Hubungan Konsentrasi Debu Total dengan KVP

10-15 menit sehari dapat melatih perkembangan elastisitas paru-paru dan kecepatan keluar masuknya udara dalam paru Harison, 1999. Selain itu juga, perlu disadari bahwasannya nilai KVP ini sangat bergantung pada beberapa faktor yang akan menjadi penyebab turun atau naiknya nilai kapasitas tersebut antara lain konsentrasi debu ditempat kerja, usia, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan masker saat bekerja pada area kerja yang berdebu Sirait, 2010.

6.3 Hubungan Konsentrasi Debu Total dengan KVP

Partikel debu akan berada di udara dalam kurun waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi pertikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda Pujiastuti, 2002. Menurut Standar Nasional Indonesia nomor 19-0232 tahun 2005 Nilai Ambang Batas NAB zat kimia debu respirabel di tempat kerja sebesar 3 mgm 3 . Dari hasil pengukuran konsentrasi debu respirabel yang diukur menggunakan alat Personal Dust Sampler PDS didapatkan bahwa ada 35 pekerja 58.3 yang terpapar debu di bawah NAB dan ada sebanyak 25 pekerja 41.7 yang terpapar di atas NAB. Adapun jumlah pekerja yang terpapar debu di atas NAB yang memiliki KVP dibawah normal adalah sebanyak 19 pekerja 76 sedangkan yang memiliki fungsi paru normal KVP normal ada sebanyak 6 pekerja 24. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Neghab et all 2007 pada industri pengadaan bahan baku keramik di Iran yang mengukur konsentarsi debu yang memapar pekerja industri keramik menggunakan PDS. Hasil dari data PDS pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi debu terhirup sangat tinggi 26.7 mgm3 dan sebagian besar debu mengandung kristal silika Neghab et all, 2007. Adapun konsentrasi debu di atas NAB harus diwaspadai karena debu tersebut berada di udara yang selalu dihirup oleh pekerja saat bernafas ketika berada di lingkungan kerja. Efek debu terhadap paru dapat dijelaskan bahwa debu yang dapat terhirup berukuran 0.1-10 mikron dengan kondisi lingkungan kerja yang menghasilkan debu pada setiap proses kerjanya. Paparan dari debu ini dapat menimbulkan reaksi paru sehingga terbentuk jaringan paru fibrosisis dan akhirnya menimbulkan gangguan saat pengembangan paru Tarlo dkk, 2010. Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh p value = 0.000 0.005 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi debu total dengan KVP pekerja pada bagian plant PT. Sibelco Minerals Jakarta tahun 2011. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khumaidah 2009 yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi debu perorangan dengan KVP dibawah normal p value = 0.000. Pekerja yang berada di lingkungan dengan konsentrasi debu tinggi dalam waktu yang lama, memiliki risiko tinggi terkena obstruksi Menurut Suma’mur 1996 bahwa salah satu variabel potensial yang dapat menimbulkan KVP dibawah normal adalah lamanya seseorang terpapar polutan tersebut. Hal ini berarti semakin lama masa kerja seseorang, semakin lama pula waktu paparan terhadap polutan tersebut. Selanjutnya berdasarkan penelitian Anshar, dkk 2005 pada unit usaha batu gamping Yogyakarta didapatlah hubungan yang bermakna antara konsentrasi debu batu gamping dengan kapasitas vital paksa. Kemudian didapatkan tanda negatif - pada nilai r yang menunjukkan korelasinya bersifat linier negatif, artinya semakin tinggi konsentrasi debu gamping di tempat kerja akan diikuti penurunan nilai kapasitas vital paksa responden. Hal ini menunjukkan bahwasannya paparan debu yang ada di lingkungan kerja yang memapar pekerja dengan konsentrasi yang tinggi dan jumlah jam kerja yang semakin panjang akan berdampak pada nilai KVP yang berada dibawah normal.

6.4 Hubungan antara Usia dengan KVP