Untuk kawasan Pejaten hingga Ragunan didominasi buah rambutan. Pepaya dan jambu menguasai Pasar Minggu. Sedangkan Jati Padang, menurut
Rokib, sangat kesohor dengan duren montong. Pohon-pohon duren di sana berukuran besar dengan diameter tiga lingkaran tangan orang dewasa.
Bila musim rambutan tiba dan Rokib main ke rumah saudaranya di Pejaten, sepanjang jalan dia melihat rambutan berbuah begitu lebat. Saking
banyaknya, tidak perlu memanjat untuk memetik. Apalagi saat itu, Pasar Minggu masih banyak
ditempati oleh orang Betawi. “Kadang tidak perlu izin untuk metik buah,” kata Rokib.
Rokib yang juga ketua Rukun Tetangga Pasar Minggu Lebak, RT 03 RW 08 Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, ini bercerita ayahnya
dulu pegawai di kantor Kecamatan Pasar Minggu. Ayahnhya pernah membawakan dia majalah resmi pemerintah DKI Jakarta yang memuat laporan
jumlah pohon dan buah di Jakarta. Dari bacaan itu dia baru mengetahui Pasar Minggu memiliki berbagai
jenis buah dengan jumlah puluhan ribu pohon. Rokib tidak ingat pasti berapa ribu jumlah pohon pepaya, nangka, duren, sawo, atau yang ada saat itu. Tapi dia
memastikan jumlah tiap satu jenis buah bisa mencapai empat puluh ribu pohon, bahkan bisa lebih.
Alhasil, Pasar Minggu kebanjiran pasokan saat musim buah. Biasanya buah-buah itu disalurkan lagi ke pasar-pasar lain di seantero Jakarta. Dia
memperkirakan jumlahnya bisa ribuan kilogram kalau melihat hampir semua jenis angkutan keluar masuk mengangkut buah. Mulai dari delman, truk, hingga kereta.
Pasar Minggu juga menyediakan kebutuhan masyarakat lainnya, seperti eperti bahan pokok, pakaian, hingga lauk pauk. Namun tetap saja Pasar Minggu
kala itu identik dengan pasar buah-buahan. Perlahan-lahan limpahan buah itu mulai menyusut. Apalagi sejak
pendatang dari luar mulai ramai datang ke Jakarta menjelang 1990-an. Lahan kebun digunakan warga untuk menanam buah mulai tergusur dijadikan
permukiman dan jalan raya. Kondisi Pasar Minggu berubah, statusnya sebagai sentra buah tidak lagi seperti dulu. Meski saat ini masih ada buah-buahan, namun
dipasok dari luar Jakarta.“Pasar Minggu dulu dikenal sebagai sentra buah kini hanya tinggal kata-
kata,” kata Rokib sambil mendendangkan lirik lagu, “Pepaya, mangga, pisang, jambu... Dibawa dari Pasar Minggu... Disana banyak penjualnya,
di kota banyak pembelinya. Hingga saat ini Pasar Minggu pun sudah menjadi Unit Pasar Besar dimana seluruh manajemennya dipegang oleh Perusahaan
Daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
4
4
Sumber berita online: www.merdeka.com
B. Profil Perusahaan Daerah Pasar Jaya
Unit Pasar Besar UPB Pasar Minggu berada di bawah naungan Perusahaan Daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang disebut dengan PD. Pasar
Jaya. Oleh karena itu, ada baiknya kita ketahui dahulu apa itu PD. Pasar Jaya.
1. Tentang PD. Pasar jaya
Pasar Jaya adalah Perusahaan Daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang melaksanakan pelayanan umum dalam bidang pengelolaan area
pasar, membina pedagang pasar, ikut membantu stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan jasa.
Pasar Jaya mengelola 153 pasar dengan omset bisnis yang diperdagangkan lebih dari 150 triliun rupiah per tahun dengan 105.223 tempat
usaha. Berdasarkan survey, pasar-pasar yang dikelola Pasar Jaya dikunjungi lebih dari 2 juta pengunjung setiap harinya, atau kurang lebih 20 dari
penduduk DKI Jakarta.
2. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan Daerah Pasar Jaya didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. lb.321566 pada tanggal
24 Desember 1966. Kemudian pengesahan oleh Menteri Dalam Negeri lewat Keputusan No. Ekbang 8813-305 tanggal 23 Desember 1967. Selanjutnya
untuk meningkatkan status dan kedudukan hukum serta penyesuaian dengan
perkembangan Ibukota Jakarta, maka Keputusan Gubernur tersebut ditingkatkan dengan Peraturan Daerah No. 7 Tahun 1982 tentang Perusahaan
Daerah Pasar Jaya Provinsi DKI Jakarta. Perda tersebut disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 511.231-181 tanggal 19 April 1983 dan
telah diumumkan dalam Lembaran Daerah DKI Jakarta No. 34 Tahun 1983 Seri D No. 33.
5
Dalam upaya peningkatan peranan Pasar Jaya sebagai perusahaan daerah yang lebih profesional serta mengantisipasi tuntutan perkembangan
bisnis perpasaran di DKI Jakarta yang makin kompetitif dan untuk meningkatkan fungsi dan peranannya maka Pasar Jaya, pada tanggal 30
Desember 1999, ditetapkan kembali dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 12 Tahun 1999 tentang Perusahaan Daerah Pasar Jaya Provinsi DKI Jakarta,
yang telah diumumkan dalam Lembaran Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 35 Tahun 1999.
Dengan bergulirnya waktu, pasar terus berkembang. Pada mulanya pasar merupakan tempat bertemunya pedagang dan pembeli dan terjadinya
transaksi langsung, seiring berjalannya waktu dan tuntutan konsumen pasar yang terus berubah maka pasar tidak hanya sekedar menjadi tempat
bertemunya pedagang dan konsumen. Pasar sudah merupakan entitas bisnis
5
Situs Resmi Perusahaan Daerah Pasar Jaya, www.pasarjaya.co.id, artikel diakses pada 26 Oktober 2015.
yang lengkap dan kompleks dimana kenyamanan dan kepuasan pelanggan consumer satisfaction yang menjadi tujuan utama.
Demikianlah sekilas tentang Perusahaan Daerah Pasar Jaya. Untuk lebih lengkapnya penulis melampirkan Fungsi PD Pasar Jaya, Profil
Perusahaan, Keorganisasian Pd. Pasar Jaya, Visi dan Misi PD. Pasar Jaya, Peraturan-Peraturan pada PD Pasar Jaya, Governance, Kegiatan PD Pasar Jaya,
dan Lokasi-Lokasi Pasar.
C. Profil Unit Pasar Besar Pasar Minggu
Berikut struktur pengurus yang mengurus Unit Pasar Besar Pasar Minggu yang sekaligus menjadi narasumber dalam proses observasi lapangan:
a Bapak Benyamin Manik, S.Sos selaku Ketua Unit Pasar Besar Pasar Minggu b Bapak Efendi selaku Bidang Administrasi Unit Pasar Besar Pasar Minggu
c Bapak Maskut selaku Koordinator Lapangan Unit Pasar Besar Pasar Minggu Selain itu terdapat 12 staf lain di dalam kantor Unit Pasar Besar Pasar
Minggu. Pada UPB Pasar Minggu terdapat 313 pedagang yang resmi terdaftar di UPB Pasar Minggu, lalu 1138 pedagang yang terdaftar namun belum resmi, dan
terdapat 1987 Pedagang Kaki Lima PKL. Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pada 313 pedagang yang resmi berdagang di UPB Pasar Minggu.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purpossive sampling. Sugiyono, menyatakan bahwa purpossive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono, pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.
6
Dalam hal ini, penentuan sampel didasarkan pada para pedagang yang sudah berdagang di Pasar Minggu selama lebih dari 25 tahun, masih sehat jiwa dan raga,
dan memiliki kios sendiri pada UPB Pasar Minggu. Alasan pengambilan sampel dengan kriteria tersebut didasarkan pada sudah seberapa jauh mereka menerima
manfaat atau kegiatan yang mengarah pada kegiatan Kewirausahaan Sosial. Dari kriteria tersebut dapat diambil sampel yang berjumlah 30 responden dari jumlah
pedagang pada UPB Pasar Minggu. Pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu sendiri terdapat beberapa kegiatan yang
berhubungan erat dengan kegiatan Kewirausahaan Sosial seperti: a. Kegiatan rutin santunan terhadap salah satu pedagang yang terkena musibah
b. Kegiatan kerja bakti yang dilakukan hamper sebulan sekali c. Perayaan Hari Besar Nasional, contohnya seperti tanggal 17 Agustus 2015
lalu. UPB Pasar Minggu menyelenggarakan beberapa lomba dan pesta rakyat dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan RI yang ke-70 tersebut.
7
6
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian Bandung: Alfabeta, 2007, h.119
7
Wawancara Pribadi dengan Bapak Maskut selaku Koordinator Lapangan Unit Pasar Besar Pasar Minggu pada 16 September 2015.