10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Manajemen Pemasaran
1. Definisi Pemasaran Kotler, 2007:6 pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan
seperangkat proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan
dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Saat berhadapan dengan proses pertukaran, harus ada sejumlah besar
pekerjaan dan keterampilan. Kotler, 2000:9 dalam Fajar, 2008:4 definisi pemasaran adalah proses
sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Laksana, 2008:4 pemasaran adalah segala kegiatan yang menawarkan
suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. 2. Definisi Manajemen Pemasaran
Kotler, 2007:6 manajemen pemasaran adalah sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
11 Laksana, 2008:5 manajemen pemasaran adalah pertukaran produk
yang dilakukan melalui aktifitas dari bauran pemasaran, yaitu produc, price, promotion, dan place.
Kotler, 2000:9 manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran
gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran- sasaran individu dan organisasi.
B. Persepsi Konsumen
1. Definisi Persepsi Konsumen Supranto, 2007:165 pada dasarnya persepsi merupakan proses
bagaimana rangsangan atau stimuli- stimuli di seleksi diorganisasikan dan diinterpretasikan atau diberi nama atau arti.
Tjiptono, 2009:95 persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan- masukan
informal untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Schiffman dan Kanuk 2004:97 persepsi adalah proses dimana
seseorang individu menyeleksi, mengorganisir, dan menginterpretasikan rangsangan menjadi sebuah gambaran pengertian yang brarti tentang dunia
sekitarnya. Dua orang mungkin mendapatkan rangsangan yang sama, kondisi yang sama, tapi bagaimana mereka mengenal, menyeleksi,
mengkordinasikan dan menafsirkan adalah merupakan proses individual, yang didasarkan pada keinginan, nilai, motif, harapan, latar belakang
12 sosial, ekonomi dan budaya setiap orang.
2. Ciri- Ciri Khusus Persepsi menurut Tatik, Suryani 2008:106 a. Subyektif: Setiap konsumen memiliki persepsi masing- masing
terhadap suatu proyek sehingga hanya berlaku bagi dirinya sendiri dan tidak berlaku bagi orang lain atau pihak lain.
b. Selektif: Manusia tidak mungkin secara terus- menerus menerima semua rangsangan yang ada, maka persepsi mempunyai sikap yang
selektif dan dilandasi oleh seleksi stimulus. c. Bersifat sementara: Hasil yang dipelajari dan interpretasi tidak akan
bertahan seumur hidup, ia dapat berubah sesuai dengan perkembangan, pengalaman, perubahan kebutuhan, serta pembentukan motif dan sikap.
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Persepsi Konsumen menurut Schiffman dan Kanuk, 2004:116
a. Penglihatan Schffman dan Kanuk, 2004:116 tanggapan yang timbul atas
rangsangan akan sangat dipengaruhi oleh sifat- sifat individu yang melihatnya. Sifat- sifat yang dapat mempengaruhi persepsi adalah:
Sikap: dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan yang akan diberikan seseorang.
Motivasi: Merupakan hal yang mendorong dan mendasari setiap tindakan yang dilakukan manusia.
13 Minat: merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang
terhadap suatu hal atau obyek tertentu yang akan mendasari kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap obyek tertentu.
Pengalaman masa lalu: mempengaruhi persepsi seseorang karena biasanya kita akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang
pernah dilihat, didengar ataupun yang dialami. Harapan: mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat
keputusan. Orang akan cenderung menolak gagasan, ajakan, ataupun tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan sebelumnya.
b. Sasaran Schiffman dan Kanuk, 2004:117 sasaran dapat mempengaruhi
penglihatan yang pada akhirnya mempengaruhi persepsi. Sasaran biasanya tidak terlihat secara terpisah dari latar belakangnya melainkan
secara keseluruhan. Latar belakang akan mempengaruhi persepsi, begitu pula dengan hal- hal yang mempunyai kecenderungan sama atau
serupa. Jadi apa yang seseorang lihat adalah bagaimana orang itu dapat memisahkan sasaran dengan latar belakangnya. Faktor- faktor sasaran
antara lain: keanehan terhadap sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang, dan dekatnya jarak.
c. Situasi Schiffman dan Kanuk, 2004:117 situasi atau keadaan disekitar
seseorang yang seseorang lihat akan turut mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang dilihat dalam situasi yang berbeda
14 akan menghasilkan persepsi yang berbeda.
Suryani, 2008:103 tiga proses penting dalam persepsi yaitu menseleksi memilih stimuliyang berbeda, hal ini disebabkan oleh tiga
hal, yaitu: 1. Perceptual Selection
Suryani, 2008:103 Proses persepsi diawali dengan adanay stimuli yang mengenai panca indera yang disebut sebagai sensasi. Stimuli ini
beragam bentuknya dan akan selalu membombardir indera konsumen. Jika diliaht dari asalnya, stimuli ada yang berasal dari luar individu
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemilihan dan penyeleksian stimuli menurut Suryani, 2008:104 adalah:
a. Faktor eksternal: adalah wujud obyektif seperti warna, bentuk, ukuran, posisi, intensitas, gerak, dan sebagainya. Sehubungan dengan hal ini,
pemasar perlu untuk membuat promosi yang dapat menarik perhatian konsumen.
b. Faktor internal: adalah factor yag berasal dari dalam individu sendiri. Faktor utama yang sering kali mempengaruhi perhatian individu dalam
memilih stimuli adalah harapan dan motif. Selain itu proses ini akan dipengaruhi oleh 4 prinsip Suryani,
2008:106 adalah: a. Ebankosur selektif selective exporsure: konsumen cenderung akan
memilih tayangan atau apa saja yang dilihat dan dirasakan secara selektif. Tidak semua yang mengenai dirinya akan dipilih. Berbagai
15 informasi yang ada di ingatannya psychological set akan
mempengaruhi pemilihannya. b. Perhatian selektif selective attention: konsumen dapat memperhatikan
stimuli secara sengaja dan tidak sengaja. Perhatian secara sengaja akan terjadi jika konsumen secara sadar dan aktif memperhatikan pada
stimuli. c. Bertahan secara perceptual perceptual defence: tayangan berbagai
iklan juga tidak diperhatikan semuanya oleh konsumen, karena ada perceptual defence.
d. Menutup secaar perceptual perceptual blocking: pada saat konsumen di tayangkan dengan banyak iklan, konsumen akan melindungi dirinya
dari serbuan stimuli yang mengenainya. konsumen akan menahan berbagai stimuli sesuai dengan kesadarannya.
2. Perceptual Organization Suryani, 2008:107 setelah konsumen memilih iklan stimuli mana yang
akan diperhatikan, konsumen akan mengoganisasikan stimuli yang ada. Konsumen akan mengelompokkan, menghubung- hubungkan stimuli yang
dilihatnya agar dapat diinterpretasikan, sehingga mempunyai makna. Prinsip dasar penting dalam pengorganisasian ini meliputi:
a. Gambar dan latar belakang Figure and Ground: agar stimuli ayng diperhatikan dapat mudah untuk diberi makna, konsumen akan
menghubungkan dan mengkaitkan antara gambar dengan dasar,
16 mengkaitkan antara apa yang ada dengan konteksnya sehingga punya
makna. b. Pengelompokkan Grouping: obyek, situasi, kejadian yang cenderung
sama akan dikelompokan menjadi satu bagian yang menyeluruh sehingga mudah untuk diingat.
c. Kecenderungan untuk menutup atau menyelesaikan Closure: setiap stimuli akan diorganisasikan menjadi suatu pola yang lengkap,
meskipun informasi yang tersedia tidak lengkap. Artinya, apabila pesan yang disampaikan kepada konsumen dibuat secara bertahap dan
berkesinambungan, maka secara tidak sadar konsumen berusaha untuk melengkapi pesan tersebut sesuai dengan keinginan, motivasi, dan
harapannya. 3. Perceptual Interpretation
Suryani, 2008:109 setelah konsumen mengoganisir yang ada dan mengkaitkannya dengan informasi yang dimiliki, maka agar stimuli
tersebut mempunyai makna, konsumen menginterpretasikan atau memberi arti stimuli tersebut. Pada tahap ini interpretasi ini konsumen secara sadar
atau tidak sadar akan mengait-ngaitkan dengan semua informasi yang dimilikinya agar mampu memberikan makna yang tepat. Terdapat
beberapa factor yang menyebabkan terjadinya kesalahan atau distorsi dalam menginterpretasikan peasn. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
17 a. Penampilan
fisik: sering
membuat konsumen
keliru dalam
menginterpretasikan suatu objek pemasaran. b. Kesan pertama: cenderung akan menetap dibenak konsumen.
c. Stereotip prasangka: istilah ini mengacu pada kecenderungan dalam meniali seseorang kedalam aktegori tunggal atau pada satu kelas .
Macam- macam persepsi menurut Foxall dan Ronald, 1994: 123 : a. Persepsi terhadap merek Brand Image
Persepsi ini sangat penting karena berhubungan dengan citra perusahaan. Citra perusahaan disini berkaitan dengan produk yang
ditawarkan. Persepsi positif maupun negatif tentang perusahaan akan menentukan posisi perusahaan dalam diri konsumen.
b. Persepsi terhadap Resiko Perceived Risk Maksudnya disini adalah resiko dari produk yang bersangkutan. Resiko
ini berkaitan dengan harga yang harus dibayar dan besarnya resiko tergantung pada kemungkinan kerusakan produk.
c. Persepsi terhadap Harga Price Persepsi ini terbentuk karena pada dasarnya konsumen mempunyai
persepsi terhadap harga yang disebut dengan rentang harga. Dalam rentang harga terdapat batas atas dan batas bawah. Jika harga suatu
produk berada batas atas, maka persepsi yang akan muncul adalah bahwa produk tersebut memiliki mutu dan kualitas yang baik.
Sedangkan jika harga suatu produk berada dalam batas bawah, maka persepsi yang akan muncul adalah bahwa produk tersebut memiliki
18 mutu dan kualitas yang kurang baik.
d. Persepsi terhadap Promosi Promotion Persepsi berkaitan erat dengan komunikasi. Bila dalam berpromosi
terkandung pesan yang mencurigakan, maka akan dianggap memperdaya konsumen dan akan dianggap negatif oleh konsumen.
e. Persepsi terhadap Produk Persepsi ini sangat berkaitan dengan Brand Image, mutu, dan layanan
dari suatu produk dan jasa. Pada dasarnya konsumen sulit untuk mengetahui mutu suatu barang. Mutu dikaitkan dengan pengalaman,
tapi pengalaman juga sulit digunakan sebagai ukuran suatu produk. Pada umumnya konsumen setuju bahwa mutu produk dapat dilihat dari
harga yang harus dibayar. Winaryo, 2004: 10 persepsi merupakan kesadaran dan pemahaman
yang terbentuk atau dibentuk melalui pengindraan diri maupun pengalaman diri.
Taufiq. Amir, 2005:60 persepsi adalah proses memberikan makna atas rangsangan-rangsangan yang diterima alat sensor manusia mata, kulit,
lidah, telinga hidung. Manusia bertindak dan bereaksi sejalan dengan bagaimana indra kita merasakan dan mengintrepretasikan. Cara bagiamana
manusia merasakan dan mengintrepretasikan segala rangsangan yang diterima disebut dengan persepsi. Oleh karena itu, pemahaman atas
persepsi konsumen sangat penting dalam memahami proses akuisisi, konsumsi dan perlakuan setelah pakai dari barang dan jasa. Rangsangan
19 yang akan diberikan, misalnya dalam bentuk, warna, kemasan, situasi
dalam berbagai bentuknya merupakan acuan dari persepsi. Konsep yang terkait dengan persepsi diantaranya adalah:
1. Selective Attention Artinya manusia hanya memberikan perhatian pada hal-hal yang
menarik perhatian. 2. Selective Distortion
Disamping individu itu selektif untuk hal-hal yang menarik, individu juga cenderung lebih mudah menerima hal-hal yang sesuai dengan
keyakinannya saja. 3. Selective Retention
Konsep ini berhubungan dengan memori. Individu mengingat dalam waktu yang lama jika sesuatu itu melekat di dalam memori jangka
panjang long term memory, yang sebelumnya ingatan itu berada di memori jangka pendek short term memory.
Ali. Hasan, 2009:142 persepsi merupakan proses individu konsumen memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi memaknai masukan-
masukan informasi yang dapat menciptakan gambaran objek yang memiliki kebenaran subjektif bersifat personal, memiliki arti tertentu,
dapat dirasakan melalui perhatian, baik secara selektif, distorsi maupun retensi.
Nugroho J. Setiadi, 2008: 160 pengertian persepsi adalah proses bagaimana
stimuli-stimuli itu
diseleksi, diorganisasikan,
dan
20 dinterpretasikan.
Persepsi manusia dibentuk oleh tiga pasang pengaruh, diantaranya yaitu:
a. Karakteristik dari stimuli. b. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya.
c. Kondisi-kondisi di dalam manusia itu sendiri. Nugroho, J. Setiadi, 2008: 160 Stimuli atau stimulus adalah setiap
bentuk fisik, visual, atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu.
Nugroho J. Setiadi, 2008:160 Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif.
Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu diperhatikan dari
persepsi adalah bahwa persepsi secara subtansial bisa sangat berbeda dengan realitas. Gambar berikut ini menjelaskan mengenai bagaimana
stimuli ditangkap melalui indera sensasi dan kemudian diproses oleh penerima stimulus persepsi.
21
Gambar 2.1 Proses Perseptual
Sumber: Nugroho. J Setiadi. 2008. Perilaku Konsumen. Pranada Media Group. Bandung.
a. Karakteristik Stimulus yang Mempengaruhi Persepsi
Nugroho J. Setiadi, 2008: 163 beberapa karakteristik iklan dan stimuli pemasaran lainnya akan membuat pesan lebih dirasakan
konsumen seperti yang diharapkan oleh pemasar. Karakteristik-karakteristik itu dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
1. Elemen Inderawi Sensory Element
Nugroho J. Setiadi, 2008:163 faktor-faktor sensory mempengaruhi bagaimana suatu produk dirasakan dan hal itu
sangat penting dalam desain produk. Adapun faktor-faktor sensory, yaitu:
a. Warna Tanggapan yang berbeda atas penggunaan warna kemasan
memungkinkan pemasar memperhatikan warna kemasan produk sedemikian rupa agar konsumen mempunyai persepsi
yang baik terhadap produk itu.
STIMULI Penglihatan
Suara Bau
Rasa Sensasi
Indera Penerima
Pemberian Arti
Perhatian Interpretasi
Tanggapan PERSEPSI
22 b. Bau
Bau suatu produk turut menentukan persepsi konsumen terhadap produk tersebut.
c. Rasa Rasa akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
2. Elemen Struktural Structural Element
Nugroho J.
Setiadi:163 sejumlah
hasil penelitian
menunjukkan faktor-faktor
struktural dari
iklan cetak,
mempengaruhi persepsi konsumen. Beberapa hasil menunjukkan hal itu adalah sebagai berikut:
a. Ukuran Ukuran iklan cetak yang lebih besar, lebih memungkinkan
untuk diperhatikan. b. Posisi
Akan ada perhatian yang lebih besar pada iklan dalam 10 pertama halaman majalah. Melewati batas 10 posisi
mempunyai pengaruh yang kecil. Hasil penelitian lain selanjutnya menemukan bahwa untuk memaksimumkan
pemahaman terhadap iklan, sebaiknya stimuli yang berupa gambar diletakkan pada sebelah kanan halaman majalah dan
iklan yang berupa kata-kata verbal diletakkan pada posisi sebelah kiri.
23 c. Warna
Warna dalam iklan cetak telah diteliti sebagai faktor struktural. Secara umum, iklan berwarna menghasilkan perhatian lebih
daripada iklan cetak hitam putih. d. Kontras
Kontras memungkinkan untuk mendapatkan perhatian. Gambar sebuah produk di atas latar belakang yang putih
mungkin akan dapat perhatian, tetapi tidak menjamin pemahaman dan ingatan.
b. Karakteristik konsumen yang Mempengaruhi Persepsi
Nugroho J. Setiadi, 2008:164 beberapa karakteristik konsumen yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:
1. Membedakan Stimulus Nugroho J. Setiadi, 2008:164 satu hal yang sangat penting
bagi pemasar adalah mengetahui bagaimana konsumen bisa membedakan antara dua stimuli atau lebih. Misalnya, apakah
konsumen merasakan perbedaan merek berdasarkan rasa, perabaan, harga dan bentuk kemasan produk.
Pada kenyataannya, terdapat banyak konsumen yang bisa membedakan merek produk berdasarkan rasa. Tetapi terdapat juga
konsumen yang agak sulit membedakan merek berdasarkan rasa atau bau. Oleh karena itu, pemasar sering menggunakan iklan
sebagai cara agar konsumen mampu membedakan merek. Mereka
24 berusaha menciptakan citra merek yang satu lebih baik dari yang
lain. Terdapat hasil penelitian klasik yang masih layak untuk
dijadikan contoh bagaimana sebenarnya konsumen mempersepsi terhadap merek produk.
2. Tingkat Ambang Batas Threshold Level Nugroho J. Setiadi, 2008:165 kemampuan konsumen untuk
mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya, bau, atau stimuli yang lainnya, ditentukan oleh tingkat ambang batasnya threshold
level. Ada dua jenis tingkat ambang batas threshold level , yaitu: a. Absolute threshold
Merupakan jumlah rangsangan minimum yang dapat dideteksi oleh chanel inderawi
b. Differential threshold Merupakan kemampuan sistem iderawi untuk mendeteksi atau
membedakan antara dua stimuli 3. Subliminal Perception persepsi bawah sadar
Nughroho J. Setiadi, 2008:168 usaha-usaha para pemasar sampai saat ini selalu menekankan pada penciptaan iklan atau
pesan yang bisa dideteksi atau bisa disadari oleh konsumen. Artinya, pemasar selalu berusaha menciptakan iklan atau pesan
diatas tingkat ambang batas kesadaran konsumen consumer level threshold. Hal itu bisa dimengerti karena para pemasar tidak ingin
25 berspekulasi dengan biaya yang dikeluarkan. Namun demikian,
para peneliti menemukan bahwa konsumen sebenarnya mampu memberikan respon atas informasi atau pesan yang akan datang
pada bawah sadarnya. Artinya, ketika konsumen dirangsang oleh iklan atau pesan, sebenarnya konsumen tidak menyadari akan
keberadaan iklan atau pesan itu, namun alam bawah sadarnya mampu menangkap iklan atau pesan tersebut. Dengan demikian
stimulus tersebut di bawah tingkat ambang batas kesadaran konsumen. Jadi perception subliminal kemampuan konsumen
memberikan tanggapan terhadap stimulus yang berada di bawah kesadaran atau berada di bawah ambang batas kesadarannya.
4. Tingkat Adaptasi Nugroho J. Setiadi, 2008:168 tingkat adaptasi ini merupakan
salah satu konsep yang berkaitan erat dengan ambang batas absolut Absolut threshold. Dimana konsumen sudah merasa
terbiasa dan tidak lagi mampu memperhatikan stimulus, maka ketika itu pula absolute thresholdny berubah. Tingkat adaptasi
Adaptation Level terjadi ketika konsumen tidak lagi
memperhatikan stimulus yang berulang-ulang. Tingkat adaptasi adaptation level terjadi ketika konsumen
tidak lagi memperhatikan stimulus yang berulang-ulang. Misalnya, ketika konsumen melihat iklan produk dengan potongan harga
20, pada pertama kali konsumen akan merasa tertarik. Tetapi
26 ketika iklan itu ditayangkan terus menerus dan tidak ada
perubahan tingkat potongan harga, konsumen sudah merasa dan tidak memperhatikan iklan tersebut. Pada saat itu sebenarnya
tingkat ambang batas absolute konsumen telah berubah. 5. Generalisasi Stimulus
Nugroho J. Setiadi, 2008:169 proses persepsi yang terjadi pada konsumen sebenarnya tidak hanya membedakan satu
stimulus dengan stimulus yang lainnya, tetapi konsumen juga berusaha mengeneralisasi stimulus. Konsumen yang berusaha
melihat kesamaan-kesamaan dari stimulus yang diterima berarti konsumen sedang melakukan generalisasi. Jadi generalisasi terjadi
ketika konsumen melihat dua stimulus atau lebih mempunyai kesamaan mempunyai hubungan dekat atau contiguity, dan
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, oleh karena itu dapat disubtitusikan.
Nugroho J. Setiadi, 2008:170 proses generalisasi stimulus yang dilakukan oleh konsumen, oleh sebagian pemasar sangat
dihindari. Hal
ini terjadi
karena pemasar
berusaha mendiferensiasikan mereknya dengan merek yang lain. Pemasar
ingin merek produknya lain dari yang lainnya. Diferensiasi merek produk seperti ini terjadi ketika adanya persaingan. Namun
dipihak lain, generalisasi sebenarnya sangat diharapkan oleh pemasar. Hal ini biasanya terjadi ketika perusahaan sudah
27 mempunyai
merek yang
terkenal, kemudian
ingin memperkenalkan kategori produk baru. Produsen menginginkan
agar konsumen melakukan generalisasi terhadap produk yang baru dengan merek produk yang lama yang sudah terkenal.
C. Citra Merek Brand Image
Suryani, 2008: 113 citra merek umumnya didefinisikan segala hal yang terkait dengan merek yang ada dibenak ingatan konsumen. Citra merek
merepresentasikan keseluruhan persepsi konsumen terhadap merek yang terbentuk karena informasi dan pengalaman konsumen terhadap suatu merek.
Nugroho J. Setiadi, 2008:180 citra merek adalah merepresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan
pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek menghubungkan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi
terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian, oleh karena itu
kegunaan utama dari iklan diantaranya adalah untuk membangun citra positif terhadap merek.
Mowen, 1995:140 pada dasarnya proses terbentuknya citra merek hampir sama dengan proses persepsi, karena citra terbentuk dari persepsi yang telah
terbentuk lama. Setelah melalui tahap seperti yang terjadi dalam proses persepsi, kemudian dilanjutkan pada tahap melibatkan fungsi memori.
28 Supranto, 2007:132 citra merek ialah apa yang konsumen pikir atau
rasakan ketika mereka mendengar atau melihat nama suatu merek atau pada intinya apa yang konsumen telah pelajari tentang merek, misalnay sewaktu
johny sakit gatal karena jamur, dia menggunakan obat gatal bernama DAKTARIN. Begitu juga ia meliaht iklan DAKTARIN, Johny langsung
membayangkan obat yang mujarab karena jamur. Citra perusahaan atau citra took, sama, kecuali berlaku untuk perusahaan dan took bukan terhadap
barang. Citra merek disebut juga memori merek yang skematik, berisi interpretasi pasar sasaran tenatng atribut atau akrakteristik produk, manfaat
produk, situasi penggunaan dan karakteristik manufaktur atau pemasar. Schiffman dan Kanuk, 2000:152 menyebutkan faktor- faktor pembentuk
citra merek adalah sebagai berikut: 1. Kualitas atau mutu: berkaitan dengan kualitas produk barang yang
ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. 2. Dapat dipercaya atau diandalkan: berkaitan dengan pendapatan atau
kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi.
3. Kegunaan atau manfaat: yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
4. Pelayanan: Berkaitan
dengan tugas
produsen dalam
melayani konsumennya.
5. Resiko: berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen.
29 6. Harga: yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak
sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, dan juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang.
7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri: yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk
tertentu. Keller, 1998 ada tiga komponen yang membentuk citra merek, yaitu:
1. Concent Concent dari sebuah image menunjukan asosiasi- asosiasi yang
mungkin timbul ketika menilai sebuah merek. Asosiasi- asosiasi tersebut bisa dihubungkan baik dengan pengetahuan dan perasaan, tetapi bisa juga
melalui indera penciuman atau pendengaran. Ada dua macam asosiasi merek yang dapat dibedakan, yaitu:
a. Aspek material Aspek material dari sebuah merek adalah asosiasi yang berkenaan
dengan sifat dari aspek material tertentu seperti kehandalan, daya tahan, kemudahan dalam penggunaan atau perolehan, desain produk
dan lainnya. b. Aspek immaterial
Asosiasi- asosiasi immaterial suatu merek dimaksudkan sebagai aspek- aspek yang tidak berhubungan dengan produk secara fisik seperti
budaya, kelas sosial, peran dan status konsumen serta gaya hidup.
30 2. Favourability
Komponen favourability menunjukkan perasaan yang dimiliki konsumen pada setiap hubungan asosiasi yang terdapat pada suatu merek.
3. Strength Komponen strength dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana
kekuatan asosiasi yang dihubungkan dengan merek, menggambarkan sebesar apa suatu merek dapat menimbulkan asosiasi kuat dan positif serta
dapat digunakan untuk mengukur kesan keseluruhan suatu merek. Terdapat
beberapa faktor
yang mempengaruhi
dalam mengkomunikasikan dan mengendalikan brand image yang tepat kepada
konsumen, yaitu: 1. Produk itu sendiri
Apabila calon konsumen telah mengetahui produk perusahaan, berarti kesan tertentu telah diasampaikan baik kesan positif maupun kesan
negatif, dan dengan demikian produk itu merupakan simbol komunikasi. Produk itu mempunyai suatu kepribadian atau citra dalam pikiran calon
pembeli sebagai hasil dari desain, penampilan, dan siapa yang menggunakan produk itu disamping pengaruh- pengaruh lainnya. Dari
produk tersebut dapat dibentuk suatu brand image yang sesuai untuk dikomunikasikan kepada konsumen, sehingga dengan hanya mendengar
atau melihat merek produk tersebut konsumen akan tetap mengingat produk tersebut.
31 2. Kemasan dari produk itu sendiri
Kemasan dapat mengekspresikan kualitas dan citra merek yang ingin ditampilkan oleh perusahaan dan kemasan juga dapat mengkomunikasikan
ide yang dapat meningkatkan atau menurunkan citra merek produk tersebut.
3. Nama merek produk itu sendiri Nama merek yaitu bagian dari sebuah merek yang dapat diucapkan,
termasuk huruf- huruf dan bilangan- bilangan. Nama merek ini dapat diambil dari nama orang, perusahaan dan nama- nama lainnya. Dengan
adanya nama merek, perusahaan dapat mengidentifikasikan produknya dari produk saingannya. Dengan nama merek diharapkan konsumen dapat
mengetahui jenis produk yang ditawarkan sehingga tertanam kesan atau citra merek yang ingin ditampilkan oleh perusahaan.
4. Harga produk itu sendiri Maksudnya adalah harga produk tersebut dapat mencerminkan kualitas
dan keeksklusifan merek produk tersebut. Jika perusahaan ingin meningkatkan citra merek produk, maka harga yang ditetapkan tidak boleh
terlalu rendah. Aaker, D., 1996:123 citra merek berkaitan dengan berbagai aspek
asosiasi merek yang tertanam dalam benak konsumen. Asosiasi merek adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek, asosiasi itu tidak
selalu nyata dan memiliki berbagai tingkatan kekuatan. Keterkaitan konsumen terhadap suatu merek akan lebih kuat bila dilandasi pada
32 banyaknya pengamatan dan pengalaman yang didalamnya.
Plummer, 2000:42 menguraikan suatu model mengenai konsep citra merek dari persepsi konsumen sebagai suatu hasil dari tiga komponen, yaitu
komponen “product attributes”, “consumer benefits” dan “brand
personality”.
Gambar 2.2
Citra Merek
Sumber: Plummer, J.T. 2000. How Personality Makes a Difference, Journal of Advertising Research,
Vol. 40, Issue 6
D. Kepribadian merek Brand personality