Mahar Menurut Agama Dalam Sistem Perkawinan

4.3.3. Mahar Menurut Agama Dalam Sistem Perkawinan

Seorang wanita memiliki status yang sangat tinggi dalam iman Islam. Dihormati sepanjang waktu, tapi mengejutkan banyak pelanggaran merayap ke dalam praktik Islam. Pelanggaran ini disebabkan oleh pengaruh budaya yang tidak memiliki dasar dalam kitab suci Islam. Muslim yang tinggal di anak benua India telah perlahan-lahan memasukkan tindakan mas kawin ke dalam kehidupan mereka. Mahar berasal dari masyarakat Kasta atas Hindu sebagai hadiah pernikahan uang tunai atau barang berharga dari keluarga pengantin wanita kepada keluarga mempelai pria. Tidak ada yang aneh atau unik tentang budaya mempengaruhi praktik muslim, karena merupakan karakteristik umum di seluruh dunia bahwa ketika menyebar agama baru di suatu daerah, orang-orang yang tinggal di wilayah mempertahankan beberapa adat dan tradisi yang telah mereka latih selama berabad-abad. Tidak ada yang salah dengan ini selama praktek-praktek tidak bertentangan hukum Islam. Praktek mahar, Namun, hukum tidak dalam kenyataan melanggar Islam. hadiah adalah sesuatu yang memperkuat ikatan persahabatan antara dua orang. Mas kawin, yang biasanya didefinisikan sebagai hadiah yang diberikan bersama dengan pengantin wanita, oleh keluarga pengantin untuk mempelai, digunakan sebagai alat pemaksaan dan keserakahan dalam masyarakat seperti India. Keluarga pengantin perempuan harus memberikan hadiah ini atau pernikahan tidak akan terjadi. Selalu harga mahar ditetapkan lebih tinggi dari keluarga pengantin perempuan hal ini membuat ketidak mampu dan sedih, ini hasil dalam pengantin menjadi beban keluarganya. Keluarga pengantin perempuan kemudian berjuang untuk membayar hadiah. Universitas Sumatera Utara Dalam Islam yang memberi mahar itu adalah laki-laki kepada perempuan. Ayat- ayat berikut dalam Al-Quran membuktikan bahwa orang yang wajib membayar mahar kepada wanita kecuali wanita itu memilih untuk tidak mengambilnya. Seperti dalam arti Al-nisa’, 24 berikut ini, “Juga dilarang yaitu perempuan yang sudah menikah, kecuali mereka yang tangan kananmu: Demikianlah telah ditetapkan Allah Larangan terhadap Anda: Kecuali ini, semua yang lain adalah sah, asalkan kamu mencari mereka dalam perkawinan dengan mahar mahar, sebuah pengantin uang yang diberikan oleh suami kepada istrinya pada saat pernikahan dari harta Anda, menginginkan kesucian, tidak nafsu, melihat bahwa kamu memperoleh manfaat dari mereka, memberi mereka dowers mereka setidaknya seperti yang ditentukan, tetapi jika, setelah mahar yang ditentukan, setuju Saling untuk bervariasi itu, maka tidak ada dosa atas kamu, dan Allah Maha mengetahui, dan Maha Bijaksana”. Budaya yang menuntut mas kawin mahar dari keluarga pengantin perempuan, sebenarnya berlatih kebalikan dari apa yang Allah perintahkan. Mereka telah membalikkan kata-kata Allah dalam praktek mereka. Pengantin perempuan di paksa untuk membayar jumlah yang di negosiasikan laki-laki, kecuali orang itu memilih untuk tidak mengambilnya. Sementara penyalahgunaan mas kawin yang paling umum di antara orang-orang Hindu, adalah juga meningkat di kalangan umat Islam. penyalahgunaan mahar meningkat di Sub benua India meski UU Larangan mas kawin yang disahkan pada tahun 1961. Jadi dalam upaya untuk menghormati orang tua dan agar sesuai dengan norma- norma budaya, pemuda Muslim di India yang membungkuk ke belakang untuk mengikuti tradisi yang bahkan tidak berakar dalam Islam. Menuntut mahar dan menikah mungkin tampak sah di mata banyak orang, tapi akan divalidasi pernikahan di mata Allah. Mas kawin mahar adalah murni masalah budaya. Kita tidak harus merasa wajib untuk melanjutkan tradisi-tradisi islami. Jika berisi aspek-aspek budaya islami, maka Universitas Sumatera Utara orang tidak boleh merasa malu untuk memecahkan setiap praktek-praktek tradisional budaya itu. Praktek mahar telah menyebabkan di banyak bagian dunia untuk melanjutkan prasangka mereka terhadap perempuan meskipun larangan Islam menentangnya. Di India, alasan mengapa orang lebih suka anak-anak laki-laki terhadap anak perempuan terutama karena praktek-praktek budaya seperti mas kawin. Sangat di sayangkan untuk melihat orang-orang menyerahkan diri kepada perintah budaya daripada kehendak Allah yang adalah Pencipta kita, Tuhan semesta dan Pemelihara. Islam menekankan keadilan dan kebaikan. Islam memastikan bahwa anak laki-laki dan perempuan diperlakukan sama. Seperti dalam pemberian mahar yang terdapat di Suku Aceh, ini dilakukan atas dasar tuntutan untuk memperoleh seseorang yang akan dikehendaki untuk dijadikan pula sebagai pendamping hidup. Selain dari pemberian mahar dilakukan ada juga pemberian lain yang berupa benda-benda lainnya, seperti uang tunai, rumah serta lainnya. Hal tersebut di lakukan memang adanya di karenakan tuntutan adat. Di satu sisi, adat tingginya jumlah mas kawin memang menghadirkan kemaslahatan karena menjadi suatu komoditi pasar yang kompetitif dimana hal tersebut akan memotivasi para pemuda Aceh untuk bekerja keras dengan berbagai keterampilan ilmu dan usahanya. Mereka akan mempersiapkan diri dan berupaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya dalam keluarga. Namun disisi yang lain jelas bahwa mafasid atau kerusakan yang ditimbulkan lebih besar dari kemaslahatan tadi. Universitas Sumatera Utara Islam mengajarkan kita agar tidak membiarkan pintu kemaksiatan terbuka, bahkan Islam memerintahkan kita untuk menutupi potensi semua pintu kemaksiatan yang bisa ditimbulkan. Maka dari itu, diperlukan keberanian dari kedua mempelai dan keluarganya untuk mendobrak adat mas kawin tersebut tanpa ada perasaan takut dengan hukuman adat yang akan menerpanya. Misalnya; malu sama tetangga atau teman-teman, atau contoh hukuman adat yang lain seperti minimnya perolehan dukungan dari keluarga dan kerabat disebabkan patokan jumlah mas kawin yang bisa atau mudah dijangkau oleh pihak mempelai laki-laki meskipun dia berasal dari masyarakat kalangan ekonomi kelas bawah sekalipun.

4.3.4. Mahar dalam Institusi Keluarga Perempuan Suku Aceh