyaratannya dalam kelangsungan
pernikahan. Pada saat perkawinan ibu Ani, mahar yang diterima berjumlah 17 manyam 56,1 gram, perlengkapan kamar, serta uang tunai Rp. 2 juta untuk keperluan pesta
seperti pakaian adat dan tata riasnya. Untuk ukuran yang diterima di Aceh pada masyarakat lingkungan Krueng Mane,
jumlah yang di terima termasuk menengah keatas. Karena menurut pengakuan ibu Ani, dia menikah pada tahun 1995, kalau dilihat dari harga emas dulu dengan sekarang tidak
ada bedanya dari segi kadar emas. Kalau dulu harga emas ± Rp. 90.000 gram, tapi kalau sekarang ± Rp. 299.000 gram. Dengan demikian kalau diuangkan dengan zaman yang
serba mahal sekarang ya sama saja. Selain dari itu, untuk menentukan jumlah besar kecilnya mahar perkawinan dalam
suatu strata kehidupan bermasyarakat seperti zaman sekarang ini, kebanyakan orang melihat dari pengaruhnya kecantikan seseorang, status yang dimiliki, pekerjaan dan
tingginya pendidikan. Maka suatu perubahan yang terjadi antara dulu dengan sekarang tidak beda jauh kalau untuk menentukan pasangan yang terbaik bagi diri sendiri atau pun
dari orang tua untuk anak-anaknya. Suatu status sangat berperan penting dalam segala bidang, khususnya dalam
mendapat pasangan. Ibu Ani memaparkan sedikit tentang anekdok orang aceh “hana peng hana inong” gak ada uang gak ada perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Jadi sumber ketentraman dalam keluarga dari dulu sampai sekarang ini yaitu status ekonomi yang jelas serta tanpa lepas dari bimbingan orang tua atau pu mertua.
Hubungan dalam keluarga antara suami dan istri sangat berperan penting, dimana hubungan tersebut harus dapat persetujuan, tanpa ada persetujuan dari keluarga atau pun
keluarga besar, maka suatu jalinan yang akan dijalankan tidak akan ada artinya. Mengenai peran penting keluarga dalam pernikahan ibu Ani, setiap ada masalah,
hubungan menjadi renggang dan lainnya, maka kami mencoba untuk menyelesaikan bersama tanpa harus membebani orang lain termasuk orang tua saya sendiri, “maksudnya,
kalau bisa di selesaikan berdua untuk apa harus campur tangan keluarga besar orang tua”. Tapi adakalanya ketika suatu permasalahn besar yang di hadapi tidak ada
penyelesaian, mau tidak mau permasalah tersebut harus diketahui oleh orang tua,baik dari laki-laki maupun perempuan. Misalnya permasalahan perceraian, suami istri selingkuh
dan lainnya, maka peranan penting keluarga dapat turun tangan untuk menyelesaikannya. Namun, dengan demikian peran keluarga dalam masyarakat Aceh sangat
berpengaruh terhadap pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan baru menjalani kehidupan yang baru. Dikarenakan hubungan yang baru dimulai sangat rentang
dengan perceraian yang diakibatkan kecemburuan yang tidak beralasan. Maka keluarga atau pun orang tua terutama dari keluarga laki-laki yang mengatur hubungan dalam
keluarga tidak akan pernah luput dari pandangan mereka. Dalam budaya Patriarkhi yang menganggap laki-laki adalah sebagai pelanjut garis
keturunan keluarga juga menyebabkan bahwa laki-laki adalah orang yang selalu harus dituruti. Tapi menurut ibu Ani, tidak selamanya laki-laki dituruti sesuai keinginannya,
adakalanya kita juga menjalani sesuai dengan keinginan kita sendiri tanpa paksaan dari
Universitas Sumatera Utara
pasangan kita. Tanpa melenceng dari kodrat kita sebagai perempuan. Untuk itu dalam rumah tangga kita harus bisa membagi waktu untuk suami, anak serta diri kita sendiri.
Selain dari itu, dalam kehidupan keluarga pun kita sebagai perempuan harus bisa membantu perekonomian dalam keluarga tanpa ada rasa suami terbebani lelah untuk
mencari nafkah. Untuk itu perempuan harus bisa membawa diri dalam keluarga, bisa mengatur keluarga, serta beradaptasi dalam keluarga, baik keluarga suami maupun
keluarga sendiri. Sehingga hubungan yang dibangun tidak sia-sia serta mempunyai makna dalam komunitas keluarga itu sendiri.
B. Marziah
Dalam keseharian ibu Marziah bekerja sebagai pembuat kue yang dipasarkan setiap pagi. Kue-kue yang dibuat beraneka ragam kue-kue khas Aceh mulai dari apem
tape, bingkang ubi, timpan srikaya, pulot srikaya, serta bingkang tepung roti. Kue-kue yang dibuat cukup lumanyan enak, karena peneliti sewaktu bertamu kerumah ibu
Marziah di suguhkan kue-kue bikinannya. Sambil peneliti menikmati hidangan kue-kue tersebut, peneliti bertanya kepada ibu Marziah, apakah setiap harinya kue-kue tersebut
habis terjual dipasaran, ibu Marziah langsung menjawab “habiz dong”, Malah kalau di hari libur kuenya kurang banyak dikarenakan peminatnya banyak.
Jumlah keu yang dipersiapkan setiap paginya mencapai ratusan potong kue, ini jelas bahwa kue bikinan ibu Marziah sangat digemari oleh orang banyak. Harga kue
tersebut perpotongnya hanya Rp. 600, dan dalam sehariannya ibu Marziah bisa mendapat sekitar ± Rp. 250.000.
Universitas Sumatera Utara
Bisa dibilang pendapatan utama dari keluarganya sangat tergantung dari hasil penjualan kue. Karena suami sebagai kepala keluaga tidak bisa lagi mencari nafkah
dikarenakan dalam keadaan sakit-sakitan, maka ibu Marziah lah yang turun tangan untuk bertanggung jawab atas keluarganya.
Disamping ibu Marziah menjual kue-kue, dia mempunyai usaha tambak yaitu dari hasil suaminya yang bekerja dulu semasih sehat. Kata ibu marziah suaminya dulu bekerja
di lapangan mallikul saleh, yaitu sebagai karyawan perkantoran penerbangan. Kehidupan yang dijalankan dulu cukup lumanyan berada, tapi kalau dilihat dari kondisi keuangan
sekarang agak lebih berat. Dikarena anak-anak sudah menginjak keremajaan, pengeluaran pun semakin bertambah, baik disekolahnya maupun di luar sekolah.
Ibu marziah mempunyai empat orang anak diantaranya tiga laki-laki dan satu perempuan, kempat-empatnya sudah duduk di bangku sekolah. Yang pertama di SMA,
yang kedua di SLTP, sedangkan yang ketiga dan keempat masih di bangku SD. Berbicara mata pencaharian yang berada di daerah Aceh khususnya di Krueng
Manee, dengan penuturan ibu marziah, sama seperti halnya di daerah-daerah lainnya yang masih berasal dan masih lingkup Negara Indonesia yaitu bertani, dan yang dekat
dengan laut ya nelayan, dan yang berada dilereng pegunungan ya berladang. Namun, selain dari tuturan ibu marziah dalam mata pencaharian baik dilereng
pegunungan, dilaut atau disawah kebanyakan khususnya di daerah krueng manee kebanyakan bergerak di bidang pertanian dan sebagai nelayan yaitu dikarenakan dekat
dengan pesisir pantai. Di daerah yang ditempatinya sekarang sangat mudah untuk mencari penghasilan,
asalkan sanggup untuk mengerjakannya. Bisa dikatakan laut yang terbentang luas siap
Universitas Sumatera Utara
untuk dijamah serta lahan-lahan banyak yang kosong siap ditanami tumbuh-tumbuhan yang bisa diperjual belikan. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mempunyai penghasilan
kalau tidak dikarenakan malas. Apalagi setelah tsunami terjadi, pemerintah banyak mendidrikan serta perbaikian pembangunan, baik rumah maupun pertokoan. Orang-orang
yang tidak mempunyai pekerjaan bisa bekerja sebagai buruh ditempat pembangunan tersebut.
Ibu marziah tinggal di Krueng Manee ± 20 tahun, sebelum menikah ibu marziah sudah tinggal di Krueng Manee karena ikut kakaknya yang tinggal juga di daerah yang
sama. Ibu marziah menikah pada tahun 1991 sampai sekarang masih tetap langgeng perkawinannya itu. Pada saat pernikahannya di langsungkan, mahar jeulame yang
diberikan pada ibu marziah cukup besar dan jumlah 15 manyam emas, uang tunai sebesar Rp. 2 juta serta perlengkapan kamar.
Banyaknya biaya disebabkan karena setiap tahapnya dimulai dari acara pertunangan hingga pesta perkawinan selesai. Dalam acara pesta adapt selalu ada acara
makan bersama mulai dari mufakat neuduk pakat sampai tiba pada acara pokok. Pada saat penentuan mahar jeulamee, pihak dari keluarga calon mempelai laki-
laki bersilahturrahmi kerumah keluarga calon mempelai perempuan. Acara silaturrahmi tersebut sudah diberitahukan oleh pihak dari anaknya masing-masing. Kedua calon
mempelai tidak boleh hadir atau pun ikut dalam acara pertunangan dalam penentuan mahar jeulamee, alasannya yaitu dikarenakan adat istiadat. Kalau kedua mempelai atau
pun salah satu dari mempelai hadir, maka kedua mempelai tersebut tidak menghargai dan menghormati yang menjadi wali dari pihak masing-masing serta para tertua adat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut ibu marziah, yang bertanggung jawab dalam penentuan mahar adalah keluarganya yaitu dari orang tuanya sendiri. Pada saat penentuan mahar untuk
perkawinan ibu marziah, istilah “tawar-menawar” terjadi, tetapi hanya sebatas meminta kurang dari ketentuan yang sudah ditetapkan oleh kedua orang tua dari mempelai
perempuan sebelumnya. Dalam tawaran tersebut keluarga pihak mempelai perempuan tidak menyetujui tawaran tersebut. Dan dengan itu keluarga dari pihak laki-laki pun ikut
apa yang menjadi ketetapan dari pihak perempuan. Namun dengan demikian, selain peran keluarga dalam penentuan mahar
dilakukan, pada acara adat pun orang tua beserta keluarga besar pun ikut turun tangan untuk membantu demi kelancaran pesta adat. Setelah melakukan upacara adat, pihak
yang telah menjadi suami akan tinggal bersama keluarga istri dalam kurun waktu satu tahun bahkan lebih.
Peneliti bertanya kepada ibu marziah, kenapa setelah menikah dan menjadi suami istri, pihak dari suami tersebut tinggal bersama dalam keluarga istri atau dalam
lingkungan keluarga istri. Ibu marziah menjawab, “itu adalah ketentuan dari adat itu sendiri”.
Menurut ibu marziah, ketentuan untuk tinggal bersama orang tua agar pasang muda suami istri bisa belajar dari apa yang diajarkan oleh orang tua dalam keluarga
tersebut. Dimana hubungan yang dibangun dalam perkawinan di usia muda sangat rentan dengan konflik. Maka dari itu, peran keluarga sangat penting dalam kelancaran hubungan
yang dibangun diusia muda dini hari. Dan serta merta orang tua telah mengalaminya sebelum kita mengalami.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu pula suami dapat belajar dan mempelajari bagaimana menjadi suami yang yang dikehendaki oleh pasangannya, suami pun dapat belajar pada mertua
dari laki-laki. Dan pula apabila dalam suatu pekerjaan belum sempurna, maka kita sebagai yang muda ini dapat pula untuk memperbaiki kearah yang lebih baik lagi. Jikalau
seorang suami yang masuk ke keluarga istri masih serba minim kemampuan baik dari segi pekerjaan atau penghasilan, maka tindakan yang diambil oleh orang tua dari
perempuan akan dimodalin untuk membuka usaha semampunya. Untuk itu peran keluarga sangat penting dalam kehidupan berkeluarga baik dalam lingkup kecil maupun
dalam lingkup besar. Begitulah ibu marziah, perempuan yang bekerja untuk keluarganya. Diusianya
yang sekarang mencapai 40 tahun masih tetap semangat . wajahnya yang masih kelihatan muda serta tetap ceria menanti hari esok dan seterusnya. Biarpun dalam keadaan postur
tubuhnya yang lumanyan besar, tapi setiap pekerjaan yang dilakukannya selalu cepat dan tepat.
C. Syukriah
Orangnya periang, murah senyum, suka bercanda yang penting hatinya senang. Dengan bahasanya yang hati-hati sambil tersenyum ia menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan. Sore itu, dihalaman rumahnya yang luas, sangat ramai para ibu-ibu berkumpul. Mulai dari anak-anak hingga remajanya, maklum hari minggu sore, orang-
orang yang berada disekitar rumahnya berdatangan kerumahnya dikarenakan tempat atau halaman yang di punyainya sangat rindang dengan pepohonan yang besar-besar.
Universitas Sumatera Utara
Didepan rumahnya terdapat kios ponsel serta kios jajanan anak-anak. Maklum saja, karena letak rumahnya menghadap kejalan serta di pinggir jalan raya. Kios-kios
tersebut kepunyaan dari ibu Syukriah dan suaminya. Kios-kios tersebut adalah usaha sampingan bagi mereka berdua. Karena, selain ia membuka usaha tersebut, ia adalah
seorang guru, sedangkan suaminya adalah seorang wirausahawan. Dengan statusnya pendidikannya yang tamatan SLTA, cukup beruntung ibu
Syukriah mendapat mengajar disekolah dasar yang tidak jauh dari daerah tempat tinggalnya, biarpun ia sebagai guru honor. Tapi dalam hal ia bekerja, ia tetap semangat
melakoni pekerjaannya itu. Ibu Syukriah adalah nama dari seorang ibu yang berusia 32 tahun, ia baru
menikah pada April 2008, ± 2 tahun sebelum ia mengenal dengan suaminya sekarang, ia berjumpa di Negara Malaysia. Itu pertemuan pada saat ia menemani ibundanya berobat
operasi mata ke Pineng, ibu Syukriah menikah bukan karena dijodohkan melainkan pertemuan tanpa disengaja.
Setelah beberapa saat saling kenal satu sama lain, mereka langsung memutuskan hubungan kearah yang lebih serius yaitu untuk berumah tangga. Karena diusia ibu
Syukriah yang 30-an, kesiapan untuk berumah tangga sudah benar-benar siap dan matang.
Pada acara melamar, calon suaminya dan keluarga datang kerumah dengan membawa bingkisan yang telah dibentuk sedemikian rupa cantiknya. Pada acara
pelamaran tersebut itu baru antara pihak kelurga mempelai perempuan dengan keluarga mempelai laki-laki serta beberapa tokoh adapt yang berperan penting dalam kelancaran di
Universitas Sumatera Utara
dalam pertemuan itu. Acara tersebut untuk menetukan seberapa besar jumlah jeulamee yang harus dipersiapkan oleh pihak dari keluarga laki-laki.
Dihari acara pelamaran, keluarga mempelai laki-laki datang kerumah dengan membawa hantaran yang berupa beberapa keranjang yang sudah dihiasi serta berisikan
perlengkapan mandi, kosmetik, pakaian dalam bakal baju, sepatu, sandal, buah-buahan serta masih banyak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Selain itu, keluarga dari mempelai laki-laki juga membawa jeulamee yang menurut kesepakatan berjumlah 30 manyam. Jumlah tersebut sangat besar. Pada
pelamaran mahar yang diberikan hanya sebagian dulu, dan pada saat acara akan nikah pernikahan dilangsungkan maka, yang sebagian lagi akan dilunaskan jeulamee tersebut.
Begitu menurut permintaan dari pihak keluarga laki-laki dan keluarga mempelai perempuan menyetujuinya. Pada pelamaran kedua mempelai tidak hadir, karena acara
tersebut adalah acara antara orang tua dari mempelai laki-laki dengan orang tua dari mempelai perempuan serta tidak tinggal tetua adat dari masing-masing pihak.
Acara pernikahan serta acara adat dilaksanakan secara berbarengan, itu atas kesepekatan kedua pihak keluarga. Maksud dari permintaan tersebut adalah supaya waktu
pelaksaan acara tidak berkepanjangan. Dan serta merta pihak keluarga dari mempelai laki-laki sangat jauh dari tempat tinggal mempelai perempuan. Yaitu di Bengkulu. Dalam
hal pemberian dan pelaksaan adat tetap menggunakan adat Aceh . Ketika peneliti bertanya tentang mahar, seberapa pentingkah nilai dan makna
jeulamee itu sendiri bagi anda sendiri dalam sebuah perkawinan, ibu Syukriah menjawab bahwa mahar itu sangat penting artinya bagi saya atau pun perempuan yang pada
umumnya, dan mahar juga adalah salah satu persyaratan sahnya suatu pernikahan, dalam
Universitas Sumatera Utara
adap Aceh mahar itu memang harus ada, dan itu aturan dari agama serta adat yang sudah ada sejak masa lalu. Kalau tidak ada mahar perempuan seakan-akan tidak punya harga
diri yang dimiliki oleh perempuan yang menikah tanpa mahar, jadi makna mahar itu adalah sebuah harga diri yang dimiliki oleh perempuan.
Dalam bentuk penerimaan mahar sebesar 30 manyam, itu sudah termasuk tinggi jumlahnya. Dan sebagai seorang
perempuan ia
merasa harga
dirinya masih dihargai dikeluarganya tanpa di sepelekan oleh orang lain baik kelurga jauh
maupun dekat. Lalu bagaimana dengan jawaban ibu dengan mahar untuk seorang yang masih gadis dengan yang sudah janda dapat disamakan atau harus dibedakan. Ia
menjawab, untuk seorang yang sudah janda, mahar yang diperoleh bisa tinggi dan bisa juga rendah, tapi dalam hal ini pandangan saya, untuk janda bisa dibedakan dengan gadis
yang pertama kali mendapat mahar. Jadi menurut ibu Syukriah, bagaimana ketika mahar itu ditentukan oleh adat, agar
pihak-pihak dari kalangan atas, menengah, bawah serta merta janda dan masih gadis disama ratakan jumlahnya. Ia menjawab, mahar tidak di tentukan oleh adat yyang
menentukan mahar adalah keluarga masing-masing, dan yang sangat berperan ialah keluarga dari pihak perempuan yang menetukan mahar.
D. Nora Devi
Ia menikah dalam usia 30 tahun, bisa dikatakan usia yang sangat matang untuk seorang perempuan. Di usianya yang 30-an ia baru di karuniai satu orang anak
perempuan dan pada saat peneliti berjumpa, ia dalam keadaan mengandung anak kedua.
Universitas Sumatera Utara
Ketika dimintai wawancara dengannya, ia hanya tersenyum dan terlihat sedikit anggukan kepalanya. Ketika ditanyai tentang apa makna mahar dan makna perkawinan
baginya, ia menjawab bahwa perkawinan itu adalah untuk mengikuti sunnah rasul, serta makna mahar dalam sebuah perkawinan merupakan sebuah harga diri perempuan untuk
di junjun serta dapat di hargai pula oleh kaum laki-laki. Makna mahar dalam perkawinan itu pula, menurut ia, perempuan tidak dapat dengan mudah untuk dimiliki, harus dengan
proses-proses yang ditentukan oleh keluarganya perempuan. Sebelum dalam tahap perkawinan, ibu Nora sudah mengenal terlebih dahulu bakal
yang menjadi suaminya itu, ada beberapa saat ia cuma menjalankan tahap perkenalan “pacaran” tidak lama mereka langsung memutuskan untuk untuk berhubungan lebih
serius, yaitu secepatnya akan melangsungkan pesta perkawinan yang disertai oleh peminangan oleh keluarga dari pihak laki-laki.
Dihari acara pelamaran, keluarga dari pihak laki-laki datang kerumah untuk meminang, dalam acara tersebut dihadirkan tetua adapt gampong, dalam acara pertemuan
itu, kedua keluarga memutuskan seberapa jumlah mahar yang harus diserahkan, dalam musyawarah itu, keluarga dari orang tua pihak perempuan akan menetapkan jumlah
mahar yang harus diserahkan sebesar 15 manyam oleh pihak keluarga laki-laki. Keluarga yang berada dalam lingkup dari pihak laki-laki, meminta agar mahar
dapat dikurangi. Dalam tawaran tersebut, pihak keluarga dari prempuan tidak menyetujuinya. Karena 15 manyam itu merupakan jumlah yang sudah standart, bagi
masyarakat yang kehidupan perekonomiannya sedang-sedang saja. Dan setelah itu keluarga dari pihak dari laki-laki hanya mengikuti seberapa yang diminta oleh pihak
keluarga mempelai perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Ibu Nora yang dalam usianya 30-an ia masih tetap semangat, wajahnya yang masih kelihatan muda membuat keluarga dari pihak laki-laki tidak akan ragu memberi
mahar seperti yang diminta oleh keluarganya, sebab dari itu juga keluarga dari ibu Nora adalah keluarga yang berkehidupan lebih mapan. Serta merta tingkah laku dari ibu nora
sendiri tidak pernah membuat orang tersinggung atau pun sakit hati, ia hanya menjalankan suatu pekerjaan tanpa menyulitkan orang lain, kalau bisa ia dapat membantu
otang lain. Itu seperti yang diamati oleh peneliti beberapa saat dalam tuturan ibu nora. Pada hari pernikahan ibu nora, ia sangat bahagia baru saat ini merasakan
kebahagiaan yang tidak terbendung. Dan hari-hari yang akan dilewatkan tidak seperti sebelumnya, ia merasa mempunyai keluarga kecil untuk dibangun semampunya. Dan ia
merasa baru mendapat jati diri sebagi perempuan yang lengkap. Dalam acara akat nikah dan adat pernikahan itu dilakukan secara berbarengan
agar waktu yang digunakan tidak boros. Karena dalam acara adat pernikahan yang berada di masyarakat Aceh khususnya di daerah tempat tinggal ibu nora yaitu di Krueng Manee
bisa dilakukan dalam sehari tanpa harus berhari-hari untuk adat dalam acara. Pada acara pernikahan semua ketentuan mahar yang telah ditetapakan
sebelumnya, akan diserahkan pada hari itu juga, serta seserahan hantaran yang diharuskan dalam adat untuk melengkapi dari pemberian mahar itu sendiri. Hantaran tersebut
berisikan baju, pakain dalam, sepatu, peralatan mandi, peralatan kosmetik, buah-buahan serta masih banyak lainnya. Penerimaan mahar diterima oleh keluarga beserta tetua adat
dalam hal pembukt ian bahwa mahar sudah diserah terima oleh pihak yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Proses adat perkawinan yang dilaksanakan berjalan dengan baik serta acara penyerahan mahar pun berjalan dengan baik pula. Serta pertemuan antara kedua keluarga
pun berjalan dengan lancar. Begitulah penuturan ibu nora pada peneliti saat dilapangan. Jadi jumlah mahar serta lainnya yang diterima oleh ibu nora cukup tinggi dan
besar harganya. Itu lah dari kesabaran ibu nora sendiri sebelum ia mempunyai keluarga seperti sekarang yang ia mulai membangun dengan harapan akan lebih baik dari yang
sebelumnya serta baru ia merasa telah menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya . Begitulah ungkapan dari ibu yang bernama lengkap Nora Devi.
Menurut ibu nora juga ia tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, maksud ia tinggal bersama dalam keluarganya agar kehidupan yang belum dimengertikan dapat ia
pelajari dengan ia berada di keluraganya sendiri bersama suaminya, serta suaminya pun dapat mempelajari apa arti berumah tangga. Dan apabila dihadapkan pada persoalan
dalam keluarganya jug dapat diselesaikan dengan kekeluargaan juga. Tanpa dirugi dan merugikan orang lain.
E. Nuriah H.S
Ibu nuriah H.S. yang biasa di panggil adalah ibu nuri. Ia adalah seorang penjahit, ibu nuri adalah ibu yang mempunyai dua orang anak yaitu laki-laki dan perempuan,
kedua anaknya mempunyai pendidikan yang tinggi salah satu anaknya yang laki-laki sudah menjadi PNS dan sekarang dinas di markas besar Jakarta. Sedangkan anak
perempuan yang satu lagi sedang menyelesaikan program studi S1 di USU medan. Kehidupan ibu kalau dilihat kesehariannya sederhana-sederhana saja, tapi dalam
Universitas Sumatera Utara
kesederhanaannya itu ia mampu menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi, semua kehidupan yang dijalaninya sebagai tukang jahit pas-pasan, tapi kata ibu nuri,
“kalau kita berusaha, semua yang kita kerjakan pasti akan mendapat ridho dari allah. Dengan itu, maka berusahalah semasih kita mampu, apa lagi memiliki kemampuan”.
Sumber : wawancara Maret 2010
Dirumah ini ibu nuri tinggal sendiri dan ada kucing piaraannya dua ekor. Hal ini tidak jadi masalah sama ibu nuri, karena tiap harinya ada saja yang datang kerumahnya
untuk menjahit baju atau pun Cuma lihat-lihat saja. Ibu nuri seorang janda yang tegar dengan kehidupan yang dijalaninya sekarang, ia senang menghadapinya karena itu
merupakan suatu tantangan hidup, begitu penuturannya. Dari keahliannya sebagai penjahit, banyak orang yang datang kerumahnya untuk
dijahitkan baju. Bahkan sebagiannya ada yang sudah menjadi pelanggan tetap. Pelanggan yang datang berbagai daerah, mulai dari daerah sendiri sampai desa tetangga lainnya.
Pengetahuan menjahitnya ia peroleh dari kursus singkat disalah satu kursus untuk pengembangan bakat bagi perempuan Aceh pada saat ibu nuri remaja dulu. Serta merta ia
merantau kemedan untuk meneruskan dan mengasah lagi kemampuan menjahitnya. Di medan ia tinggal bersama kakaknya yang kedua. Ibu nuri mempunyai empat bersaudara,
dan ibu nuri anak terakhir dari empat bersaudara. Dimedan ia berusaha sebaik mungkin. Setelah ia berhasil, ia kembali lagi ke Aceh untuk membuka usahanya sendiri.
Dan tidak lama dari itu, usahanya makin hari makin lama makin berkembang, biar pun masih kecil-kecilan tetapi para pelanggan sudah mempercayai cara kerjanya ibu nuri.
Dalam bulannya pendapatan yang ia dapat mencapai ± Rp. 1.500.000. Dalam usahanya menjahit ia tidak menggunakan karyawan, karena menurut ia,
usaha yang dibangun belum usaha besar-besaran, dan pula usaha yang dibangun ini masih
Universitas Sumatera Utara
bisa dikelola sendiri. Dalam kesibukan ibu nuri, peneliti memasukkan pertanyaan- pertanyaan yang akan terfokus dari awal penelitian.
Dalam pertanyaan tersebut peneliti menanyakan pada tahun berapakah ibu nuri menikah, sesaat ia memikirkan, lalu menjawab, “ ibu menikah pada tahun 1978 dan ibu
menikah diusai 15 tahun”, dalam usia mudanya ia sanggup menjalani hari-hari sebagai ibu rumah tangga, saat itu ia masih usaha sebagi penjahit, tapi belum terasa jenuh dan
lelah, karena suaminya sebelum meninggal membuka usaha dagang, jadi tidak terasa kekurangan. Tapi kalau dibandingkan sekarang sangat terasa kekurangan didalam segala
hal, baik kebutuhan sendiri maupun kebutuhan anak, begitu penuturannya. Sudah bertahun-bertahun ia menjalani kehidupannya di daerah Krueng Manee.
Pengetahuannya tentang adat yang ada di Krueng Manee pun dia cukup sudah ia mengerti, apa lagi pengetahuan tentang perkawinan yang berada di daerah tersebut.
Sepengetahuan ibu nuri jumlah mahar yang berlangsung secara umum sekarang 15 – 50 manyam 1 manyam = 3,3 gram. Setiap pemberian mahar itu disertai dengan pemberian
uang tunai juga sebesar Rp. 2 juta, bahkan lebih atau sesanggup laki-laki. Pada saat perkawinan, tahapan proses yang berlangsung adalah sebagai berikut :
ibu nuri mengurainya menurut tahapan sekarang ; dimulai dari berkenalan, pelamaran, antar sirih menentukan tanggal pernikahan, serta pesta adapt. Tetapi dimasa dulu, acara
Persiapan dalam tahapan adat perkawinan sangatlah rumit dan lama prosesnya. Jadi menurut ibu nuri sendiri, bagaimana makna perkawinan dan makna mahar
itu, apakah mahar itu sangat penting adanya. Dalam sebuah perkawinan, mahar memang harus ada tanpa mahar, suatu perkawinan tidak akan sah, karena perkawinan itu
merupakan suatu perbuatan suci serta sakral yang dibangun untuk menyatukan dua sejoli.
Universitas Sumatera Utara
Perkawinan juga dapat membentuk suatu keluarga baru dan mempererat hubungan silahturrahmi antar kedua keluarga pula. Makna mahar dalam perkawinan juga
merupakan sebuah harga diri perempuan yang selama ini dijaga aturan-aturan ia sebagai perempuan. Selain dari itu, mahar juga merupakan pemberian yang wajib dan harus
diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan sesuai dengan ketentuan dari pihak keluarga perempuan.
Ibu nuri memperoleh mahar pada saat perkawinannya sebanyak 20 manyam, pada saat itu jumlah yang demikian harganya sangat tinggi dan jarang di dapat oleh setiap
orang, ibu nuri bangga bisa memperoleh mahar berjumlah 20 manyam. Kalau dilihat dari sejarah keluarganya, ibu nuri ini berketurunan dari “cut” dan “teuku”, maka dari itu
mahar yang berjumlah sekian sangat berpengaruh juga dari keturunan mana ia berada. Dilihat dari perjalanan adat sebelumnya, suatu perkawinan dan penentuan mahar
sangat berpengaruh dari strata mana kita berada, sekarang tidak jauh beda juga. Banyak juga orang-orang memandang dari asal usul, baik perempuan maupun laki-laki. Ketika
status yang diperoleh pada tingkat menengah maka yang didapat pasangannya pula yang berada pada tingkat yang sama.
Itu semua karena sistem adat yang masih berjalan dan serta merta sebagian dari adat itu masih di gunakan, biarpun sebagiannya lagi sudah hilang seiring perkembangan
zaman. Namun dengan demikian peran keluarga sangat berpengaruh pula terhadap setiap kelancaran suatu acara yaitu acara perkawinan.
Dalam hal ini , ketika suatu keluarga dimunculkan pada persoalan yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu itu juga maka, keluarga dekatlah yang harus dan mampu
mencari solusinya dan jalan tengah untuk penyelesaiaan suatu masalah. Jadi fungsi
Universitas Sumatera Utara
keluarga dalam sistem suku Aceh sangat berperan penting, serta merta agar mendapat bimbingan dalam menjalani suatu pergaulan baik diruang lingkup sendiri atau pun di
masyarakat luas.
F. Faridha
Awalnya, ibu dari dua orang anak ini bingung dengan kedatangan peneliti, setelah berkenalan dan berbincang-bincang beberapa saat, keadaan suasananya lebih baik. Dalam
perbincangan tersebut peneliti menyampaikan kedatangannya yang dikarenakan dalam hal penyelesaiaan skripsi, dan meminta tolong untuk membantu dalam penyelesaiaan
tugas akhir dari penelitian ini. Ibu yang bernama lengkap Faridha, yang dalam kesehariannya disapa umi Ida ini
perlahan-perlahan mau menjawab pertanyaan dari peneliti. Umi ida adalah anak kedua dari empat bersaudara, kehidupan yang dijalani biasa-biasa saja, untuk memenuhi
kebutuhan dalam kesehariannya ia mempunyai keahlian pengobatan Alternatif atau tradisional pengobatan. Sebelum ia membuka usaha tersebut, ia dulunya adalah seorang
tukang jahit. Dalam pekerjaannya itu ia merasa jenuh dan akhirnya ia berhenti sebagai tukang jahit serta beralih profesi sebagai usaha pengobatan Alternatif.
Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan, yang dalam pertanyaan tersebut, kenapa umi ida beralih profesi sebagai suatu pengobatan dan pengobatan apa saja yang
ada, serta bagaimana dan dimana keahlian itu di peroleh. “ lalu umi ida menjawabnya, saya beralih profesi dikarenakan kejenuhan saya dalam
menjahit sangat besar pengaruhnya, dan bukan itu pula banyak sekarang tenaga-tenaga muda yang mempunyai keahlian menjahit, dan bagaimana pun kita sebagai generasi yang
sudah berumur ini mengasih kesempatan kepada generasi yang lebih muda. Kalau dalam peralihan sebagai usaha pengobatan Alternatif itu, sempat saya dulu terserang penyakit,
yang sekian lamanya saya dirawat dirumah sakit. Dalam masa penyembuhan tersebut
Universitas Sumatera Utara
saran dari dokter untuk melakukan pengobatan tradisional, maka dari situlah saya mulai mempelajari keahlian tersebut sambil saya diobati juga. Pengobatan tersebut sangat
bermanfaat, pengobatan itu dilakukan dengan menggunakan alat-alat tradisional yaitu yang berupa dari kayu yang sudah dibentuk serta mesin untuk pelancaran darah. Dalam
pengobatan tersebut banyak penyakit yang dapat disembuhkan, mulai dari darah manis, rematik, dan lain-lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu. Jadi keahlian tersebut
saya tekuni sampai dengan sekarang ini”. Sumber : wawancara Maret 2010
Keluarga umi ida bukanlah keluarga yang tidak mampu, kehidupan dalam keluarganya sangat mapan. Dalam hal ini ia dapat menyekolahkan anaknya sampai
berhasil dan salah satunya sudah menjadi PNS yang bekerja sebagai konsultan dikantor Bupati Lhok Seumawe serta menjabat sebagai wakil dari perusahaan NGO yang bekerja
sama dengan pekerjaan yang dilakoni sekarang ini. Kalau yang satunya lagi anak umi ida menekuni bidang musik, dan sekarang menjadi guru musik yang berada di salah satu
perusahaan swasta di bali. Ibu Faridha yang sekarang ini hidup sendiri, sudah lama ia ditinggal mati oleh
suaminya, dan anak-anaknya pun jauh dari ia tinggal. Dalam percakapan tersebut peneliti menanyakan kembali, bagaimanakah perkawinan umi ida semasih mejalani hidup
bersama suaminya. Ia mengatakan, kehidupan yang dijalani sekarang tentu berbeda, yang dulunya ada tempat untuk mengadu, meminta dukungan, mengambil keputusan
bersama serta lainnya tapi kalau sekarang sendiri dalam segala hal. Umi ida mengatakan, setiap perkawinan pasti ada yang hilang, kita kita sebagai
perempuan harus tegar. Ketika peneliti bertanya, tahun berapakah umi ida berumah tangga, ia menjawab “ tahun 1971”, dalam perkawinan ini perbedaan sangat terasa
baginya. Ketika suatu hubungan sudah terjalin, maka kita harus menjaga dengan baik karena suatu perkawinan itu adalah suci dan wajib dijaga kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perkawinan itu, ketika dilakukan oleh orang-orang ang tidak bertanggung jawab, maka orang-orang tersebut tidak tahu apa yang sebenarnya mereka cari dalam
perkawinan itu. Oleh karena itu, bagaimana makna mahar itu sendiri, yaitu sebuah harga diri bagi perempuan, karena dalam agama dianjurkan memberi mahar, itu merupakan
suatu syarat sahnya suatu perkawinan apalagi dalam adat, suatu mahar harus ada. Jadi bagaimana ketika ibu Faridha mengatasi ketika persoalan itu menghampiri
umi atau keluarga anda. Dalam suatu ikatan yang sudah dilakukan dalam hubungan perkawinan, maka keluarga itu sudah siap siaga apabila dalam keluarga baru mempunyai
persoalan-persoalan yang dimunculkan akan siap untuk di tuntaskan. Yaitu keluargalah yang berperan untuk penyelesaian.
Dalam pertanyaan peneliti, berapakah ibu faridha memperoleh jeulamee dari perkawinan itu, ia menjawab: jumlah mahar yang diberikan oleh pihak keluarga suami
saya dulu sebesar 10 manyam, dalam pemberian serta penentuan tidak ada penawaran, itu sebuah keputusan yang telah disepakati oleh kedua keluarga.
Dimasyarakat Aceh secara umumnya,jumlah mahar yang diberikan oleh masing- masing pihak sangat bervariatif, ada yang 10, ada yang 15, ada yang 30 serta ada yang
50. itu semua tergantung dari masing-masing pihak keluarga yang menyetujuinya. Serta merta dari status mana seseorang itu berada. Karena dalam pemberian mahar, tingkat
tinggi rendahnya pendidikan, cantik tampan tidaknya perempuan dan laki-laki, serta berketurunan dari mana, maka jumlah mahar itu sangat diperhitungkan, oleh karena itu,
tinggi rendah suatu mahar akan nampak dengan sendirinya.
Universitas Sumatera Utara
G. Nurmala Sari SPD
Pertama melihat sosoknya, kita tidak akan percaya dengan wajahnya yang sangar dan nada suaranya ang tinggi setiap berbicara membuat membuat orang yang disekitar
merasa kaku tidak dapat berbicara apa-apa. Ibu nurmala sari begitulah namanya diusia yang sekarang menginjak 53 tahun dan ia mempunyai dua orang anak perempuan yaitu
dari perkawinannya itu. Dan baru-baru ini suami ia baru meninggal. Ibu nurmala adalah yang sebenarnya sosok ibu yang lembut, biar pun tampak dari
luarnya kejam dan menakutkan. Tapi hatinya terlalu perasa, ia tidak pernah menyakiti hati orang lain khususnya yang berada disekelilingnya. Ketika peneliti bertanya, kenapa
setiap orang khususnya anak-anak remaja merasa segan bila berjumpa dengan ibu, dan apa lagi berbicara. Ia menjawab,
“saya sendiri tidak mengerti kenapa seperti itu, saya merasa suasana yang saya bawa kesetiap orang biasa-biasa saja, tapi mungkin dari saya sendiri kurang interaksi saja
dengan tetangga, karna saya kurang keluar dari rumah. Kalau pun saya keluar ya ketempat kerja saja.tapi apa bila berjumpa dijalan bila saya kenal, ya saya tegur. Dan bila
anak-anak merasa segan dengan saya, itu di karenakan saya adalah seorang guru dari mereka, system saya setiap saya jumpa dengan murid-murid yang saya kenal berada
diluar atau tidak ada alas an untuk berada diluar ya saya tegur, karena murid-murid tersebut lebih baik mereka belajar dari pada mereka keluyuran tanpa ada guna. Jadi pada
intinya saya perduli sama mereka, semampu saya untuk mengontrol mereka. Karena system pengajaran sekarang sangat ketat, nantinya tiba tidak naik kelas guru yang
disalahkan. Orang tua dari murid-murid tersebut tidak tau bagaimana anak disekolah, bisa tidak anaknya didalam kelas.itu lah kenapa saya berlaku seperti itu pada setiap anak-
murid saya, sama halnya juga dengan anak lainnya, yang berada satu kampong dengan saya”.
Sumber : wawancara Maret 2010
Dari pernyataan ia, ibu nurmala adalah seorang guru. Tapi dengan keteguhan hati serta kesabarannya dalam bekerja, ia sekarang menjabat sebagai kepala sekolah tingkat
dasar, dan ia pula mendapat predikat guru terdisiplin serata keuletannya dalam bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Ketika peneliti mengajukan pertanyaan , tahun berapakah ibu nurmala menikah. Ibu nurmala menikah pada tahun 1978, itu merupakan pernikahan yang cukup lama
usianya. Kehidupan yang dijalaninya sekarang sangat berbeda, yaitu berbeda semasih suaminya masih ada. “mau tak mau tetap harus dijalani, dan nantinya bisa biasa dengan
sendirinya”, sebuah perkawinan tanpa pendamping, kita memang merasa kesepian, disamping perkawinan tersebut untuk mendapat keturunan, perkawinan tersebut tempat
bersatunya dua sejoli yang berlainan jenisnya. Dalam perkawinannya itu, ibu nurmala memperoleh mahar sebesar 15 manyam.
Mahar bagi ibu nurmala sangat penting dan berarti baginya. Karena mahar itu selain mengesahkan suatu perkawinan mahar juga sebagai pengikat antara satu dengan
yang lainnya, antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya juga. Dasar mahar itu telah ada baik dalam agama maupun dalam adat. Ketika mahar telah diserahkan
kepada pihak perempuan oleh pihak laki-laki, maka tanggung jawab dan peran istri harus dijaga dengan sepenuh hati, baik itu keluarga laki-laki atau pun keluarga dari perempuan
itu sendiri. Tahapan dalam sebuah perkawinan itu yaitu memperoleh mahar, peminangan, menentukan berapa mahar yang harus disiapkan, untuk menentukan kapan akad
nikahnya, penyerahan mahar dan uang tunai dengan tunai, serta menentukan kapan pesta adatnya diadakan. Dari tahapan-tahapan tersebut yang menentukan adalah dari wali pihak
perempuan, serta merta pihak keluarga laki-laki juga menentukan kapan acara adatnya saja. Jadi adat istiadat pada suku Aceh khususnya di Krueng Manee dari penelitian
hampir rata-rata masyarakat melihat serta memilih berdasarkan statusnya yang dimiliki, agar pemberian mahar itu tinggi serta peran keluarga pula sangat menentukan jumlah
mahar.
Universitas Sumatera Utara
H. Zuraini
Ibu Zuraini adalah seorang ibu yang sangat ramah ketika dimintai wawancara, saat ditanyakan tahun berapak ia menikah, ia langsung menjawab dengan lengkap dalam
tanggal 11 Desember 1978. menurut penuturannya, ibu zuraini sudah lama tinggal di krueng manee serta sangat mengerti tentang adapt-adat yang berada di daerah tersebut.
Ibu zuraini merupakan salah satu tokoh yang berperan penting didalam kelancaran suatu adapt perkawinan baik dari pihak pernikahan laki-laki maupun pernikahan perempuan
asalkan masih dalam satu daerah dengan ibu zuraini. Dilihat dari perkembangan zaman seperti sekarang ini, perubahan adapt terjadi
dengan sendirinya dan disertai pula dengan modernnya masyarakat, maka secara tidak langsung perkembangan tersebut berubah sesuai dengan perlakuan dari masyarakat itu
sendiri. Ibu zuraini mempunyai tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan dari
hasil perkawinan dengan suaminya. Dalam usianya 52 tahun ia masih sangat berperan aktif dalam suatu adat perkawinan yang berada didaerahnya itu. Dalam pertanyaan
peneliti, bagaimana makna mahar dan makna perkawinan bagi ibu zuraini sendiri, ia menjawab. Perkawinan adalah hal yang sakral, disamping itu perkawinan juga
merupakan perbuatan yang baik, baik dalam mempunyai keturunan maupun untuk mempererat hubungan antar keluarga yang asing satu sama lain. Kalau makna mahar itu
yaitu suatu harga diri yang harus dimiliki oleh perempuan-perempuan. Karena mahar itu adalah pemberian yang wajib diserahkan oleh laki-laki kepada perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perkawinan ibu zuraini yang paling berperan penting dalam kelancaran suatu acara adalah keluarga, karena keluarga merupakan tokoh utama pemegang kendali
dalam sebuah peran dikeluarga itu, baik itu dalam mengatur penerimaan mahar maupun dalam acara adat perkawinan. Maksudnya alasan mengapa orang tua yang berperan
penting, karena suatu hubungan yang dibangun dan dilaksanakan atas dasar dari turun temurun, tanpa keluarga yang berperan didalamnya suatu acara yang dilaksanakan tidak
akan berjalan dengan baik. Jadi bagaimana, ketika jumlah mahar yang diberikan lebih sedikit atau besar dari
ketentuan yang sudah diberi aba-aba oleh keluarga pihak mempelai perempuan, bagaimana tanggapan ibu sendiri dengan keadaan seperti ini, ia mengatakan ketika mahar
telah ditentukan oleh pihak keluarga perempuan, maka keluarga laki-laki hanya menyetujuinya, baik itu tinggi maupun itu mahar rendah. Jadi dari pihak laki-laki tidak
ada hak untuk mengurangi ketentuan yang sudah ditetapkan oleh pihak perempuan. Lain halnya bila ada kesepakatan dari keluarga pihak perempuan itu sendiri.
Menurut ibu zuraini, apabila suatu mahar ditentukan besar kecilnya suatu mahar maka dari itu ada faktor-faktor yang menentukan seperti tersebut yaitu seorang
perempuan berpendidikan tinggi, cantik, punya jabatan dalam pekerjaan, dari keluarga yang kaya dan terpandang, serta merta bisa memperoleh mahar yang sangat tinggi
jumlahnya. Selain dari faktor kecantikan dan pendidikan para perempuan lain pun bisa
memperoleh mahar yang tinggi asalkan seorang perempuan tersebut bisa menjaga diri mereka dengan baik. Karena tidak selamanya para laki-laki mencari dari luarnya saja,
dari dalamnya pun perlu diperhitungkan juga, begitulah ungkapan dari ibu zuraini.
Universitas Sumatera Utara
Ketika perempuan mendapat mahar yang sedikit jumlahnya itu dikarenakan atas persetujuan dari pihak perempuan dan keluarganya sendiri. Jadi mahar itu tidak
ditetapkan oleh siapa pun bahkan adat, mahar hanya ditentukan oleh pihak keluarga perempuan dan setelah itu dapat disetujui oleh pihak laki-laki.
I. Habsah
Ruangan rumahnya kosong, disudut ruangan terdapat rak beserta TV 21 inc’. lantainya dialasi tikar sebagai tempat duduk. Rumahnya sangat sederhana, didepan
rumahnya ditanami berbagai tumbuhan bunga yang beraneka ragam warnanya. Disudut halaman dekat pagar ia membuka kios kecil-kecilan jajanan anak-anak. Begitulah
keadaan ibu absah yang berprofesi sebagai pemilik kios jajanan anak-anak. Baru beberapa bulan ibu absah serta keluarganya tinggal dirumah barunya,
sebelumnya rumah yang ditempati dulu sebagai tempat tinggalnya habis dihantam tsunami dan setelah itu mereka tinggal dipengunsian. Saat ibu absah dan keluarganya
menempati rumah baru mereka, perasaan haru, serta lainnya bercampur menjadi satu, karena sudah cukup lama ibu absah beserta keluarganya memimpikan untuk tinggal
dirumah sendiri lagi. Kehidupan yang dialami selama dipengunsian sangat pahit, banyak kebutuhan
yang tidak dapat terpenuhi, terutama kebutuhan makanan dan tempat tinggal, biar pun banyak makanan bantuan, yang namanya pengunsian selalu tidak cukup, begitu tutur ibu
absah. Tapi apa daya kehidupan dipengunsian tetap mereka jalani biar pun serba kekurangan.
Universitas Sumatera Utara
Ibu yang berusia 45 tahun ini memiliki tiga orang anak dari perkawinannya. Dua laki-laki dan satu perempuan, anak laki-laki yang pertama sudah dibangku SMA kelas
dua, dan anak laki-lakinya yang kedua di SLTP kelas tiga serta anak perempuannya yang terakhir di SLTP kelas satu.
Pak tayeb begitulah sebutan nama suami ibu absah, pak tayeb adalah seorang guru ngaji, ia mengajari murid-murid di madrasah yang terdapat di desa krueng mane dan
tidak jauh dari tempat tinggalnya. Pendapatan yang diperoleh tiap dua minggu sekali cukup untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya. Keluarga dari pak tayeb dan ibu absah ini
adalah keluarga yang cukup sederhana, dari kesederhanaannya itu mereka mampu menjalani hari-hari dengan ihklas.
Ibu absah adalah penduduk tetap dari daerah krueng mane, sedangkan suaminya adalah pendatang yang berasal dari desa tetangga tempat tinggal ibu absah yaitu desa
sawang Kec. Sawang yang terletak disebelah barat dengan Kec.muara batu. Menurut ibu absah didaerah tempat tinggal suaminya banyak ditumbuhi durian dan kelapa yang juga
menjadi sumber mata pencaharian para penduduk setempat yang berada di Kec.sawang. demikian pula yang terdapat di Krueng Mane banyak terdapat tumbuhan kelapa serta
tumbuhan padi yang menjadi mata pencaharian dikawasan tempat tinggal ibu absah. Ibu absah yang berusia 45 tahun ini menikah pada tahun 1969, pada saat
perkawinanna ia memperoleh mahar sebesar 16 manyam serta uang tunai Rp. 2.500.000. ia dan suaminya dipertemukan oleh orang tua mereka. Sebelum mereka dipertemukan, ia
dan suaminya sudah saling mengenal, hubungan yang dijalankan dipererat lagi oleh keluarga mereka masing-masing dengan adanya perkawinan dari ibu absah dengan
Universitas Sumatera Utara
suaminya. Adat acaranya mereka laksanakan secara sederhana yaitu dari pihak keluarga suami dan dari keluarga istri beserta tokoh adat dari kampung masing-masing.
J. Juwanita
Ia anak pertama dari lima bersaudara, juwanita begitulah namanya. Ia menikah diusia 26 tahun dan setelah kurang lebih 2 tahun menikah, ia dikaruniai seorang anak
perempuan. Ibu juwanita dan suaminya dari hari pertama perkawinannya sampai sekarang yang telah dikaruniai anak pertama masih tetap tinggal bersama orang tuanya
beserta adik-adiknya. Ia dan suaminya tidak dilarang tinggal bersama orang tua dan adik- adiknya biar pun ia telah melahirkan anak pertama. Suami ia berprofesi sebagai guru
disalah satu sekolah dasar yang berada di Krueng Mane. Ibu juwanita dan suaminya adalah penduduk dari daerah yang sama. Ia kenal
dengan suaminya sekarang karena dikenalin oleh teman sekuliahnya. Tidak lama berkenalan dan ada kecocokan mereka langsung meresmikan hubungan mereka. Ibu
juwanita memperoleh mahar dari suaminya sebesar 18 manyam, pihak keluarga mempelai perempuan tidak menuntut banyak mahar, hanya sekedarnya. Biarpun dalam
hal ini perempuan mempunyai pekerjaan sebagai guru juga. Dalam pemberian mahar tidak ada tawar menawar. Pada saat pemberian mahar
mas kawin pihak dari keluarga laki-laki menambahkan mahar sebesar 2 manyam lagi, jadi jumlahnya semua 20 manyam. Penambahan mahar tersebut berdasarkan atas
kemampuan dari pihak laki-laki serta persetujuan dari pihak keluarga juga.
Universitas Sumatera Utara
4.3. Interpretasi Data Penelitian 4.3.1. Adat-Istiadat Perkawinan Pada Suku Aceh di Krueng Mane