Alat pengukur kekerasan enamel

Gambar 14. Bentuk indentasi alat kekerasan Knoop 57 b Metode Vickers Vickers hardness tester adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur nilai kekerasan enamel Gambar 15. Pengujian kekerasan Vickers dilakukan dengan membuat indentasi pada permukaan obyek yang diuji dengan indentor diamond yang berbentuk piramida dengan dasar persegi dan sudut 136 o antara satu permukaan dengan permukaan yang berlawanan seperti di gambar 16. Beban yang diinginkan ditekan pada permukaan obyek selama 10 sampai 15 detik. Setelah itu, panjang kedua garis diagonal pada lekukan yang terhasil diukur di bawah mikroskop untuk mendapatkan nilai rata-ratanya. Area setiap permukaan indensasi juga dihitung. Kemudian, nilai kekerasan Vickers HV dihitung dengan rumus: 58 Biasanya pengujian kekerasan Vickers digunakan untuk menguji kekerasan gigi dibanding metode Knoop karena bentuk persegi yang dihasilkan oleh indentor Vickers lebih mudah diukur dan hasil juga lebih akurat. Perubahan kecil pada bentuk persegi yang dihasilkan oleh indentor dapat dideteksi dengan mudah, sementara lekukan yang Petunjuk: F = beban yang diterapkan d = rata-rata panjang kedua garis diagonal pada lekukan dihasilkan oleh indentor Knoop berbentuk rhomboid sehingga pendeteksian kesalahan sulit dilakukan. Untuk menghindari bias nilai kekerasan sampel, beberapa indentasi harus dilakukan pada setiap sampel dan diambil nilai rata-ratanya. 15 Gambar 15. Alat penguji kekerasan Vickers dok. Gambar 16. Bentuk indentasi alat kekerasan Vickers 59

2.8 Landasan teori

Warna gigi merupakan hal yang paling memengaruhi penampilan seseorang. Biasanya, gigi permanen berwarna putih keabu-abuan atau putih kekuningan yang dapat dipengaruhi oleh transluensi dan ketebalan enamel, serta ketebalan dan warna dentin yang melapisi dibawahnya. Namun, warna gigi dapat berubah akibat faktor intrinsik atau ekstrinsik. Diskolorisasi intrinsik adalah perubahan warna gigi secara instrinsik dapat terjadi akibat perubahan struktur dentin dan enamel sewaktu odontogenesis atau difusi bahan kromatogenik yang berasal dari dalam tubuh atau pulpa ke lapisan dentin dan enamel pasca erupsi sehingga relatif sulit dirawat secara eksternal. Diskolorisasi ekstrinsik adalah perubahan warna gigi yang terjadi pada permukaan enamel gigi akibat pigmen warna yang melekat pada pelikel sehingga menghasilkan stain, atau dapat juga terjadi akibat interaksi kimia yang terjadi pada permukaan gigi. 1,3 Berbagai perawatan untuk memperbaiki warna gigi telah dikembangkan. Perawatan bleaching merupakan salah satu perawatan untuk memperbaiki warna gigi. Bahan yang sering digunakan dalam perawatan ini adalah bahan dasar peroksida yaitu karbamid peroksida dan hidrogen peroksida. Bahan-bahan ini dapat diperoleh di pasaran dalam sediaan dan konsentrasi yang bervariasi. Peroksida merupakan oksidator yang kuat sehingga mudah mengalami penguraian rantai molekulnya. Akibat proses oksidasi, radikal bebas akan dihasilkan sebagai salah satu produk sampingan. Radikal bebas akan memecahkan molekul pigmen kromofor menjadi molekul yang kecil atau hidroksil. Molekul pigmen warna yang tereduksi ini tidak mampu memantulkan cahaya yang banyak sehingga terhasilnya efek pemutihan. 7,8,9 Namun, akibat proses oksidasi dari bahan peroksida ion-ion kalsium dan fosfat akan terlepas dari struktur hidroksiapatit. Hal ini akan menyebabkan terjadinya distorsi pada lattice hidroksiapatit sehingga bentuk kristalnya berubah. Akibatnya, struktur enamel menjadi poreus dan mempunyai pola honey-comb sehingga kekerasan enamel juga berkurang. Pengukuran nilai kekerasan enamel merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi efek bleaching pada gigi. 12 Dari dua bahan yang sering digunakan dalam perawatan bleaching, karbamid peroksida merupakan bahan yang lebih aman dan efektif dibanding hidrogen peroksida. Hal ini karena karbamid peroksida mengandung konsentrasi hidrogen peroksida yang lebih rendah beserta urea sebagai stabilisator bahan aktif sehingga hidrogen peroksida dapat berdifusi ke dalam jaringan keras gigi dengan perlahan- lahan dan lebih menyeluruh. Dengan itu, setiap molekul hidrogen peroksida dapat bereaksi dengan kromogen yang mengakibatkan diskolorisasi gigi sehingga efek pemutihannya lebih baik. Selain itu, urea dalam karbamid peroksida juga bertindak sebagai penetralisir yang akan meningkatkan pH karbamid peroksida yang asam. pH karbamid peroksida yang lebih netral mampu mengurangi efek demineralisasi enamel sehingga kekerasan enamel tidak terpengaruh. 4,9

Dokumen yang terkait

Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofiller Setelah Pengaplikasian Bahan Pemutih Gigi Karbamid Peroksida 10% dan 35%

8 302 65

Perbedaan Kekasaran Permukaan Enamel Gigi Pada Penggunaan Karbamid Peroksida 16% Dan Jus Buah Stroberi (Fragaria x ananassa) sebagai Bahan Pemutih Gigi

7 89 63

Pengaruh Jenis Bahan Office Bleaching Hidrogen Peroksida 35% Dan Karbamid Peroksida 35% Terhadap Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofil

9 76 80

Perbandingan Aplikasi Buah Delima Putih (Punica granatum Linn.) dan Gel Karbamid Peroksida 10% terhadap Perubahan Warna Enamel Gigi Secara In Vitro.

0 0 20

Perubahan Score Bleachedguide, Nilai Kecerahan Dan Kekerasan Enamel Gigi Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 35%

0 0 16

Perubahan Score Bleachedguide, Nilai Kecerahan Dan Kekerasan Enamel Gigi Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 35%

0 0 5

Perubahan Score Bleachedguide, Nilai Kecerahan Dan Kekerasan Enamel Gigi Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 35%

0 0 35

Perubahan Score Bleachedguide, Nilai Kecerahan Dan Kekerasan Enamel Gigi Sebelum Dan Sesudah Perlakuan Bleaching Dengan Karbamid Peroksida 35%

0 1 6

Pengaruh Aplikasi Bahan Pemutih Gigi Karbamid Peroksida 10 dan Hidrogen Peroksida 6 secara Home Bleaching terhadap Kekerasan Permukaan Email Gigi

0 0 7

PERBEDAAN KEKASARAN PERMUKAAN ENAMEL GIGI PADA PENGGUNAAN KARBAMID PEROKSIDA 16 DENGAN JUS BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa) SEBAGAI BAHAN PEMUTIH GIGI

0 0 14