Institusi Keluarga Makna Mahar (Jeulamee) Dalam Penghargaan Keluarga Istri Pada Sistem Perkawinan Suku Aceh(Studi Deskriptif Di Krueng Mane Kecamatan Muara Batu Aceh Utara)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Institusi Keluarga

Keluarga bukan saja sebagai tempat hubungan antara suami dan istri atau anak- anak dan orang tua, tetapi sebagai suatu rangkaian tali hubungan antara jaringan sosial anggota-anggota keluarga, dan jaringan yang lebih besar yaitu masyarakat, oleh karena itu dalam memandang pemilihan jodoh dapat dilihat bahwa masyarakat luas menaruh perhatian akan hasilnya. Selalu kedua jaringan yang akan menikah dihubungkan karenanya dan oleh karena itu juga jaringan-jaringan lain yang lebih jauh tersangkut. Kedua keluarga ini mempunyai semacam kedudukan dalam sistem lapisan, yang keseimbangannya sebagian juga tergantung kepada siapa menikah dengan siapa. Perkawinan antara keduanya adalah petunjuk yang terbaik bahwa garis keluarga yang satu memandang yang lainnya kira-kira sama secara sosial dan ekonomis. Bagi keluarga-keluarga itu sendiri yang satu memperoleh dan yang lain kehilangan satu anggota jika sang wanita pindah ke keluarga suami, sistem itu disebut patrilokal jika yang laki-laki masuk ke keluarga istri sistemnya disebut Matrilokal. Pada dasarnya, proses pemilihan jodoh berlangsung seperti sistem pasar dalam ekonomi. Sistem ini berbeda-beda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya, tergantung pada siapa yang mengatur transaksinya, bagaimana pertukaran dan penilaian yang relatif mengenai berbagai macam kualitas. Universitas Sumatera Utara Seperti kaum ningrat di Jepang dan Cina masa lampau, transaksi-transaksinya diatur oleh para tetua secara resmi, sah dan umum oleh laki-laki, meskipun yang membuat keputusan terakhir biasanya kaum wanita tua. Menurut hukum adat masyarakat Arab, keluarga laki-laki membayar emas kawin dari sang wanita, sedangkan pada kasta brahmana di India, keluarga wanitalah yang membayar mahar kawinnya kepada calon suami. Hukum itu mungkin juga menentukan semacam pemberian imbalan. Tentu saja para pelaku dalam proses ini tidak berpendapat bahwa mereka itu melakukan “tawar menawar”. Orang tua mungkin menganggap bahwa mereka “mencari sesuatu yang terbaik bagi anak-anak mereka” William J.Goode, 1991 : 63-65.

2.2. Fungsi Keluarga