pernafasan yang berfungsi sebagai penyaring udara yang masuk ke hidung sehingga mekanisme pengeluaran debu oleh paru dapat terganggu. Kebiasaan merokok perlu
mendapat perhatian khusus karena pajanan debu lingkungan kerja dan merokok dapat memberikan efek kumulatif terhadap nilai KVP dibawah normal Faidawati, 2003.
6.7 Hubungan antara Status Gizi dengan KVP
Penimbunan lemak dapat terjadi pada bagian tubuh manapun dari manusia. Penumpukan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernapasan dan sesak napas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Semua otot termasuk otot diafragma
dan otot-otot pernafasan lainnya, mengalami atrofi struktural dan fungsional yang akhirnya menyebabkan penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi serta kapasitas vital
paru Harison, 1999. Gangguan pernapasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernapasan untuk sementara waktu tidur apneu, sehingga
pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Berdasarkan hasil uji oneway Anova diperoleh hasil p value = 0.980 0.005
yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan KVP. Fre
kuensi status gizi tertinggi adalah pada kategori “normal” yaitu sebanyak 39 pekerja 65. Namun jika kita melihat dari 19 pekerja yang memiliki nilai KVP dibawah
normal maka didapati sebanyak 10 pekerja berada pada kategori “normal”, 6 pekerja pada kateg
ori “gemuk” dan 3 pekerja berada pada kategori “kurus”.
Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian Halvani 2008 yang dilakukan pada industri keramik di Yadz Iran. Pada penelitian ini variabel penelitian
bukanlah status gizi namun berupa tinggi badan dan berat badan pekerja. Hasil penelitian Halvani menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
gangguan fungsi paru nilai KVP dibawah normal dengan berat badan dan tinggi badan baik pada kasus maupun kontrol.
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori bahwa kekurangan makanan yang terus menerus akan menyebabkan susunan fisiologis terganggu dan dapat
mengganggu kapasitas vital seseorang Depkes RI, 1990. Status gizi seseorang dapat mempengaruhi KVP. Orang kurus panjang biasanya kapasitasnya lebih dari orang
gemuk pendek Supariasa, 2001. Pada dasarnya 80 otot perut terletak didekat diafragma sehingga jika terjadi penumpukan lemak pada perut, maka diafragma akan
tertekan dan menyebabkan perkembangan paru-paru menjadi kurang maksimal. Jika kita lihat frekuensi pekerja pada status gizi “kurus” maka didapati sebanyak
5 pekerja 60 yang memiliki nilai KVP dibawah normal sedangkan pada kategori “gemuk” hanya sebanyak 6 pekerja 37.5 memiliki nilai KVP dibawah normal. Hal
inilah yang mungkin menunjukkan bahwa status gizi tidak mempengaruhi KVP karyawan pada penelitian ini. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Khumaidah
2009 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan nilai KVP dibawah normal p value = 0.667.
Nilai kapasitas vital paru yang menurun disebabkan oleh adanya penumpukan lemak disekitar perut merupakan faktor ekstra pulmoner yang artinya faktor lain diluar
dari penyebab yang bersumber tidak langsung terhadap paru-paru Harison, 1999. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan bisa saja terjadi karena
penimbunan lemak pada tubuh tidak hanya terjadi pada bagian otot perut. Penimbunan lemak pada pekerja dalam hal ini pekerja plant bisa saja terjadi di bagian tubuh lain
seperti paha dan lengan. Oleh karena itulah nilai KVP didapatai tidak berhubungan dengan status gizi dalam hal ini pada pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals
Jakarta tahun 2011.
6.8 Hubungan antara Masa Kerja dengan KVP