Keterbatasan Penelitian Kapasitas Vital Paru KVP

Distribusi Rata-Rata KVP Menurut Penggunaan Masker Pekerja bagian Plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011 Penggunaan masker Rata- Rata Standar Deviasi p-value Tidak Menggunakan 76.91 5.887 0.000 Menggunakan 89.00 8.721 Berdasarkan tabel 5.14 diketahui rata-rata KVP pada pekerja yang tidak menggunakan masker adalah sebesar 76.91. berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.000 p 0.005 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan masker dengan KVP.

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini tidak memperhitungkan karakteristik debu yang memapar pekerja yaitu; ukuran partikel, daya larut, sifat kimiawi, lama debu sampai ke paru dan bentuk debu yang diterima pekerja pada area kerja karena debu pada area kerja plant terdiri atas 2 dua debu yang utama dari bahan baku yang telah bercampur sehingga tidak bisa diketahui debu yang akan diukur berasal dari bahan baku yang mana. 2. Diagnosa penentuan kriteria inklusi menggunakan pertanyaan gejala-gejala yang mungkin dialami oleh pekerja untuk masuk ke dalam sampel bukan menggunakan hasil diagnosis dari dokter. 3. Untuk mengukur variabel kebiasaan merokok tidak menggunakan indeks Brinkman karena lama merokok ti dak dihitungsehingga kategori dalam variabel kebiasaan merokok terlalu umum dan kurang spesifik. Indeks Brinkman ini dapat digunakan untuk mengukur derajat dosis rokok yang telah dikonsumsi oleh pekerja.

6.2 Kapasitas Vital Paru KVP

Salah satu dampak negatif dari industri pengadaan bahan baku keramik adalah pencemaran udara oleh debu yang berasal dari bahan baku dan berbagai proses yang ada di dalamnya. Debu yang dihasilkan merupakan limbah utama dari pabrik pengadaan bahan baku keramik ini. Debu inilah yang kemudian akan terhirup oleh pekerja dan jika pekerja terpapar dalam jangka panjang dan konsentrasi tinggi maka dapat menyebabkan KVP dibawah normal dan saluran pernafasan Yunus, 1997. Adapun salah satu cara penegakkan diagnosis dari gangguan tersebut adalah dengan mengetahui nilai KVP pekerja. Berdasarkan hasil pengukuran nilai KVP pada pekerja bagian plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta didapatlah hasil rata-rata sebesar 84.57. Jika nilai ini dimasukkan ke dalam kriteria gangguan fungsi paru menurut ATS maka nilai rata-rata KVP ini masuk kedalam kategori normal. Namun jika dilihat lagi distribusi data dari KVP pekerja plant ini, maka terdapat 19 31.67 pekerja mengalami KVP dibawah normal KVP ≤79 dan masuk kedalam kategori restriktif. Gangguan restriktif merupakan gangguan paru yang mengebabkan kekakuan paru sehingga membatasi pengembangan paru-paru. Gangguan ini sangat mempengaruhi kemampuan untuk menghirup udara inspirasi seseorang. Para pekerja yang mengalami gangguan ini akan sulit untuk menghirup oksigen dari udara luar dan kondisi ini diperparah jika udara yang telah mampu dihirup mengandung debu yang akan masuk ke dalam paru-paru Price, 1995 Adapun penelitian ini sejalan dengan penelitian Hisham et all 2010 yang dilakukan pada salah satu industri keramik di negara Mesir. Penelitian ini menggunkan desain studi kasus kontrol dengan 150 pekerja yang terpapar debu industri keramik sebagai kasus dan 80 laki-laki diluar pekerja industri yang tidak terpapar debu tersebut sebagai kontrol. Pada hasil penelitian tersebut didapatlah hasil bahwasannya terdapat perbedaan nilai KVP yang signifikan antara pekerja yang terpapar debu dari industri keramik dengan kontrolnya Hisham et all, 2010. Selanjutnya pada penelitian Neghab et all 2007 pada industri pengadaan bahan baku keramik di Iran juga terdapat perbedaan nilai KVP yang signifikan antara pekerja yang terpapar debu bahan baku keramik dengan pekerja yang tidak terpapar debu yang ditegakkan melalui interview dan pertanyaan terhadap keluhan gejala gangguan pernafasan. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai KVP yang signifikan antara pekerja yang terpapar debu dengan pekerja yang tidak terpapar debu bahan baku keramik dengan nilai koefisien regresi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai konsentrasi debu yang memapar pekerja maka nilai KVP akan pekerja akan semakin kecil Neghab et all, 2007. Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan membentuk fokus dan berkumpul di bagian awal saluran limfe paru. Debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap makrofag seperti silika bebas menyebabkan terjadinya autolisis. Makrofag yang lisis bersama silika bebas merangsang terbentuknya makrofag baru. Makrofag baru memfagositosis silika bebas tadi sehingga terjadi lagi autolisis, keadaan ini terjadi berulang-ulang Yunus, 1997 Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus menerus berperan penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan interstisial. Akibat fibrosis tersebut, alveoli paru menjadi kaku dan bila pengerasan alveoli telah mencapai 10 akan terjadi penurunan elastisitas paru yang menyebabkan KVP akan menurun dan dapat mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke dalam jaringan otak, jantung dan bagian-bagian tubuh lainnya _____, 1997. Penyakit paru yang dapat timbul karena debu pneumokoniosis selain tergantung pada sifat-sifat debu, juga tergantung pada jenis debu, lama paparan dan kepekaan individual. Menurut definisi dari International Labor Organization ILO pnemokoniosis adalah akumulasi debu dalam jaringan paru dan reaksi jaringan paru terhadap adanya akumulasi debu tersebut ILO,1971. Pneumokoniosis biasanya timbul setelah paparan bertahun-tahun. Apabila konsentrasi debu tinggi dapat terjadi penurunan kapasitas akut yang bermanifestasi setelah paparan 6 bulan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap nilai KVP pekerja menggunakan spirometri maka didapatlah rentang nilai KVP dari 65 hingga 108. Adapun nilai terendah ini masih masuk kedalam kategori restriksi dengan nilai KVP normal adalah ≥ 80 dan belum sampai obstruksi. Paru-paru yang bekerja tidak maksimal dalam mensuplai oksigen ke seluruh tubuh akan membuat semua proses metabolisme rusak. Salah satu cara efektif meningkatkan kapasitas paru-paru adalah dengan memainkan instrument seperti saksofon, terompe serta peluit. Praktek selama 10-15 menit sehari dapat melatih perkembangan elastisitas paru-paru dan kecepatan keluar masuknya udara dalam paru Harison, 1999. Selain itu juga, perlu disadari bahwasannya nilai KVP ini sangat bergantung pada beberapa faktor yang akan menjadi penyebab turun atau naiknya nilai kapasitas tersebut antara lain konsentrasi debu ditempat kerja, usia, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunaan masker saat bekerja pada area kerja yang berdebu Sirait, 2010.

6.3 Hubungan Konsentrasi Debu Total dengan KVP