berada di sebelah distal garis pembagi permukaan bukal mahkota gigi. Lebar mesiodistal mahkota gigi pada bagian servikal lebih kecil dibanding ukuran
mesiodistal terbesar keseluruhan mahkota. Mahkota gigi premolar satu maksila lebih menyempit ke arah palatal sehingga ukuran mesiodistal tonjol palatal lebih kecil
daripada tonjol bukal. Titik pertemuan lereng mesial dan distal tonjol palatal membentuk sudut 90
o
. Apeks akar palatal pada premolar satu maksila yang berakar dua cenderung lebih bulat daripada apeks akar bukal.
22
Dari aspek mesial dan distal gigi ini, garis servikal di bagian distal kurang melengkung dibandingkan garis di sebelah mesial. Pada gigi yang berakar dua, satu
akar bukal dan satu akar palatal jelas kelihatan. Sementara pada gigi yang berakar satu, developmental depression sangat jelas di sepanjang akar, dan garis luar akar
bukal dan palatal berakhir di satu ujung apeks. Dari aspek oklusal pula, gigi premolar satu maksila berbentuk heksagonal dengan enam sisi yaitu mesiobukal, mesial,
mesiopalatal, distopalatal, distal, dan distobukal. Namun keenam sisi ini tidak sama panjangnya dimana sisi mesiobukal dan distobukal hampir sama panjang, sisi mesial
lebih pendek daripada sisi distal, dan sisi mesiopalatal lebih pendek daripada distopalatal. Central developmental groove memisahkan bagian bukal dan palatal
pada permukaan oklusal. Tonjol palatal memiliki ujung yang lebih tajam dibandingkan tonjol bukal.
22
Bukal Palatal Oklusal Mesial Distal Gambar 2. Gambaran gigi premolar satu maksila dari beberapa aspek
22
2.3 Warna gigi
Enamel gigi biasanya berwarna putih keabuan hingga kekuningan. Sifat enamel yang translusen menyebabkan cahaya dapat menembus enamel dan memantul dari
dentin yang berwarna kuning. Hal ini justru menyebabkan gigi kelihatan lebih kekuningan. Gigi yang berwarna putih keabuan pula menandakan lapisan enamel
yang lebih opak. Translusensi enamel bergantung pada tingkat kalsifikasi dan homogenitas materi anorganiknya. Selain itu, translusensi enamel juga dipengaruhi
oleh ketebalan lapisan enamel, dimana enamel yang lebih tipis akan lebih translusen berbanding enamel yang tebal. Ketebalan enamel bervariasi di bagian mahkota yang
berbeda-beda Gambar 3. Daerah insisal dan cusp mempunyai enamel yang paling tebal yaitu 2-2.5mm. Hal ini menyebabkan daerah insisal dan cusp biasanya berwarna
putih keabuan dengan sedikit kebiruan, sementara pada daerah servikal gigi biasanya berwarna lebih kuning karena lapisan enamel lebih tipis di daerah tersebut
17,19,21
Warna gigi juga ditentukan berdasarkan sifat optiknya yaitu pantulan cahaya dari gigi yang dapat dilihat dengan mata. Umumnya, terdapat tiga faktor yang
memengaruhi penentuan warna gigi. Faktor pertama adalah sumber cahaya, faktor kedua adalah sifat penyerapan, pantulan, transmisi dan hamburan cahaya oleh gigi,
serta faktor ketiga adalah interpretasi individu terhadap warna.
23
Gambar 3. Variasi ketebalan enamel premolar dari bagian insisal ke servikal
19
2.3.1 Diskolorisasi gigi
Diskolorisasi gigi adalah perubahan yang terjadi pada warna gigi. Secara umum, diskolorisasi gigi diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan faktor
etiologinya, yaitu diskolorisasi intrinsik dan diskolorisasi ekstrinsik.
9,24
2.3.1.1 Diskolorisasi intrinsik
Diskolorisasi intrinsik adalah pewarnaan endogen yang terjadi di bagian dalam struktur gigi sehingga sulit dirawat secara eksternal. Perubahan warna gigi secara
instrinsik dapat terjadi akibat perubahan struktur dentin dan enamel sewaktu odontogenesis atau difusi bahan kromatogenik yang berasal dari dalam tubuh atau
pulpa ke lapisan dentin dan enamel pasca erupsi. Antara faktor penyebab diskolorisasi intrinsik adalah:
9
a Penyakit sistemik
Beberapa penyakit sistemik dapat memengaruhi perkembangan enamel dan dentin selama fase odontogenesis sehingga menyebabkan perubahan warna gigi.