termaktub dalam al-qur’an dan hadist, dan dalam acara pernikahan ada kalanya satu kampong dengan lainnya tidak sama penerapan adatnya, yang sama hanyalah
menjalankan hukum dan syari’at islam saja, umpamanya untuk sah satu pernikahan harus sesuai petunjuk hukum nikah yaitu : ada wali nikah, ada
jeulamee mahar, ada ijab Kabul, dan saksi nikah. Akhir-akhir ini pelaksanaan akad nikah sudah beragam macam
pelaksanaannya, ada yang dilaksanakan tiga 3 hari sebelum hari intat linto tiga hari sebelum peresmian pesta, dan ada pula hanya nikah saja, yaitu akad nikah
dilaksanakan jauh sebelum upacara pesta perkawinan, bagi pelaksanaan nikah tersebut dinamakan nikah gantung, karena pengantin laki-laki tidak pulang ke
rumah pengantin perempuan.
9. Kenduri Peukawen Aneuk pesta peresmian pernikahan
Yaitu pesta peresmian perkawinan, dalam acara kenduri tersebut banyak
hal yang menjadi perhatian dari segi adat dan reusam, pelaksanaan adat dalam
upacara perkawinan lebih menonjol dari pelaksanaan hukum dan kanun, terlebih lagi pada malamsiang intat linto baro, atau pun menerima dara baro, perangkat
atau persyaratan semua terkait dengan adat dan reusam antara lain yaitu : a.
Sebelum linto baro turun dari rumah, linto baro diwajibkan sungkem pada kedua orang tua, untuk mohon izin, dan diikuti oleh seluruh famili yang ada
dirumah. b.
Setelah turun dari rumah, sebelum berangkat meninggalkan rumah, linto baro dipeusijuek ditepungtawari, dan setelah itu salah satu dari orang tua atau
teungku imumTgk.meunasah bilal mesjid berselawat dan diikuti semua
Universitas Sumatera Utara
orang yang hadirpeserta linto baro, setelah itu baru linto berangkat dengan rombongan menuju tujuan.
c. Setelah dekat dengan rumah dara baro, para pengantar linto kembali
berselawat, sebagai tanda rombongan pengantin laki-laki linto baro sudah tiba, apabila hampir dekat dengan rumah penganti wanita dara baro, utusan
dari keluarga dara baro datang menyongsongmenjemput pengantar dengan membawa bate ranueb sirih lampuan tanda menghomati rombongan
pengantin laki-laki. d.
Setelah rombongan sampai didepan rumah pengantin wanita, pengantin laki- laki “dipeusijuek” ditepung tawari didepan pintu masuk kerumah pengantin
wanita dan setelah itu baru di persilahkan masuk. e.
Setelah masuk kedalam rumah, para tamu sudah duduk, maka acara serah terima pengantin laki-laki dilaksanakan oleh pemegang adat dalam hukum
perkampungan keduanya, maknanya agar pengantin laki-laki bisa diterima di kampong pengantin wanita.
f. Setelah acara serah terima selesai, maka kedua pengantin disanding
dipelaminan, serta diikuti acara hidangan makan bersama, dalam acara makan bersama dahulu ada satu hidangan khusus yang digolongkan acara reusam,
yaitu hidangan khusus Bisan BU BISAN. Nasi bisan diberikan pada orang
yang ditunjuki mewakili keluarga rombongan pengantin, persiapan nasi bisan
ini biasanya hidangan lauk pauknya di taruh dalam dalung BENJANA
khusus, dan bersahaja serta lauk pauknya yang beraneka ragam jenis makanan yang sangat lezat-lezat rasanya.
Universitas Sumatera Utara
g. Setelah acara makan bersama, rombongan pengantar pengantin pulang
kerumah masing-masing, sedangkan pengantin laki-laki bermalam dirumah pengantin wanita serta ditemani dua orang tua, dalam bahasa Aceh dinamakan
APET. Guna apet tersebut ialah untuk memberi bimbingan dan menuntun
mereka nasehat-nasehat yang berguna bagi kedua pengantin. h.
Pada malam antar linto, setelah duek sandeng, kedua pengantin sungkem pada kedua orang tua dara baro.
i. Pada acara tueng dara baro pesta penerimaan pengantin wanita, hal tersebut
sama seperti dengan pesta penerimaan pengantin laki-laki Muhammad Umar, 2006 : 157-165.
Mengenai penilaian kualitas yang berbeda, kehormatan garis keluarga mungkin lebih ditentukan dari pada ciri perorangan kedua pasangan itu atau kecantikan seorang
wanita mungkin juga sama nilainya dengan kekayaan seorang laki-laki. Bila pembelian sudah sah maka barang diserahkan dan penggunaan terhadap barang tersebut diserahkan
pada pembeli. Pemahaman bahwa perempuan dilabelkan dengan harga mengandung konsep bahwa perempuan merupakan properti yang dapat diperjual belikan.
http:www.mailarchive.comkeluargasejahterayahoogroups.commsg00854.html. Pada masyarakat kekerabatan Patrilineal, yang mengutamakan keturunan menurut
garis laki-laki berlaku adat perkawinan pembayaran “jeulamee” dimana setelah perkawinan istri melepaskan kewargaan adat kerabat orang tuanya. Dalam hal ini
kedudukan suami lebih tinggi dari hak kedudukan istri Hadikusumah, 1987 : 1. Besar kecilnya emas kawin tentu berbeda-beda pada berbagai suku bangsa
didunia., yang kadang-kadang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pihak laki-laki
Universitas Sumatera Utara
dan perempuan, sesuai dengan kedudukan, kepandaian, dan kecantikan si gadis Koentjaraningrat, 1998 : 101.
Dengan demikian, jeulamee mahar merupakan sebagai harta pembelian, seperti dalam beberapa bahasa Indonesia, jeulamee bahasa Aceh, pangolinboli bahasa Batak
Toba, tukon bahasa Jawa, dan lainnya. Adanya makna-makna istilah seperti ini maka menyebabkan perempuan dipandang sebagai kelas nomor dua yaitu kelas yang dikuasai
dan tertindas. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa Mahar dapat difingsikan dalam hal
yang bersifat positif dan juga dapat bersifat negatif. Bersifat positif karena lebih mendekatkan antara keluarga dari pihak laki-laki dengan pihak keluarga perempuan
apabila mas kawin yang ditetapkan saling setuju. Sedangkan dari segi negatifnya, diantara masing-masing pihak keluarga ada yang tidak menyetujuinya dalam penentuan
mahar karena mahalnya mas kawin yang ditentukan, akibatnya masing-masing keluarga tidak mempunyai kecocokan dalam membentuk hubungan keluarga baru adanya
perselisihan.
2.3. Teori Struktural Fungsional