Jakarta. Ibu E mulai berjualan di SMPN 107 Jakarta mulai dari tahun 2002. Sedangkan kepala sekolah 107 Jakarta yang bernama ibu Ida merupakan kepala sekolah yang baru
menjabat pada tahun 2009.
5.3. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS siswa SMPN 107 Jakarta serta gambaran hal-
hal yang berkaitan dengan perilaku gizi seimbang siswa yang meliputi karakteristik dan pola makan keluarga siswa. Selain itu akan digambarkan pula hasil wawancara dengan
para informan pendukung, yaitu teman serta keluarga informan. Berikut ini adalah gambaran hasil penelitian di SMPN 107 Jakarta :
5.3.1 Informan Utama
5.3.1.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009 Tentang Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hal-hal apa saja yang diketahui oleh informan tentang gizi seimbang menurut 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang,
seberapa tahu informan tentang kecukupan gizi yang dibutuhkannya dalam sehari, manfaat serta akibat jika konsumsinya kurang ataupun berlebih, dan dari mana sumber
informasinya. Untuk variabel pengetahuan tentang gizi seimbang, peneliti menanyakannya pada 18 informan enam orang informan dalam FGD I, enam orang
informan dalam FGD II, dan enam orang dalam wawancara mendalam. Berikut adalah gambaran pengetahuan informan tentang gizi seimbang menurut 13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang :
A. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Pengetahuan mengenai penganekaragaman makanan meliputi pengetahuan tentang gizi seimbang, pedoman gizi seimbang, manfaat penganekaragaman makanan,
serta akibat dari makanan yang tidak beraneka ragam baik secara kuantitas maupun kualitasnya, dan juga pengetahuan tentang berapa berat badan yang ideal untuk remaja
seusia informan. Seluruh informan utama, baik yang diwawancara mendalam, FGD I maupun
FGD II, menyatakan bahwa yang disebut gizi seimbang adalah gizi yang lengkap dan terdiri dari makanan 4 Sehat 5 Sempurna. Makanan 4 Sehat 5 Sempurna mencakup
makanan pokok berupa nasi, sayuran, lauk pauk, buah dan susu dimana makanan tersebut mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan zat gizi lain
yang diperlukan tubuh. Berikut kutipannya : “ Ya 4 sehat 5 sempurna. Mencakup karbohidrat, lemak, vitamin, protein dan
mineral.” Informan HT
“Gizi seimbang adalah gizi yang dibutuhkan oleh manusia agar dapat hidup dan menjalani aktivitas dengan baik agak tidak mudah lelah. Klo manusia kurang
gizi ia akan cepat lelah karena kurang gizi dan tenaga. Terus ya gizinya yang lengkap sesuai kebutuhan 4 sehat 5 sempurna.” Informan FN
“ Gizi yang memenuhi standar kesehatan. Sesuai sama waktunya terus sesuai sama 4 sehat 5 sempurna.” Informan MR
Selain itu seluruh informan, baik informan wawancara mendalam, lima orang dari enam orang informan FGD I, serta lima orang dari enam orang informan FGD II
masih menganggap bahwa slogan “4 Sehat 5 Sempurna” merupakan pedoman gizi seimbang. padahal saat ini Departemen Kesehatan telah menetapkan PUGS Pedoman
Umum Gizi Seimbang sebagai pedoman gizi seimbang yang baru. Akan tetapi seluruh informan, baik informan wawancara mendalam, FGD I, maupun FGD II menyatakan
tidak pernah mendengar dan mengetahui tentang PUGS, bahkan kepanjangan dari singkatan PUGS itu pun mereka tidak tahu. Berikut kutipannya :
“ Slogan gizi seimbang 4 Sehat 5 Sempurna. PUGS gak tahu. Gak pernah denger.” Informan HT
“ Pedoman gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna bukan ? iya deh itu. PUGS gak tahu. Tahunya Cuma 4 sehat 5 sempurna aja.” Informan IT
” Pedoman gizi seimbang, gak tahu. PUGS gak tahu.” Informan HY Seluruh informan, baik informan wawancara mendalam, FGD I maupun FGD II
menyatakan bahwa manfaat menganekaragamkan makanan yang kita makan, supaya terdiri dari makanan pokok, sayur, lauk pauk serta mengganti menu setiap harinya
adalah untuk mencukupi gizinya sehari-hari agar lebih lengkap karena pada satu jenis makanan tidak mengandung zat gizi yang lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh kita serta
agar kita tidak cepat bosan dengan makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Berikut kutipannya :
“ Untuk melengkapi asupan gizi dalam tubuh, yak lo makan yang itu-itu aja gizinya gak lengkap.” Informan MT
“ Biar tidak bosan. Supaya kebutuhan gizi kita tidak hanya satu saja yang terpebuhi tapi semuanya. Jadi makanan yang kita konsumsi harus memiliki
kadar gizi yang berbeda-beda. Supaya gizinya lengkap.” Informan MR
“ Biar gizi yang kita dapat seimbang, soalnya kan setiap makanan gizinya beda- beda. Lagian biar gak bosen.” Informan K
Selain manfaat penganekaragaman makanan, peneliti juga menanyakan akibat yang dapat ditimbulkan dari konsumsi makanan yang tidak beranekaragam. Seluruh
informan wawancara mendalam serta informan FGD I dan FGD II menyatakan bahwa akibat mengkonsumsi makanan yang tidak beranekaragam dapat mengakibatkan malas
makan, zat gizi dalam tubuh tidak lengkap sehingga menyebabkan kurang gizi dan akan berpengaruh pada terganggunya aktivitasnya sehari-hari karena badan terasa lemas, tak
bertenaga dan nantinya dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu informan juga menyebutkan bahwa makanan yang tidak beraneka ragam juga dapat
menyebabkan kebosanan. Berikut kutipannya : “ Dampaknya mungkin kita akan cenderung malas makan, terus kebutuhan gizi
yang kita makan gak tercukupi terus daya tahan kita gak fit terus pertumbuhan kita akan terganggu karena kurang gizi.” Informan FN
“ Kurang gizi, soalnya klo kita makannya itu-itu aja, gizi yang didapat juga hanya itu aja, banyak gizi lain yang gak didapat maka kita bisa kurang gizi terus
badannya jadi kurus.” Informan FI
“ Bisa kurang gizi, lemas, aktivitasnya gak semangat.” Informan HY “ Bisa bosen, sama gizinya gak lengkap.” Informan RW
B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi sumber makanan apa saja yang dapat mencukupi kebutuhan gizi, berapa kebutuhan gizi dalam sehari, manfaat
memenuhi kebutuhan gizi, berapa BB dan TB yang ideal untuk remaja seusianya, serta kebiasaan informan untuk menimbang BB dan TB-nya.
Seluruh informan FGD I dan II, serta lima dari enam informan wawancara mendalam menyatakan bahwa makanan sumber karbohidrat dapat memenuhi kebutuhan
energi. Selain karbohidrat, empat dari enam informan wawancara mendalam, seorang dari informan FGD I, serta empat orang dari lima informan FGD II juga menyebutkan
bahwa protein juga dapat memenuhi kebutuhan energi. Sedangkan informan yang menyebutkan lemak sebagai sumber energi diantaranya dua orang dari enam informan
informan wawancara mendalam, sebagian informan FGD I, serta dua orang dari empat informan FGD II. Akan tetapi masih banyak informan yang mengira bahwa dalam
makanan sumber mineral dan vitamin memiliki kandungan energi yang tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh. Berikut kutipannya :
“ Karbohidrat, lemak, sama mineral.” Informan HT “ Karbohidrat, mineral sama protein.” Informan HY
” Karbohidrat seperti nasi, jagung, sagu, protein seperti daging, ikan, dan sedikit lemak.” Informan FI
“ Karbohidrat, protein, sama lemak.” Informan BM Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I dan FGD II tidak mengetahui
berapa kebutuhan energi mereka dalam satuan kkal kilo kalori, sehingga peneliti melakukan probing dengan menanyakan porsi ideal kebutuhan karbohidrat, protein dan
lemak yang sesuai untuk remaja seusia mereka. Porsi kebutuhan karbohidrat, protein, maupun lemak tidak peneliti tanyakan dalam satuan gram tetapi ditanyakan dalan ukuran
rumah tangga, seperti berapa piring nasi untuk karbohidrat, berapa potong lauk untuk protein, serta berapa sendok makan minyak untuk lemak. Akan tetapi khusus untuk porsi
lemak dengan probing dalam ukuran sdm minyak tersebut, hanya peneliti tanyakan pada
informan WM saja, karena peneliti terlupa untuk menanyakan pada informan FGD I dan II. Dari pertanyaan tersebut, tujuh belas dari delapan belas informan utama dapat
menjawab kebutuhan yang ideal dari karbohidrat dan protein. Dan seorang informan WM tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Akan tetapi sebaliknya, untuk
pertanyaan kebutuhan lemak, tujuh belas dari delapan belas informan utama tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Sedangkan seorang informan lainnya memberikan
jawaban yang kurang tepat. Berikut kutipannya : “ Sekali makan 1 piring, jadinya sehari 3 piring sedang Karbohudrat.”
Informan BM “1 potong sekali makan Protein.” Informan IT
“5 sendok makan Lemak.” Informan DIL Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I dan FGD II juga menyatakan
bahwa memenuhi kebutuhan gizi dalam sehari bermanfaat untuk menjaga kesehatan, agar tidak mudah sakit sehingga nantinya dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari
dengan lancar dan kondisi tubuh yang optimal. Berikut kutipannya : “ Supaya makanan kita terjaga, terus pertumbuhan kita tidak terhambat. Ya
supaya kita bisa sehat terus bisa menjalani aktivitas kita sehari-hari, biar fit.” Informan FN
“ Buat nambah gizi dalam tubuh dan agar tubuh tidak lemas.” Informan HY “ Biar aktivitasnya lebih semangat, biar sehat, gak gampang sakit.” Informan
FD
Lima orang dari enam informan wawancara mendalam serta seorang informan FGD I tidak mengetahui berapa BB dan TB yang ideal untuk remaja usia mereka.
Sedangkan seorang informan wawancara mendalam, lima orang informan FGD I, serta
seluruh informan FGD II menyebutkan BB dan TB yang bervariasi. Untuk wanita, ada informan yang menyebutkan BB yang idealnya sekitar 40-50 kg dan laki-laki sekitar 50
kg. Sedangkan TB yang ideal untuk wanita sekitar 140-150 cm dan laki-laki sekitar 150- 170 cm. Seluruh informan menyebutkan bahwa BB dan TB laki-laki lebih besar
daripada wanita. Sedangkan seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih pada FGD II menyebutkan bahwa BB dan TB yang ideal untuk seseorang dapat diketahui
dengan perhitungan BB saat ini dikurangi 100 kemudian hasilnya dibandingkan dengan BB-nya sekarang. Selain itu informan wanita dengan status gizi lebih pada FGD II
menyatakan bahwa perbedaan BB dan TB antara laki-laki dan wanita adalah 20 kg untuk BB dan 20 cm untuk TB. Berikut kutipannya:
“ Gak tahu.” Informan IS “ Klo laki-laki 50-60 BB, TBnya 160, klo wanita BBnya 40-50, TBnya 150.”
Informan RW “ TB dikurang 100 terus dibandingkan dengan BB-nya sekarang. Klo kelebihan
atau kurang artinya gak ideal.” Informan FI “ Klo wanita BB nya 40 lakinya 60 jadi beda 2 yang puluhannya, jadi klo
tingginya wanita 140 laki-laki 160.” Informan K Seorang informan wawancara mendalam dan dua orang informan FGD I
menyatakan bahwa ia biasa menimbang BB setiap satu bulan sekali. Empat orang informan wawancara mendalam, empat informan FGD I dan seluruh informan FGD II
menyatakan bahwa mereka tidak rutin setiap bulan melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Ada informan yang melakukan penimbangan dua bulan sekali, 3 bulan
sekali, bahkan ada informan yang dalam satu tahun hanya sekali menimbang BB. Sedangkan seorang informan wawancara mendalam menyatakan ia tidak pernah
melakukan penimbangan BB dan TB dalam satu tahun terakhir. Akan tetapi, peneliti terlupa untuk menegaskan berapa kali mereka mengukur TB-nya, karena dikhawatirkan
jawaban informan merupakan kebiasaan informan untuk melakukan penimbangan BB saja. Akan tetapi, sayangnya peneliti tidak menanyakan berapa kali idealnya seseorang
melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Berikut kutipannya: “ Gak rutin, 1 bulan sekali.” Informan DP
“ Gak rutin. Setahun bisa 10 kali.” Informan BW “ Gak pernah.” Informan IS
“ Sebulan sekali, rutin kan dirumah ada timbangan.” Informan RW
C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi sumber makanan karbohidrat, jenis karbohidrat, jumlah kebutuhan karbohidrat berdasarkan URT; manfaat karbohidrat,
akibat jika konsumsi karbohidrat yang berlebih ataupun kurang. Seluruh informan wawancara mendalam, lima orang dari enam informan pada
FGD I dan seluruh informan pada FGD II telah mengetahui sumber makanan karbohidrat terdiri dari nasi, gandum, jagung, mie, singkong, ubi, sagu, dll. Akan tetapi
seorang informan pada FGD I, informan laki-laki dengan status gizi kurang menyebutkan bahwa daging merupakan makanan sumber karbohidrat. Berikut
kutipannya : “ Nasi, jagung, gandum, kentang, roti.” Informan FN
“ Karbohidrat dari kentang, nasi, mie, pokoknya makanan-makanan pokok.” Informan MT
“ Kayak daging gitu.” Informan HT Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II tidak mengetahui
jenis karbohidrat, dimana karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Berikut kutipannya :
“ Gak tahu.” Informan IT “ Gak tahu.” Informan DIL
“ Gak tahu kak.” Informan FD Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan lima orang informan FGD
II dapat menyebutkan jumlah kebutuhan karbohidrat dalam sehari sebanyak tiga piring nasi. Sedangkan seorang informan FGD II, laki-laki dengan status gizi lebih tidak dapat
menjawab pertanyaan tersebut. Peneliti menanyakan jumlah kebutuhan KH dengan menggunakan ukuran rumah tangga seperti berapa piring nasi untuk memudahkan
informan dalam menjawab dan memahami pertanyaan. Berikut kutipannya : “ Tiga piring nasi, makan pagi, makan siang sama malam.” Informan DP
“ Ya nasinya tiga piring sedang.” Informan NA “ Tiga piring sedang, jangan banyak-banyak.” Informan FD
Seluruh informan wawancara mendalam, empat informan FGD I, serta empat informan FGD II telah mengetahui manfaat karbohidrat yaitu sebagai sumber energi dan
pembangkit tenaga. Sedangkan dua informan FGD I dan dua informan FGD II tidak mengetahuinya. Berikut kutipannya :
“ Sebagai pembangkit energi. Ya bisa membuat tenaga di tubuh dari makanan itu.” Informan HT
“ Karbohidrat buat pembangkit tenaga biar gak lemes.” Informan MA “ Untuk daya tahan tubuh supaya tetap fit.” Informan FN
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta sebagian informan FGD II telah mengetahui akibat dari konsumsi karbohidrat yang berlebih yaitu dapat
mengakibatkan kekenyangan, sakit perut, kegemukan dan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit jantung. Sedangkan tiga informan FGD II tidak mengetahui
akibat dari konsumsi karbohidrat yang berlebih. Berikut kutipannya : “ Kekenyangan. Ya bisa kegemukan.” Informan BW
“ Gemuk, ntar bisa kena penyakit jantung.” Informan NA “ Kegemukan.” Informan FI
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta lima orang informan FGD
II dapat menyebutkan akibat dari konsumsi karbohidrat yang kurang, seperti lemas, cepat capek, kurus, kurang tenaga, kurang gizi, bahkan ada informan yang menyebutkan
busung lapar. Sedangkan seorang informan FGD II, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang tidak mengetahui akibat dari konsumsi karbohidrat yang kurang.
Berikut kutipannya : “Ya bisa bikin badan lemas, kurang tenaga, cepat capek.” Informan HT
“ Busung lapar.” Informan FI “Klo kurang bisa lemas atau pingsan.” Informan HY
D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan
Energi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi sumber makanan protein dan lemak, jenis protein dan lemak, jumlah kebutuhan protein dan lemak berdasarkan URT;
manfaat protein dan lemak, akibat jika konsumsi protein dan lemak yang berlebih ataupun kurang.
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta FGD II telah mengetahui makanan sumber protein dan lemak. Mereka menyatakan bahwa makanan sumber
protein terdiri dari : daging, ayam, telur, tahu, tempe, dll. Sedangkan makanan sumber lemak terdiri dari minyak, margarin, keju, susu, daging, dll. Berikut kutipannya :
“ Tahu, tempe, daging, kacang kedelai protein.” Informan BW “ Telur, daging, tempe, tahu.” Informan MT
“ Minyak, margarin, sama daging lemak.” Informan BM
“ Sumber lemak itu seperti buah alpukat, daging, minyak.” Informan FI
Tiga informan wawancara mendalam, empat informan FGD I, serta dua informan FGD II telah mengetahui bahwa protein terdiri dari dua jenis, yaitu protein hewani
seperti ayam, daging, ikan dan protein nabati seperti tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Sedangkan informan sisanya tidak mengetahui jenis protein. Untuk lemak, dua orang
informan wawancara mendalam, tiga orang informan FGD I, serta tiga orang informan FGD II telah mengetahui bahwa jenis lemak menurut sumbernya ada dua yaitu lemak
hewani dan nabati. Dan hanya seorang informan FGD II, laki-laki dengan status gizi normal yang menyebutkan lemak jenuh, akan tetapi ia tidak mengetahui tentang lemak
tak jenuh dan lemak trans. Sedangkan informan sisanya tidak mengetahui jenis lemak. Berikut kutipannya :
“ Gak tahu protein.” Informan IT “ Hewani sama nabati protein.” Informan DIL
“ Dua, lemak nabati sama lemak hewani.” Informan BW “ Tahunya cuma 1, lemak jenuh.” Informan MR
Seluruh informan wawancara mendalam, lima informan FGD I, serta seluruh informan FGD II menyebutkan kebutuhan protein sebanyak satu potong setiap satu kali
makan, dan tiga hingga empat potong lauk untuk satu hari atau untuk tiga kali makan. Sedangkan seorang informan FGD I, laki-laki dengan status gizi normal tidak
mengetahui berapa kebutuhan protein dalam satu hari. Peneliti menanyakan jumlah kebutuhan protein dengan menggunakan ukuran rumah tangga yaitu berapa potong lauk.
Akan tetapi untuk pertanyaan ini, peneliti hanya menanyakan kebutuhan protein hewani, sedangkan untuk kebutuhan protein nabati peneliti terlupa untuk menanyakannya. Selain
kebutuhan protein, peneliti juga menanyakan kebutuhan lemak yang ideal dalam satu hari. Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I dan FGD II tidak
mengetahui jumlah kebutuhan lemak mereka dalam satu hari. Akan tetapi ada seorang informan wawancara mendalam, wanita dengan status gizi lebih yang menyebutkan
kebutuhan lemak dalam sehari sebanyak lima sendok makan. Peneliti menanyakan jumlah kebutuhan lemak dengan menggunakan ukuran rumah tangga yaitu ukuran
sendok makan. Berikut kutipannya : “ Sehari 3 potong protein.” Informan FN
“ Lima sendok makan lemak.” Informan DIL Empat informan wawancara mendalam, enam informan FGD I dan lima
informan FGD II menyatakan bahwa manfaat protein adalah sebagai zat pembangun yang membantu pertumbuhan, mengganti sel-sel tubuh yang rusak, serta sebagai sumber
tenagaenergi. Sedangkan untuk manfaat lemak, seluruh informan FGD I, dan dua orang
informan FGD II mengetahui bahwa lemak berguna sebagai cadangan energi. Selain itu ada seorang informan FGD II, yaitu informan wanita dengan status gizi normal
mengatakan bahwa lemak dapat memberikan panas tubuh sehingga tidak mudah kedinginan saat musim dingin. Sedangkan seluruh informan wawancara mendalam serta
empat orang informan FGD II tidak mengetahui manfaat lemak. Bahkan ada seorang informan wawancara mendalam, yaitu informan wabita dengan status gizi lebih
menyatakan bahwa lemak tidak memiliki manfaat apa-apa. Berikut kutipannya : “Untuk memperbaiki sel-sel yang rusak Protein.” Informan FI
“ Kayaknya gak ada Lemak.” Informan DIL “ Klo kegunaan lemak mungkin misalnya orang yang berlemak panas tubuhnya
lebih tinggi. Karena orang yang berlemak memiliki panas tubuh yang lebih tinggi dari pada orang yang kurang lemak jadi gak gampang kedinginan.”
Informan FN
Hanya sebagian kecil dari informan, yaitu seorang informan wawancara mendalam, dua informan FGD I, serta seorang informan FGD II yang memberikan
jawaban dari akibat mengkonsumsi protein yang berlebih, yaitu dapat menyebabkan lemas, pertumbuhan optimal, atau sebaliknya menyebabkan pertumbuhan kurang bagus,
serta dapat menyebabkan penyakit jantung. Sedangkan sebagian besar informan lainnya tidak mengetahui akibat dari konsumsi protein yang berlebih. Untuk pengetahuan
tentang akibat dari konsumsi lemak yang berlebih, seluruh informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, dan lima orang informan FGD II menyebutkan
bahwa kelebihan konsumsi lemak dapat mengakibatkan kegemukan dan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit jantung. Sedangkan seorang informan FGD II,
laki-laki dengan status gizi kurang tidak mengetahui apa akibat yang dapat ditimbulkan dari konsumsi lemak yang berlebihan. Berikut kutipannya :
“ Kekenyangan. Ya bisa kegemukan Lemak.” Informan BW “ Gemuk, ntar bisa kena penyakit jantung Lemak.” Informan NA
“ Pertumbuhannya kurang bagus Protein.” Informan HT “ Pertumbuhannya bisa normal Protein.” Informan DP
Lima informan FGD I, serta dua informan FGD II dapat menyebutkan akibat dari
kurangnya asupankonsumsi protein, yaitu dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat serta menjadi kurang gizi kurus. Sedangkan informan lainnya tidak dapat
menjawab pertanyaan tersebut. Untuk akibat kurang konsumsi lemak, tiga informan wawancara mendalam, empat informan FGD I, dan dua informan FGD II menyatakan
bahwa kurangnya konsumsi lemak bisa menyebabkan seseorang lemas, tak bertenaga daya tahan tubuhnya kurang , kurus, serta dapat terjadi malnutrisikurang gizi. Berikut
kutipannya : “ Sel-sel yang tadinya rusak yang harusnya bisa diganti jadi gak bisa diganti
karena kekurangan protein.” Informan FN “Klo kurang pertumbuhan terhambat protein.” Informan MT
“Bisa kurus. Malnutrisi ya kak disebutnya lemak.” Informan DIL “ Kurus Lemak.” Informan RW
E. Gunakan Garam Beryodium
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi manfaat garam beryodium, akibat dari konsumsi garam yang berlebih, serta batas takaran dari konsumsi garam
untuk seseorang dalam sehari. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mengetahui
manfaat konsumsi garam yang mengandung yodium adalah untuk mencegah penyakit gondok. Bahkan ada seorang informan laki-laki dengan status gizi normal pada FGD I
yang menyebutkan bahwa manfaat lain dari garam beryodium adalah untuk pertumbuhan. Berikut kutipannya :
“ Untuk pertumbuhan, untuk mencegah penyakit gondok.” Informan MA “ Mencegah penyakit gondok, itu yang lehernya ada jendolannya, membesar.”
Informan BW “ Garam yang bisa mencegah gondok.“ Informan IT
“ Mencegah gondok.” Informan DA
Empat informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta lima orang informan FGD II tidak mengetahui akibat dari mengkonsumsi garam yang
berlebih. Akan tetapi dua orang informan wawancara mendalam informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih dan seorang informan FGD II informan wanita
dengan status gizi kurang mengetahui bahwa konsumsi garam berlebih dapat menimbulkan penyakit tekanan darah tinggi. Berikut kutipannya :
“ Bisa kena darah tinggi.” Informan NA “ Darah tinggi.” Informan DIL
“ Gak tahu.” Informan DA
“ Enggak tahu.” Informan HY Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II tidak mengetahui
berapa batas takaran konsumsi garam untuk setiap orang dalam satu harinya, dimana seharusnya batas konsumsi garam adalah sebanyak satu sendok teh akan tetapi rata-rata
dari mereka menjawab sekitar 1 ½ - 4 sendok makan. Berikut kutipannya : “ Dua sampai empat sendok makan sehari. Ya buat seorang.” Informan FI
“ Gak tahu.” Informan DP “ Dua sendok makan.” Informan FD
F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi kegunaan zat besi, akibat kekurangan zat besi, sumber makanan yang mengandung banyak zat besi, apa yang
dimaksud penyakit anemia, serta kadar Hb Haemoglobin dalam darah yang normal untuk remaja seusia informan.
Seorang informan wawancara mendalam Informan wanita dengan status gizi kurang, dua informan FGD I Informan laki-laki dengan status gizi normanl dan lebih,
serta tiga informan FGD II Informan wanita dengan status gizi kurang dan normal, serta informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa zat besi berguna untuk
pembentukan sel darah merah. Akan tetapi masih ada seorang informan FGD II Informan wanita dengan status gizi kurang yang mengatakan bahwa zat besi juga
berguna untuk pembentukan sel darah putih. Sedangkan informan lainnya tidak mengetahui manfaat zat besi, dan banyak dari mereka yang menyatakan bahwa zat besi
berguna untuk pembentukan tulang dan gigi serta untuk mencegah osteoporosis. Berikut kutipannya :
“ Zat besi untuk tulang. Untuk biar tambah tinggi.” Informan FD “ Zat yang berpengaruh untuk sel darah merah.” Informan MA
“ Zat yang berguna untuk menambah sel darah merah dan sel darah putih.” Informan DA
“ Buat mencegah osteoporosis.” Informan MR Seorang informan wawancara mendalam Informan wanita dengan status gizi
kurang, seorang informan FGD I Informan laki-laki dengan status gizi lebih, serta dua informan FGD II Informan wanita dengan status gizi kurang, serta informan laki-laki
dengan status gizi lebih mengetahui bahwa kurangnya zat besi dalam konsumsi makanan sehari-hari dapat menyebabkan penyakit anemia. Akan tetapi informan yang
lainnya menyatakan bahwa kurangnya asupan zat besi dapat mengakibatkan penyakit leukemia, osteoporosis, serta menyebabkan pertumbuhan tulangnya terhambat. Berikut
kutipannya : “Penyakit kayak anemia, yang kayak kekurangan sel darah merah sama sel
darah putih.” Informan FN “Anemia.” Informan BW
“Akan menyebabkan osteoporosis.” Informan FI “Pertumbuhannya akan berlangsung lambat.” Informan HT
Seorang informan wawancara mendalam informan wanita dengan status gizi kurang, seorang informan FGD I informan laki-laki dengan status gizi lebih, serta
empat informan FGD II Informan wanita dengan status gizi kurang, normal, dan lebih, serta informan laki-laki dengan status gizi lebih mengetahui bahwa zat besi banyak
terkandung dalam sayuran khususnya di bayam. Tidak ada satupun dari mereka yang menyebutkan bahwa zat besi juga terdapat didalam bahan pangan hewani dan kacang-
kacangan. Akan tetapi banyak juga dari mereka yang menyebutkan bahwa zat besi banyak terkandung didalam susu. Berikut kutipannya :
“ Kayak bayam terus sayur-sayuran.” Informan FN “ Susu.” Informan MR
“ Gak tahu.” Informan HT Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta empat
informan wawancara mendalam telah mengetahui bahwa anemia adalah penyakit karena kekurangan sel darah merah. Walaupun demikian ada seorang informan FGD II
Informan wanita dengan status gizi normal yang juga menyebutkan bahwa anemia juga disebabkan karena kekurangan sel darah putih. Sedangkan informan lainnya tidak
mengetahui bahkan lupa apa itu penyakit anemia. Berikut kutipannya : “ Kekurangan sel darah merah.” Informan HT
“ Kekurangan sel darah merah sama sel darah putih.” Informan FN “ Penyakit yang kurang sel darah merah.” Informan DA
“ Pernah dengar tapi lupa.” Informan IT Lima informan wawancara mendalam, lima informan FGD I, serta empat
informan FGD II mengetahui gejala anemia, diantaranya pusing, mudah lelah, mual, muntah, tak bersemangat, dsb. Bahkan ada informan yang mengatakan bahwa anemia
dapat menyebabkan seseorang pingsan dan mudah marah. Berikut kutipannya : “ Lemah, letih, lesu, ada yang sampai pingsan.” Informan BM
“ Gak tahu.” Informan RW
“ Mukanya pucat, lemas, gampang marah.” Informan MA “ Agak pucat mukanya sama lemas.” Informan IT
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, serta FGD II tidak mengetahui berapa kadar Hb Haemoglobin yang normal untuk remaja seusia informan yang
berkisar 12,0-15,5 gdl untuk wanita dan 13,0-17,0 gdl untuk laki-laki. Berikut kutipannya :
“ Gak tahu.” Informan IS “ Gak tahu.” Informan HY
“ Enggak tahu.” Informan FD
G. Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai 6 Bulan Dan Tambahkan MP-ASI
Sesudahnya
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini adalah manfaat apa saja dari ASI yang diketahui oleh informan. Seluruh informan wawancara mendalam, seluruh informan
FGD I, serta empat informan FGD II mengetahui manfaat ASI bagi bayi, diantaranya berguna untuk makanan bayi asupan gizi bayi, untuk memberikan daya tahan atau
kekebalan pada bayi, untuk perkembangan tubuh bayi, serta untuk perkembangan otak bayi. Berikut kutipannya :
“ Untuk memberi makan bayi dan daya tahan bayi.” Informan FI “ Untuk perkembangan bayi, untuk pertumbuhan.” Informan MT
“ Manfaatnya untuk makanan bayi. Bagus buat kekebalan tubuhnya.” Informan BM
“ Untuk makanan bayi. Untuk kecerdasan otak.” Informan DIL
H. Biasakan Makan Pagi
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini tentang manfaat makan pagi dan akibat jika seseorang tidak makan pagi. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan
FGD II mengetahui bahwa makan pagi atau makan pagi bermanfaat untuk memberikan energi dan tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu beberapa informan
juga menyebutkan bahwa makan pagi dapat membuat belajar menjadi lebih berkonsentrasi serta aktivitas akan berjalan lebih optimal dan tubuh juga terasa lebih fit
bertenaga. Berikut kutipannya : “ Supaya klo misalnya pagi kan kita dah makan, ntar pas belajar sekolah gak
akan terganggu. Lebih konsen.” Informan K
“ Buat nambah tenaga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.” Informan FN “ Biar ada energinya biar gak lemes, ntar gak bisa mikir lagi.” Informan FD
“ Supaya tenaga yang kemarin terkurang, jadinya kita bisa chaw lagi.” Informan BM
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II menyatakan bahwa
akibat jika seseorang tidak makan makan pagi pagi, maka akan menyebabkan lemas, lapar, tak bertenaga, tidak konsentrasi, bahkan pingsan. Berikut kutipannya :
“ Bisa lemas, pingsan, udah.” Informan IT
“ Lemas, lesu,belajarnya jadi gak konsentrasi.” Informan DA “ Klo mau belajar atau beraktivitas jadi lemas.” Informan DP
“ Badan terasa kurang fit, lemas, pusing, mungkin badan juga akan terganggu klo lagi kurang fit.” Informan FN
I. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi kegunaan air dalam tubuh, berapa banyak konsumsi air minum yang ideal dalam hari, dan akibat jika seseorang
kurang mengkonsumsi air. Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, dan FGD II menyatakan bahwa air berguna bagi tubuh untuk menghilangkan
rasa haus, agar tidak dehidrasi, membantu mencerna makanan, untuk memperlancar peredaran darah, serta ada seorang informan yang menyatakan bahwa air dapat
mengeluarkan toksik-toksik dalam tubuh. Sedangkan seorang informan wanita dengan status gizi normal pada wawancara mendalam tidak mengetahui kegunaan air bagi
tubuh. Berikut kutipannya : “ Untuk memperlancar darah dan mengeluarkan toksik-toksik dalam tubuh,
untuk memperlancar peredaran darah ke otak.” Informan MR “ Untuk memperlancat peredaran darah, dan supaya gak kena penyakit ginjal.”
Informan K “ Untuk melancarkan peredaran darah.” Informan IT
“ Supaya tidak dehidrasi.” Informan IS Seluruh informan wawancara mendalam, seluruh informan pada FGD I ,serta
lima informan FGD II menyatakan bahwa batas minimal konsumsi air minum dalam sehari adalah sebanyak delapan gelas sehari atau setara dengan dua liter air. Akan tetapi
seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih pada FGD II mengatakan bahwa batas minimal konsumsi air adalah satu setengah liter. Berikut kutipannya :
“ 8 gelas atau 2 liter air minum.” Informan RW “ 1 ½ liter.” Informan BW
“ 8 gelas.” Informan IS “ 2 liter.” informan FD
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mengetahui bahwa jika seseorang kurang mengkonsumsi air minum dapat mengakibatkan dehidrasi, rasa
haus, kurang tenaga, menghambat peredaran darah, serta menghambat pengeluaran toksik dalam tubuh. Berikut kutipannya :
“ Menghambat pengeluaran toksik-toksik dalam tubuh sehingga menghambat peredaran darah.” Informan MR
“ Memperlambat peredaran darah dan bisa kena penyakit ginjal.” Informan K “ Kena penyakit, dehidrasi.” Informan DA
“ Peredaran darah akan terganggu, selain itu kita bisa dehidrasi.” Informan FN
J. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi manfaat olah raga, frekuensi olah raga dalam satu minggu, serta durasi dalam setiap melakukan olah raga. Seluruh
informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II menyatakan bahwa olah raga bermanfaat untuk kesehatan, tubuh terasa lebih segar, fit, tidak mudah sakit, serta dapat
menurunkan berat badan. Berikut kutipannya : “ Supaya sehat, dan gemuknya bisa terus turun..” Informan DIL
“ Supaya tubuhnya sehat dan tidak mudah sakit.” Informan RW “ Untuk kesehatan tubuh, sekalian buat refreshing. Ya kan seminggu kita dah
capek beraktivitas.” Informan MA Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II, menyatakan bahwa
olah raga harus rutin dilaksanakan. Untuk frekuensi dan durasi olah raga, mereka menjawabnya dengan bervariasi. Ada informan yang mengatakan minimal seminggu
sekali, seminggu dua kali, bahkan ada yang menyebutkan olah raga sebaiknya seminggu
empat kali dengan durasi lama waktu berolah raga yang beragam, ada informan yang mengatakan olah raga sebaiknya selama 15 menit ada juga yang mengatakan selama 3
jam. Berikut kutipannya : “ 3 kali 1 jam.“ Informan NA
“ Yang idealnya setiap hari, tapi minimal 2 kalilah. 15 menit dah cukup.” Informan HT
“ Setiap hari tapi minimal 1-2 kali. 30 – 1 jam.” Informan BW
K. Hindari Minum-Minuman Beralkohol
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini tentang akibat yang ditimbulkan dari kebiasaan suka mengkonsumsi minuman beralkohol. Dua informan wawancara
mendalam, seluruh informan FGD I, serta seluruh informan FGD II menyatakan bahwa konsumsi alkohol dapat membuat kecanduan serta berakibat buruk untuk kesehatan fisik
dan mental seseorang. Menurut informan, akibat yang dapat ditimbulkan diantaranya dapat merusak organ jantung, hati, ginjal, otak, paru-paru, menyebabkan penyakit
kanker, menghambat peredaran darah, serta menyebabkan seseorang kehilangan akalnya. Berikut kutipannya :
“ Bisa terkena penyakit jantung, paru-paru, ginjal, juga bisa merusak otak dan hilang akal.” Informan DA
“ Merusak jantung, hati, paru-paru, ginjal, juga menyebabkan penyakit kanker.” Informan FN
“ Merusak otak, jantung, paru-paru, membuat kerusakan ginjal, dan membuat toksik-toksik dalam darah makin keruh.” Informan MR
L. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini tentang bagaimana kriteria makanan yang aman. Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II, menyatakan
hal yang beragam tentang kriteria makanan yang aman, diantaranya makanan tersebut harus bergizi, halal, steril, bersih dari debu, kotoran, tidak dihinggapi lalat, bebas dari
bakteri, bebas dari zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan, seperti pengawet buatan, pewarna buatan, pemanis buatan, dll. Berikut kutipannya :
“ Makanan yang mengandung gizi seperti karbohidrat, vitamin,dll. Terus sama bebas dari bahan kimia gitu, kayak formalin, boraks, sama pewarna makanan.”
Informan DA
“ Makanan yang sehat,baik. Dari zat-zat berbahaya. Pewarna, pengawet, dan rasanya juga mesti pake bahan yang benar.” Informan K
“ Ya makanan yang jelas ada labelnya, komposisi, kandungan gizi dan ada kode ekspairednya. Terus bebas dari bahan racun, boraks, formalin, dan bahan-
bahan yang gak layak dimakan.” Informan MA
M. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas
Pengetahuan yang digali dalam pesan ini meliputi apa saja manfaat membaca label kemasan, serta label kemasan apa saja yang informan ketahui. Selain itu peneliti
juga menggali darimana saja sumber informasi kesehatan yang telah didapat oleh informan, seberapa bermanfaat informasi tersebut, serta informasi apa saja yang saat ini
diperlukan oleh informan. Lima informan wawancara mendalam, seluruh informan FGD I, serta seluruh
informan FGD II, menyatakan bahwa membaca label kemasan sebelum membeli
makanan sangat penting, karena dengan membaca label kemasan tersebut informan dapat mengetahui kapan tanggal kadaluwarsanya, komposisibahan pembuatan makanan,
kandungan gizi dari makanan serta kehalalan makanan sehingga konsumen dapat mengetahui keamanan dari makanan yang dibelinya. Akan tetapi masih ada seorang
informan wanita dengan status gizi kurang pada wawancara mendalam yang tidak mengetahui manfaat dari membaca label kemasan makanan sebelum membeli makanan.
Berikut kutipannya : “ Supaya kita tahu isi makanan itu dari bahan apa aja, terus sama masa
berlakunya makanan tanggal ekpaired.” Informan BM “ Supaya kita tahu kapan batas kadaluwarsanya, dan tahu mengandung
pengawet atau tidak .” Informan RW “ Biar supaya kita tahu bahan makanan yang kita makan apa aja, bagaimana
gizinya, terus kapan batas kadaluwarsanya.” Informan MA Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II telah mengetahui
label-label apa saja yang biasanya ada dikemasan makanan, diantaranya tanggal kadaluwarsa expaired, komposisi makanan, kandungan gizi makanan, kode halal, berat
bersih dan berat kotor makanan, no registrasi dari BPOM, serta cara pembuatan makanan. Berikut kutipannya :
“ Komposisi, kandungan gizi, kode ekspairednya, terus yang pasti ada kode halalnya.” Informan MA
“ Tanggal kadaluwarsa, informasi gizi, komposisi makanan, terus berat bersihnya isi sama berat kotor makanan.” Informan FN
“ Bahan-bahan, tanda halal, sama tanggal kadaluwarsa.” Informan DIL “ Ekspairednya, bahan makanan, MSGnya.” Informan FD
Seluruh informan wawancara mendalam, FGD I, dan FGD II mendapatkan informasi kesehatan dari sumber yang beragam, diantaranya : TV , majalah, koran, buku,
internet, orang tua, teman, guru, petugas kesehatan, dsb. Berikut kutipannya : “ Dari orang lain. Dari divisi latih bola, pelatih gunung, sama dari dokter
medical check up sama dari buku.” Informan MR
“ Ada yang nyari sendiri, ada yang dari orang lain dari guru, tv, radio sama internet.” Informan FI
“ Dari teman, internet, orang tua, guru, TV.” Informan BW
5.3.1.2 Gambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
Pola makan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana pola makan sehari-hari dari keluarga informan kebiasaan makan di rumah maupun kebiasaan
makan di luar, apakah dalam pola makan keluarga tersebut memiliki pantanganlarangan tertentu yang berhubungan dengan budaya ataupun agama yang
dianut. Untuk variabel pola makan keluarga, peneliti menanyakannya pada enam orang informan utama yang dilakukan dengan wawancara mendalam serta kepada dan enam
orang keluarga informan utama. Akan tetapi dalam pelaksanaan penelitian, satu orang keluarga dari informan laki-laki dengan status gizi kurang tidak bersedia untuk
diwawancarai. Oleh karena informan pendukung, yaitu keluarga informan utama yang berhasil diwawancarai berjumlah lima orang.
Seluruh informan utama, menyatakan bahwa setiap harinya dikeluarga mereka selalu dibiasakan untuk makan pagi sebelum berangkat sekolah. Hal ini mereka lakukan
sejak mereka kecil, khususnya saat mereka mulai sekolah, baik itu sekolah TK Taman Kanak-Kanak maupun SD Sekolah Dasar. Mereka terbiasa makan pagi bersama
keluarga, baik ayah, ibu, kakak atau adiknya. Makanan yang mereka makan saat makan pagi beragam, ada yang makan nasi, mie, roti, dan lain sebagainya. Seluruh informan
lebih sering mengkonsumsi nasi daripada mie dan roti. Menurut informan pendukung dari informan utama wanita dengan status gizi normal, makan pagi nasi dapat membuat
putrinya lebih kenyang, sehingga diharapkan proses belajar anaknya disekolah lebih optimal karena anaknya dapat lebih berkonsentrasi belajar. Selain nasi, menurut seluruh
informan utama serta seluruh informan pendukung, makanan yang biasa dimakan saat makan pagi adalah mie dan roti. Hal ini dilakukan agar informan dan keluarga tidak
bosan. Selain itu seluruh informan pendukung juga menyatakan bahwa makan pagi dengan mie ataupun roti lebih praktis dan menghemat waktu. Hal ini dikarenakan jam
masuk sekolah informan utama yang dahulu dimulai pukul 07.00 WIB saat ini dipercepat setengah jam menjadi pukul 06.30 WIB, oleh karena itu seluruh informan
harus berangkat lebih pagi lagi. Akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi kurang sering malas untuk makan pagi. Hal ini disampaikan oleh informan pendukung,
yaitu ibunya. Sehingga setiap harinya sang ibu harus terus mengingatkan dan membujuk putrinya untuk makan pagi sebelum berangkat sekolah. Hal ini berbeda dengan kelima
informan lainnya yang telah memiliki kesadaran untuk selalu makan pagi setiap hari walaupun itu hari libur sekolah. Seorang informan wanita dengan status gizi normal,
mengaku pada saat libur sering makan pagi bubur ayam yang dibeli di dekat rumahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan pendukungnya bahwa pada hari libur, anak
dan suaminya sering meminta makanan yang agak beda dari hari biasa, sehingga sang
ibu membelikan makan pagi keluarganya bubur ayam, Sedangkan kelima informan lainnya, menyatakan menu makan pagi mereka sama dengan hari-hari ketika masuk
sekolah, yaitu nasi, mie, ataupun roti. Selain itu menurut dua orang informan utama wanita dengan status gizi kurang dan normal, setiap harinya telah dibiasakan oleh ibunya
untuk minum segelas susu pada saat makan pagi. Untuk informan laki-laki dengan status gizi kurang dan normal mengatakan bahwa sejak kecil mereka tidak terbiasa
mengkonsumsi susu. Bahkan informan laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan bahwa ia sejak kecil tidak menyukai susu, karena rasanya yang agak amis sehingga
setiap dipaksa untuk minum susu oleh orang tuanya ia menjadi mual dan muntah. Sedangkan dua orang informan dengan status gizi lebih menyatakan bahwa mereka telah
menghentikan minum susu sejak masuk SMP dengan alasan ingin menurunkan berat badannya. Berikut kutipannya :
” Biasa makan pagi nasi atau roti. Sama klo pagi dibuatin susu juga. Klo makan pagi biasanya kita makannya bareng-bareng. Disini setiap hari harus makan
pagi apalagi buat anak-anak, biar belajarnya disekolah lebih konsentrasi. Tapi ya itu, saya punya kendala” Informan NY
“ Klo dirumah ya makannya biasa. Makan pagi klo pagi bareng-bareng, saya nemenin dia sama suami saya makan.pagi, biasa makan pagi roti klo gak mie.
Paling sering roti, soalnya praktis, kan gak perlu masak.” Informan S
“ Untuk makan pagi saya biasa sediain nasi,soalnya kan lebih kenyang. Terus lauknya kan ada yang semalam bisa dihangatkan lagi. Tapi klo misalnya gak
keburu nyiapinnya, paling saya beli roti aja buat makan pagi.” Informan A
Seluruh informan menyatakan dikeluarga mereka pada saat makan siang dan malam hari terbiasa mengkonsumsi nasi yang dipadu dengan sayur, lauk pauk, serta
buah. Lima orang dari enam orang informan terbiasa makan siang bersama ibu dan adik atau kakak mereka karena pada siang hari ayah mereka bekerja dan baru pulang pada
sore atau malam hari. Sedangkan pada malam harinya mereka baru makan bersama- sama setelah ayahnya pulang kerja. Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status
gizi kurang mengaku terbiasa makan siang dan makan malam sendiri karena ayahnya setiap hari bekerja dan selalu pulang malam, sehingga hanya hari minggu saja berada di
rumah dan bisa makan bersama informan. Seluruh informan menyatakan bahwa makanan dirumah mereka masing disediakan oleh orang tua mereka, khususnya oleh
ibu. Dan hanya satu informan laki-laki dengan status gizi kurang, yang menyatakan setiap harinya makanan untuk makan paginya dibuatkan oleh ayahnya, karena ibunya
tinggal di Purwakarta. Sedangkan untuk makan siang telah dipesankan makanan catering, dan untuk makan malam dibelikan ayahnya setelah pulang kerja. Sedangkan
seorang informan lainnya, informan laki-laki dengan status gizi normal, menyatakan bahwa makan siangnya selalu dibuatkan oleh sang ibu, akan tetapi untuk makan malam
mereka sekeluarga terbiasa membeli makanan jadi, karena sang ibu bekerja dan pulang sore sehingga tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makan malam. Berbeda lagi
dengan informan laki-laki yang memiliki status gizi lebih, ia menyatakan bahwa dalam seminggu ia hanya makan malam sebanyak dua kali dengan makan diluar bersama ibu
dan adiknya. Hal ini sejalan dengan pernyataan informan pendukung yang menyatakan bahwa ia melarang putranya untuk makan malam agar berat badannya menurun. Dalam
seminggu ia mengizinkan anaknya makan malam sekitar 3-4 hari dengan makan diluar rumah. Berikut kutipannya :
” Sendiri makan malam. Ayah pulangnya malam. Makanan dibeliin ayah. Malamnya, waktu pulang kantor.” Informan IS
” Klo malam saya sering larang dia buat makan soalnya badannya dah kegemukan. Gak setiap hari juga, ya selang seling lah sekarang makan besok
gak, besoknya lagi makan besoknya gak. Iya, seminggu 3-4 kali makannya klo malam. Ya soalnya saya takut dia dah kegemukan. Kan kasian takut kena
penyakit jantung. Gak sih saya sama suami gak punya sakit jantung. Tapi kakeknya punya jantung. Makanya saya waswas takut dia kena jantung soalnya
sekeluarga dia yang paling gemuk. Ya kakeknya juga gemuk.” Informan S Seluruh informan memiliki kebiasaan makan diluar yang berbeda-beda
frekuensinya, ada yang sebulan sekali, 2-3 kali sebulan, 3-4 kali sebulan, bahkan ada yang 5-7 kali sebulan. Untuk frekuensi makan keluarga diluar rumah, terdapat perbedaan
pernyataan antara informan utama dan informan pendukung. Seperti informan wanita dengan status gizi normal yang menyatakan biasa makan diluar bersama keluarga setiap
2-4 kali sebulan, sedangkan informan pendukung menyatakan bahwa di keluarga memiliki kebiasaan makan diluar sekitar 5-7 kali sebulan. Berikut kutipannya :
“ Klo makan diluar paling makan bakso. Seminggu bisa 3-4 kali.” Informan LY
” Makan diluar sekeluarga sering, dua kali seminggu. Bakso.” Informan DIL ” Buat makan di luar rumah kita gak terlalu sering, paling kadang-kadang aja
klo lagi pengen atau pas saya lagi gak masak. Sebulan bisa 5-7 kali.” Informan NY
” Klo makan bareng keluarga diluar sebulan berapa kali ya, kayaknya bisa 4-5 kali.” Informan NA
Makanan yang dipilih saat makan diluar beragam, mulai dari makanan
tradisional seperti bakso, sate, ayam bakar, pecel ayam, ataupun makanan modern seperti fried chiken, pizza, hamburger dll. Untuk frekuensi antara pemilihan makanan
tradisional dan modern saat makanan diluar bervariasi antara setiap informan. Tiga orang dari lima informan pendukung, menyatakan bahwa mereka sering memilih
makanan modern seperti fried chiken, ataupun hamburger sebagai menu makanan saat makan diluar bersama keluarga dengan alasan ingin merasakan makanan yang berbeda
dari biasanya yang mereka makan. Sedangkan dua orang sisanya, yaitu ibu dari informan laki-laki dengan status gizi normal serta informan wanita dengan status gizi
lebih memilih makanan tradisional seperti bakso, sate, ayam bakar, dan lainnya karena alasan menyukai rasanya yang lebih berbumbu dan lebih enak. Berikut kutipannya :
“ Biasanya klo makan diluar paling beli sate, bakso, seafood atau gak pecel ayam. Enak aja, bumbunya lebih berasa. Daripada fried chicken Cuma berasa
minyak aja, saya setelah makan itu suka terasa pusing, mungkin karena minyaknya yang banyak ya.” Informan NY
” Klo makan sama ayahnya biasanya fried chicken. Ya ayahnya suka banget, katanya rasanya beda sama yang saya buat. Lebih garing.” Informan S
” Di mal atau ayam bakar gitu, soalnya bapak sama F suka banget sama ayam bakar. Klo dimal paling makannya MC Donals. Klo di MC Donals ya
F
pesennya ayam klo gak hamburger, sama eskrim dia paling suka.” Informan A Selain itu, seluruh informan utama serta informan pendukung menyatakan bahwa
setiap harinya mereka tidak pernah sekali pun mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini dikarenakan mereka beragama Islam, dan sangat mengharamkan untuk
mengkonsumsi minuman yang memabukkan seperti alkohol. Berikut kutipannya : “ Ya gak pernah lah mbak, kan haram.” Informan HP
“ Gak pernah lah. Dosa.” Informan LY “ Gak lah mbak, kan haram.” Informan NY
5.3.1.3 Gambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009
Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan semua cara yang dilakukan oleh informan yang berhubungan dengan perilaku gizi seimbang menurut 12
pesan dan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang dalam kehidupan sehari-hari, seperti
bagaimana perilaku gizi seimbang informan sehari-hari baik dirumah maupun di sekolah, apakah informan memiliki masalah dalam pola makannya alergi, tidak
menyukai jenis makanan tertentu, dsb, serta alasan informan berperilaku atau tidak berperilaku gizi seimbang.
Berikut adalah perilaku gizi seimbang informan sesuai dengan 12 pesan dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang PDGS :
A. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa empat dari enam informan setiap harinya untuk sekali makan terbiasa mengkonsumsi makanan
pokok, sayur, lauk pauk, dan buah. Seorang informan wanita dengan status gizi kurang mengaku bahwa ia tidak menyukai sayur dikarenakan rasanya yang tidak enak serta
sulitnya informan dalam mengunyah sayur tersebut, terutama yang kadar seratnya tinggi seperti sayur kangkung, sawi, dll. Sedangkan seorang informan wanita dengan status
gizi lebih mengatakan bahwa ia tidak menyukai tahu tempe, karena kurang menyukai rasanya. Berikut kutipannya :
“ Setiap hari makannya ya nasi, sayur, sama lauknya. Iya buah juga. Kan 4 sehat lima sempurna” Informan FD
“ Ya makan nasi, lauk pauk, sayur, buah.” Informan BM
“ Nasi, ayam, tahu tempe, sayur, sama buah.” Informan RW
Setiap harinya, makanan pokok yang biasa dikonsumsi informan antara lain, nasi, roti, dan mie baik pada saat makan pagi hingga makan malam. Dari ketiga sumber
makanan pokok tersebut, nasi adalah makanan yang paling dominan dan yang paling sering mereka konsumsi. Bisa dipastikan setiap harinya mereka selalu mengkonsumsi
nasi dan selalu dimakan bersama dengan sayur ataupun lauk pauk yang disediakan oleh ibunya dirumah khususnya pada saat makan siang dan makan malam. Sedangkan pada
saat sararan, selain nasi mereka juga suka mengkonsumsi nasi ataupun mie. Hal ini dikarenakan makanan tersebut lebih praktis serta lebih cepat waktu pembuatannya.
Untuk sumber makanan pokok seperti singkong, ubi, dan kentang jarang mereka konsumsi, dan biasanya hanya dijadikan makanan selingan dan bukan makanan utama.
Untuk satu kali makan, rata-rata informan menghabiskan satu piring sedang nasi + 200 gram. Sedangkan untuk mie, mereka bisa menghabiskan satu bungkus mie dengan berat
+ 70 gram, dan roti mereka biasa menghabiskan dua lembar roti tawar untuk sekali makan dengan berat berkisar + 40-50 gram. Dalam sehari,informan memiliki frekuensi
makan yang berbeda. Ada informan yang dalam seharinya mengkonsumsi makanan pokok sebanyak dua kali, tiga kali, bahkan empat kali dengan jenis makanan pokok yang
beragam. Berikut kutipannya : “ Makanan pokok yang biasa dimakan itu nasi, mie, sama roti.” Informan FD
“ Nasi sama roti. Sama mie. Terus kadang-kadang singkong sama ubi, tapi itu jarang. Paling klo beli gorengan aja.” Informan BM
“ Nasi, roti, mie.” Informan IS
Untuk konsumsi sayuran, lima dari enam informan sudah sejak kecil terbiasa untuk mengkonsumsinya. Sayuran yang biasa mereka makan diantaranya, wortel,
bayam, kol, kangkung, buncis, serta sayuran lainnya. Mereka sudah terbiasa mengkonsumsi sayur setiap harinya ketika makan. Untuk sekali makan, rata-rata
informan dapat menghabiskan 2-3 sendok sayur atau + 100 gram sayur. Dalam sehari minimal mereka mengkonsumsi sayur sebanyak dua kali, yaitu saat makan siang dan
makan malam. Sedangkan pada waktu makan pagi, menurut informan pendukung yaitu ibu informan mereka lebih memiliki untuk menyiapkan makanan yang praktis dan cepat
dalam pengolahannya. Oleh sebab itu mereka lebih memilih untuk menyiapkan mie atau roti. Dan kalaupun menyiapkan makan pagi dengan nasi, biasanya hanya dengan lauk
dan cukup jarang untuk memasakkan sayur pada pagi hari. Kecuali saat itu masih ada sayur sisa semalam yang dapat disediakan untuk menu makan pagi dengan dihangatkan
terlebih dahulu. Akan tetapi porsi makan informan khususnya untuk sayur tidak sebanyak ketika saat makan siang. Biasanya mereka hanya menghabiskan setengah dari
porsi makan siang, atau kira-kira sebanyak + 50 gram. Selain itu empat dari lima informan tidak menyukai sayuran yang memiliki rasa pahit, seperti pare, daun papaya,
serta daun melinjo. Padahal anggota keluarga yang lain seperti ayah dan ibunya menyukai sayuran tersebut. Oleh karena itu pada saat ibu memasak sayur tersebut, ia
juga memasakkan sayur lain yang disukai oleh anak-anaknya. Lain halnya dengan seorang informan laki-laki dengan status gizi normal yang menyatakan bahwa menyukai
sayuran yang memiliki rasa pahit seperti sayur pare dan daun papaya seperti keluarganya. Sedangkan seorang informan wanita dengan status gizi kurang,
menyatakan bahwa ia tidak menyukai sayur sejak ia masih kecil karena tidak dapat mengunyahnya dengan halus, selain itu ia tidak menyukai rasa dari sayuran. Akan tetapi
minimal ia bisa mengkonsumsi sayuran wortel yang diiris tipis, dan itupun hanya bisa menghabiskan beberapa iris saja dengan alasan malas makan sayur karena rasanya yang
“aneh”. Dengan demikian dapat diperkirakan konsumsi sayur sebagian besar informan dalam satu hari sebanyak 2 - 2 ½ porsi sayur. Sedangkan untuk informan laki-laki
dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi 1 porsi sayur pada saat makan siang. Sedangkan untuk informan wanita dengan status gizi kurang tidak terbiasa untuk
mengkonsumsi sayur. Berikut kutipannya : “ Makan nasi sama lauk. Aku gak suka makan sayur. Gak bisa aja makannya
kelolodan. Paling cuma wortel aja, itu juga gak banyak. Cuma tiga-empat iris.” Informan NA
“ Makan sayur setiap hari. Ya macam-macam, kadang sayur sop, sayur asem, kangkung, macem-macem. Paling sering sayur sop.” Informan FD
“ Klo sayur, biasanya aku makan sayur sop. Hampir setiap hari. Iya setiap hari makan sayur, klo gak ntar diomelin mama.” Informan RW
Selain makanan pokok dan sayuran, seluruh informan juga terbiasa mengkonsumsi lauk pauk yang disediakan oleh ibu atau bapak informan. Lauk yang
biasa mereka konsumsi berasal dari protein hewani, diantaranya : ayam, telur, daging, makanan laut seperti udang, cumi, kerang, dll. Setiap harinya seluruh informan selalu
mengkonsumsi lauk ketika mereka makan, khususnya saat makan siang dan malam.
Sedangkan untuk makan pagi, mereka terkadang tidak mengkonsumsi lauk hewani ketika mengkonsumsi roti. Setiap informan memiliki porsi makan lauk hewani yang
bervariasi untuk satu kali makan, ada yang menghabiskan 1-2 porsi bahkan ada yang 3-4 porsi. Untuk satu porsi lauk, biasanya 1 potong ayam sedang 50 gram atau 1 butir
besar telur ayam negeri. Dalam sehari masing-masing informan dapat menghabiskan antara 3-6 porsi lauk hewani. Sedangkan pauk yang biasa mereka konsumsi berasal dari
protein nabati, seperti tahu dan tempe. Empat dari enam informan tidak setiap hari mengkonsumsi pauk nabati, dimana frekuensi konsumsinya sekitar dua, tiga, hingga
empat kali seminggu. Dan hanya seorang informan wanita dengan status gizi normal yang terbiasa untuk mengkonsumsi pauk hewani seperti tahu tempe hampir setiap hari.
Akan tetapi ada seorang informan wanita dengan status gizi lebih mengatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi tahu tempe karena tidak menyukai rasanya, oleh sebab itu ia
tidak mendapatkan tambahan energi yang terkandung dalam pauk hewani. Untuk sekali makan, masing-masing informan dapat menghabiskan 2-3 potong sedang tahu atau
tempe dengan berat sekitar 25 gram. Dalam sehari, kira-kira informan mengkonsumsi pauk nabati untuk satu hingga tiga kali waktu makan, yaitu saat makan pagi, makan
siang dan makan malam. Berikut kutipannya : “ Ayam hampir setiap hari. Kira-kira lima kali seminggu. Klo siang bisa 3-4
potong. Telur seminggu bisa berapa ya, 3 kali lah.” Informan RW
“ Lauk setiap hari ada. Klo gak ada gak enak makan.” Informan BM
“ Setiap hari klo makan ada lauknya. Macem-macem” Informan IS
Untuk konsumsi buah, hanya satu orang informan laki-laki dengan status gizi kurang yang terbiasa mengkonsumsinya setiap hari pada saat makan siang saja, karena
buah tersebut telah disediakan dalam makanan catering. Sedangkan lima informan sisanya terbiasa untuk mengkonsumsi buah hanya beberapa kali dalam seminggu.
Kebiasaan untuk mengkonsumsi buah pada informan bervariasi, tergantung dari buah yang dibelikan oleh masing-masing ibu mereka di rumah. Dalam seminggu informan
dapat mengkonsumsi buah setiap dua hingga empat kali dalam seminggu, oleh sebab itu minimal dua hari sekali mereka dapat mengkonsumsi buah sehingga mereka dapat
melengkapi menu makanan dan nutrisinya dalam satu hari. Buah yang sering mereka konsumsi beragam, mulai dari pisang, jeruk, apel, mangga, semangka, melon, dll. Dalam
satu hari, porsi buah yang dikonsumsi masing-masing informan beragam, ada yang menghabiskan satu, dua, bahkan empat buah. Berikut kutipannya :
“ Klo buah biasanya 2-4 kali seminggu. Buahnya kadang jeruk, mangga, apel, sama semangka, sama melon.tergantung klo apel bisa abis 1, anggur kira-kira
10an lah, jeruk 2, mangga sama 2, papaya sama melon paling 2 potong.” Informan NA
“ Setiap hari. Buahnya ada di makanan catering. Jeruk, pisang, beda-beda. Buahnya satu.” Informan IS
“ Buah biasanya mangga, jeruk, sama apel, sama pisang. Seminggu 3-4 kali. sehari bisa abis tiga kadang-kadang empat. Gak. Makannya biasanya klo lagi
belajar klo gak pas nonton TV.” Informan FD
Selain makanan pokok, sayur, lauk pauk, dan buah, dua dari enam informan, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan normal setiap harinya juga
mengkonsumsi segelas susu coklat yang telah dibuatkan oleh ibunya masing-masing. Setiap satu gelas susu, biasanya memiliki takaran susu bubuk sebanyak tiga sendok
makan. Biasanya susu tersebut juga ditambah dengan satu sendok makan gula pasir. Berikut kutipannya :
“ Klo pagi mama juga suka nyiapin susu buat aku. Segelas. Susu coklat. Susu bubuk “X”. Kira-kira tiga sendok makan. Iya ditambah gula satu sendok. Sendok
makan.” Informan NA “ Makan pagi aku juga suka bikin susu “M” klo makan pagi. Biasanya yang
udah sachetan. Biar gampang buatnya. Iya ditambah gula lagi satu sendok. Sendok makan.” Informan FD
Selain informan WM, peneliti juga melakukan observasi pasif untuk variabel
perilaku gizi seimbang pada tiga orang informan yang memiliki status gizi kurang, normal, maupun lebih yang dilakukan pada saat hari sekolah biasa dan saat hari sekolah
yang terdapat mata pelajaran olah raga. Berhubung observasi yang dilakukan adalah observasi pasif, maka peneliti hanya dapat menggambarkan pola makan siswa di sekolah
saja, sedangkan pola makan informan dirumah tidak dapat dijangkau oleh peneliti. Dari ketiga informan observasi, seluruhnya jajan di kantin pada saat jam istirahat
sekolah sekitar pukul 10.00 WIB. Untuk observasi I dilakukan pada hari yang terdapat mata pelajaran olah raga dan observasi II dilaksanakan saat tidak ada pelajaran olah
raga. Dari kedua hari tersebut, seluruh informan pada saat istirahat selalu membeli makanan “padat”,baik berupa nasi ataupun mie. Untuk informan dengan status gizi
kurang, berdasarkan dua kali observasi saat istirahat selalu membeli mie goreng yang ditambahkan sawi sekitar 20 gram tanpa telur dan segelas air mineral. Sedangkan setelah
istirahat ia juga membeli es teh untuk menghilangkan rasa hausnya setelah bermain voli. Untuk informan dengan status gizi normal, pada dua kali observasi selalu membeli nasi
yang dicampur satu potong protein hewani ukuran kecil serta satu sendok kentang balado dan lalapan ditambah minuman susu. Yang membedakan adalah pada saat hari
biasa ia juga membeli dua buah permen dan pada hari olah raga ia membeli minuman susu setelah pulang sekolah. Sedangkan untuk informan dengan status gizi lebih pada
dua kali observasi selalu membeli teh kotak, wafer coklat, dan nasi yang dicampur satu potong kecil ayam, kentang balado, mie gorengtumis buncis masing-masing sebanyak
satu sendok makan. Selain itu saat pulang sekolah informan juga membeli minuman susu teh kotak dan chiki. Selain itu pada saat observasi II, setelah pulang sekolah
informan juga membeli satu buah wafer coklat. Berdasarkan gambaran ini terlihat bahwa untuk makanan selingan antara makan pagi dan makan siang telah cukup beraneka
ragam walaupun tidak terdapat tahu tempe sebagai sumber protein nabati akan tetapi minimal dari makanan tersebut telah mewakili sumber zat tenaga, zat pengatur, dan zat
pembangun. Selain itu, dari lima kantin yang ada di SMPN 107 Jakarta, semuanya menyediakan makanan yang hampir serupa khususnya makanan beratnya dimana
minimal dalam satu porsi makanan minimal terdapat sumber makanan pokok, lauk dan sayur dengan menu yang berbeda-beda. Selain itu kantin sekolah juga menyediakan
makanan ringan dan berbagai jenis minuman, seperti susu, teh, sirop, maupun softdrink.
B. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Kecukupan energi seluruh informan didapat dari makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Untuk kebutuhan energi yang didapat dari bahan makanan sumber
karbohidrat, biasanya didapat dari nasi, mie, dan roti. Setiap informan memiliki frekuensi dan porsi makan makanan sumber karbohidrat yang berbeda-beda. Akan tetapi
sebagian dari mereka memiliki pola makan yang sama. Empat dari enam informan biasa makan makanan sumber karbohidrat sekitar 4 kali dalam sehari, mulai dari makan pagi,
jajan di sekolah saat istirahat, makan siang, dan makan malam. Sedangkan seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang memiliki kebiasaan makan tiga kali dalam
sehari, mulai dari makan pagi, makan siang, dan makan malam. Untuk seorang informan lagi, yaitu informan laki-laki dengan status gizi lebih memiliki kebiasaan makan dua
hingga tiga kali sehari. Informan ini sedang menjalankan program diet yang ditentukan oleh ibunya, yaitu membatasi untuk tidak makan malam. Menurut informan dalam
seminggu ia hanya makan dua kali dalam seminggu yaitu saat makan pagi dan makan siang. Sedangkan menurut informan pendukung yaitu ibu informan, mengatakan bahwa
dalam seminggu informan laki-laki dengan status gizi lebih tersebut diperbolehkan makan malam sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. Untuk sekali makan makanan sumber
karbohidrat, seperti satu piring sedang nasi + 200 gram. Sedangkan untuk mie, mereka bisa menghabiskan satu bungkus mie dengan berat + 70 gram, dan roti mereka biasa
menghabiskan dua lembar roti tawar untuk sekali makan dengan berat berkisar + 40-50 gram. Jenis makanan yang dikonsumsi dalam satu hari untuk masing-masing informan
bervariasi. Saat makan pagi, informan biasa mengkonsumsi nasi, roti ataupun mie. Untuk nasi, lima dari enam informan mengkonsumsinya sekitar ½ 100 gram - ¾ 150
gram piring sedang nasi. Hal ini dikarenakan pada pagi hari mereka merasa tidak enak untuk mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat yang terlalu banyak karena
menyebakan perut mereka terasa kurang nyaman. Sedangkan untuk seorang informan
yang lain, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal menyatakan terbiasa makan pagi dengan menghabiskan sebungkus nasi uduk yang setara dengan 200 gram nasi.
Selain nasi, informan juga suka mengkonsumsi mie dan roti. Ketika makan pagi, mereka dapat menghabiskan satu bungkus mie. Sedangkan untuk makan pagi roti pada pagi hari
mereka biasa mengkonsumsi dua lembar roti tawar 40 gram. Berikut kutipannya : “ Pagi makan pagi nasi, roti klo gak mie. Nasi sama sayur sama ayam. Klo nasi
buat makan pagi paling cuma setengah piring aja. Iya klo pagi gak bisa makan banyak. Ya gak enak aja perutnya. Klo roti biasanya dua rotinya. Yang tawar.
Iya dua lembar. Mie, ya paling satu. Satu bungkus mie “X”.” Informan FD “ Pagi biasa makan pagi nasi uduk sama tempe oreg. Ya satu bungkus. Isinya
lumayan. Satu piringlah lumayan banyak.” Informan BM “ Pagi nasi sama telor ceplok. Nasinya ya satu piring. Gak banyakan siang. Ya
satu piring kurang dikit. Sepuluh sendoklah.” Informan IS Sedangkan ketika istirahat sekolah, empat dari enam informan terbiasa membeli
jajanan berupa makanan “berat” seperti nasi dan mie dengan alasan agar lebih kenyang. Untuk nasi yang dijual di kantin sekolah berupa nasi rames atau nasi goreng dengan
takaran satu bungkusnya sekitar 100 gram nasi. Selain nasi informan dan siswa lainnya juga suka membeli mie rebus atau mie goreng. Alasan informan untuk jajan makanan
“berat” tersebut agar lebih kenyang, karena sebagian dari mereka mengikuti ekstra kurikuler, belajar kelompok, ataupun les pada sore harinya. Selain makanan “berat”,
informan juga suka membeli makanan “ringan” berupa chiki 1 bungkus kecil, wafer 4 keping, biscuit 3 keping, coklat wafer 20 gram, dll. dalam satu kali jajan, informan
bisa membeli satu hingga dua bungkus makanan “ringan”. Akan tetapi dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih setiap harinya tidak
membeli makanan apapun ketika istirahat sekolah, dan mereka hanya membeli air
mineral saja dengan alasan karena masih kenyang sudah makan pagi dirumah serta karena alasan ingin diet dan tidak menyukai makanan kantin. Selain itu, berdasarkan
hasil observasi terhadap tiga informan yang berbeda, dapat terlihat bahwa ketiganya saat istirahat pada hari biasa dan ketika setelah olah raga membeli makanan “berat” seperti
nasi goreng, nasi rames, dan juga mie goreng. Untuk informan dengan status gizi kurang, selain membeli makanan “berat” ia juga membeli aqua gelas. Dan setelah olah
raga, ia juga membeli segelas es teh. Sedangkan untuk informan yang memiliki status gizi normal, selain makanan “berat” ia juga membeli minuman susu. Berbeda dengan
dua informan yang diobservasi tersebut, seorang informan dengan status gizi lebih, selain membeli makanan berat saat istirahat, ia juga membeli teh kotak dan sebungkus
wafer coklat. Selain itu pada saat pulang sekolah, ia juga membeli teh kotakminuman susu, chiki, dan wafer coklat. Berikut kutipannya :
“ Klo istirahat biasa jajannya nasi. Ya kadang nasi goreng, soto ayam. Iya pake nasi. Klo gak nasi pake sayur gitu.” Informan DIL
“ Istirahat belinya macem-macem. Ya biasanya nasi. Suka beli nasi goreng, nasi rames, mie goreng, kadang hamburger. Paling sering mie goreng.” Informan
BW “Gak. Males kak makanannya gak enak. Lagian akukan mau ngurusin badan
jadi gak boleh kebanyakan jajan. Paling sering belinya air mineral.” Informan RW
Untuk makan siang, seluruh informan terbiasa mengkonsumsi nasi sebagai
makanan pokoknya dengan porsi yang berbeda-beda. Menurut dua dari enam informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih terbiasa untuk
mengkonsumsi satu piring sedang nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu laki-laki dan wanita dengan status gizi normal, keduanya terbiasa dalam tiga kali seminggu selalu
menambah porsi makannya dikarenakan padatnya aktivitas ekstra kurikuler mereka. Untuk informan wanita dapat menambah porsi makanan pokok saat makan siang
sebanyak setengah dari porsi makan sebelumnya. Sehingga untuk makan siang, kira-kira ia menghabiskan satu setengah piring nasi. Sedangkan untuk informan laki-laki dengan
status gizi normal dapat menambah porsi makannya seperti makannya semula, sehingga dalam sekali makan ia dapat menghabiskan dua piring sedang nasi. Sedangkan dua
informan sisanya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring
nasi. Hal ini dilakukan dengan alasan keinginan untuk menurunkan berat badan dari informan dengan status gizi lebih serta kemalasan untuk makan dari informan dengan
status gizi kurang karena tidak nafsu makan. Berikut kutipannya : “ Makan siang ya dirumah. Nasinya ya sedanglah. Satu piring gak banyak-
banyak, tapi kadang suka nambah juga. Klo pulang sore biasanya abis ekskul. Nambahnya setengah dari yang pertama. Seminggu bisa tiga kali pulang sore
jadi bisa tiga kali nambah.” Informan FD “ Makan siang nasinya setengah. Ya aku setiap makan nasinya setengah. Gak
tau males aja. Gak kenapa-kenapa aku makannya dari dulu gak bisa banyak.” Informan NA
“ Siang makan nasinya biasa. Satu piring aja jangan banyak-banyak.” Informan RW
Sedangkan untuk makan malam, informan juga terbiasa mengkonsumsi nasi.
Empat dari enam informan memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi porsi standar atau setara dengan satu piring sedang nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan
wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring nasi pada setiap waktu makan.
Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih melakukan diet untuk
menurunkan berat badannya dengan mengurangi frekuensi makan malamnya, sehingga dalam seminggu ia hanya makan malam sebanyak dua kali saja. Akan tetapi menurut
informan pendukung, yaitu ibu informan, dalam seminggu anaknya makan malam sebanyak 3-4 kali. Dengan demikian dapat terlihat bahwa sebagian besar informan
dalam sehari mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi 200 gram, yaitu berkisar antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu
informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi 3 ¾ piring nasi dan 4 ½ piring nasi dalam sehari. Berikut kutipannya :
“ Klo malam jarang makan. Gak boleh sama mama takut tambah gemuk. Paling seminggu dua kali. Nasinya paling satu piring. ” Informan RW
“ Malam ya nasinya satu piring, gak sebanyak siang. Meles aja klo malam bawaannya ngantuk, pengen tidur aja. Iya tapi tetep makan.” Informan BW
“ Malam nasinya sepiring. Dibeliin nasi sama ayah. Malem waktu ayah pulang kerja.” Informan IS
Selain karbohidrat, informan juga mendapatkan energi dari konsumsi protein
hewani dan nabati. Untuk konsumsi lauk hewani didapat informan dari konsumsi ayam, telur, ikan, daging, serta hewan laut seperti udang, kerang, cumi-cumi dan lain
sebagainya. Untuk satu porsi lauk, dimisalkan 1 potong ayam sedang 50 gram atau 1 butir besar telur ayam negeri 60 gram, atau daging sapi satu potong sedang 50 gram.
Setiap harinya seluruh informan selalu mengkonsumsi lauk ketika mereka makan, khususnya saat makan siang dan malam. Sedangkan untuk makan pagi, mereka
terkadang tidak mengkonsumsi lauk hewani ketika mengkonsumsi roti. Setiap informan memiliki porsi makan lauk hewani yang bervariasi untuk satu kali makan. Ketika makan
pagi, sebagian informan yaitu wanita dengan status gizi kurang dan normal serta laki-
laki dengan status gizi kurang hampir setiap hari mengkonsumsi lauk hewani. Sedangkan sebagian yang lainnya, yaitu laki-laki dengan status gizi normal dan lebih
serta wanita dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi lauk hewani 2-3 kali seminggu saat makan pagi. Ketika makan pagi semua informan hanya mengkonsumsi
satu potong lauk hewani seperti ayam dan ikan serta 1 butir telur. Berikut kutipannya : “ Pagi setiap hari makan pagi sama telur. Satu.” Informan IS
“ Makan pagi lauknya biasanya ayam klo gak telur. Seminggu ayam bisa 3 klo gak 5 kali. Telur bisa 4 kali. Satu aja.Sama kadang-kadang chicken nughet 4.
Seminggu bisa 3 kali.” Informan NA “ Biasa klo makan pagi lauknya telur. Paling 3 kali seminggu. Satu. Udah itu
aja.” Informan RW Untuk makan siang, seluruh informan setiap hari selalu mengkonsumsi lauk
hewani dengan porsi yang beragam. Sebagian informan, yaitu wanita dengan status gizi kurang dan lebih serta laki-laki dengan status gizi kurang setiap harinya biasa
mengkonsumsi satu porsi lauk hewani. Sedangkan dua informan yang lain, yaitu laki- laki dan wanita yang memiliki status gizi normal dalam 3 kali seminggu biasa
menambah konsumsi lauknya, dimana hari biasa mereka hanya mengkonsumsi satu potong lauk hewani, tetapi ketika mereka selesai mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di
sekolahnya mereka menambah porsi lauk hewaninya menjadi dua porsi atau dua potong sedang dengan kandungan energi sekitar 190 kkal. Sedangkan seorang informan lainnya,
yaitu informan laki-laki dengan status gizi lebih pada saat makan siang dapat menghabiskan 3-4 potong ayam. Akan tetapi, jumlah porsi tersebut hanya berlaku jika
ibu informan menyediakan ayam sebagai menu lauk untuk makan siang. Dalam seminggu, ibu informan menyediakan menu ayam goreng sebagai lauknya sebanyak
lima kali. Akan tetapi untuk jenis lauk yang lain, seperti telur, ikan dan sebagainya, informan hanya menghabiskan 1 porsi lauk. Berikut kutipannya :
“ Siang lauknya biasa, kayak ayam, daging, ikan, telur. Paling sering ayam.Seminggu bisa 4-5 kali. Sekali makan ya satu ayamnya. Sedang. Daging
juga satu. Iya satu potong sedang. Ikan seminggu dua kali, ½-1 ekor. Telor 3 kali seminggu, satu buah. Sosis 2 kali seminggu 1-2 buah. Nughet 3-4 kali seminggu
3-4 buah. Udang jarang, 2-3 kali sebulan, 10anlah. Kerang sama kayak udang. Klo cumi 2-3 kali sebulan tapi biasanya aku makan 1 yang besar. ” Informan
NA “ Klo siang aku makan ayamnya banyak. Tiga klo gak empat. Klo lauk yang lain
cuma satu. Iya lauknya makan banyak klo mama pas lagi masak ayam goreng aja. Hampir setiap hari. Seminggu bisa lima kalilah.” Informan RW
Sedangkan untuk konsumsi lauk hewani saat makan malam, seluruh informan
setiap harinya hanya menghabiskan satu porsi lauk. Akan tetapi, seorang informan laki- laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa hanya makan malam sebanyak dua kali
dalam seminggu karena ingin diet dan menurunkan berat badannya. Akan tetapi menurut informan pendukung, yaitu ibu informan menyatakan bahwa dalam seminggu anaknya
makan malam sebanyak 3-4 kali. Empat dari enam informan menyatakan bahwa jenis lauk pada makan malam biasanya sama dengan lauk untuk makan siang yang dibuatkan
oleh ibunya. Akan tetapi dua informan yang lain, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan lebih terbiasa untuk mengkonsumsi menu lauk yang berbeda dengan
lauk yang dibuat ibunya saat makan siang karena untuk makan malam mereka biasanya membeli makanan jadi dimana menu lauk yang dipilih biasanya berbeda dengan lauk
saat makan siang dengan alasan agar tidak bosan dan juga karena lauk yang dimasak oleh ibunya untuk makan siang telah habis. Berikut kutipannya :
“ Malam lauknya sama aja kayak makan siang. Makannya cuma satu.” Informan NA
“ Klo malam biasanya lauknya beli jadi. ya biasanya nyari yang beda dari makan siang biar gak bosen. Paling cuma satu.” Informan BM
“ Makan malam aku makan lauknya satu aja cukup. Ya sama aja kayak makan siang paling tinggal dihangatin.” Informan FD
Selain makan pagi, makan siang, dan makan malam, kebutuhan protein hewani
juga didapat informan dari makanan jajanannya sehari-hari. Empat dari enam informan menyatakan pada saat istirahat mereka hampir setiap hari membeli makanan “berat”
yang didalamnya terdapat bahan makanan sumber protein seperti telur 40 gram, ayam 40 gram, dll. Sedangkan dua informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi
kurang dan lebih tidak mengkonsumsi makanan sumber protein hewani, karena mereka terbiasa untuk tidak jajan pada saat istirahat sekolah. Dengan demikian dapat terlihat,
dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 3 potong lauk hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih
mengkonsumsi 4 potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita dengan status gizi normal mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki
dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Berikut kutipannya. “ Istirahat gak jajan. Masih kenyang.” Informan IS
“ Klo lauknya biasa beli nasi rames yang ada ayam atau telurnya. Ayam potongannya kecil. Klo ayam standar lah, kayak biasa. Gak gede, kecil lah bisa
dibilang.” Informan DIL Selain lauk hewani, kebutuhan energi informan juga didapat dari konsumsi pauk
yang berasal dari protein nabati, seperti tahu dan tempe. Empat dari enam informan tidak setiap hari mengkonsumsi pauk nabati, dimana frekuensi konsumsinya sekitar dua, tiga,
hingga empat kali seminggu. Dan hanya seorang informan wanita dengan status gizi normal yang terbiasa untuk mengkonsumsi pauk hewani seperti tahu tempe hampir
setiap hari. Akan tetapi ada seorang informan wanita dengan status gizi lebih mengatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi tahu tempe karena tidak menyukai
rasanya, oleh sebab itu ia tidak mendapatkan tambahan energi yang terkandung dalam pauk hewani. Untuk sekali makan, masing-masing informan dapat menghabiskan 2-3
potong sedang tahu atau tempe dengan ukuran sekitar 25 gram setiap potongnya. Dalam sehari, kira-kira informan mengkonsumsi pauk nabati untuk satu hingga tiga kali waktu
makan, yaitu saat makan pagi, makan siang dan makan malam. Dengan demikian dapat terlihat bahwa dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang
pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 2 potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih
tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu ataupun tempe. Berikut kutipannya : “ Tahu tempe aku gak suka. Gak enak. Iya gak pernah.” Informan DIL
“ Tahu tempe makannya pas hari libur aja, klo ada ayah. Iya ayah suka banget tahu. Aku juga suka tapi gak begitu, biasa aja. Pokoknya klo masak tahu
tempenya pas ada ayah pasti habis. Sekali makan dua.” Informan RW
“ Tahu tempe sering. Seminggu bisa empat kali. ya waktu makan pagi, makan siang, sama malem juga ibu sering masak tempe.seringan digoreng klo gak
dibacem. Sekali makan abis dua klo gak tiga. Seringannya dua.” Informan IS
Selain karbohidrat dan protein, kebutuhan energi juga bisa didapat dari konsumsi lemak yang terkandung dalam minyak goreng dan margarin. Untuk kecukupan energi
yang dihasilkan dari lemak dapat dilihat dari frekuensi konsumsi makanan olahan yang digoreng, ditumis ataupun disantan. Seluruh informan menyatakan bahwa setiap harinya
mengkonsumsi makanan yang diolah dengan minyak ataupun dengan santan baik dalam
pengolahan makanan pokok seperti nasi dan mie, sayuran, serta lauk pauk. Untuk konsumsi nasi ataupun mie goreng, seluruh informan menyatakan sering
mengkonsumsinya dengan frekuensi yang berbeda-beda. Dalam seminggu mereka dapat menjumpai makanan tersebut berkisar antara 1-5 kali. Untuk pengolahan nasi goreng
untuk satu piring sedang ataupun mie goreng 70 gram, biasanya menggunakan minyak sebanyak ½ - 1 sdm minyak. Selain itu, lauk pauk pun juga sering diolah dengan cara
digoreng. Menurut informan, proses penggorengan menggunakan minyak goreng dan juga dengan margarin. Khusus untuk margarin, hanya digunakan untuk menggoreng
telur dengan cara didadar. Sedangkan lauk dan pauk lainnya seperti ayam, daging, udang, kerang, telur, serta tahu tempe digoreng dengan menggunakan minyak goreng
khususnya minyak kelapa sawit. Pengolahan telur dengan menggunakan margarin, biasanya membutuhkan sekitar 1 sdm 10 gram margarin. Sedangkan kandungan energi
untuk pengolahan lauk pauk yang digoreng dengan menggunakan minyak tergantung penyerapan dari minyak tersebut. Untuk ayam 50 gram, kandungan minyaknya sebesar 8
gram. Telur 60 gram, kandungan minyaknya sebesar 3,24 gram. Daging 50 gram, kandungan minyaknya sebesar 4,4 gram. Tahu 25 gram, kandungan minyaknya sebesar
3 gram. Tempe 25 gram, kandungan minyaknya sebesar 6 gram. Berikut kutipannya : “ Biasanya ayamnya digoreng. Hampir setiap hari. Iya klo lauk biasanya
digoreng.” Informan RW “ Lauk, kayak ayam, tahu tempe biasanya digoreng. Tapi kalo tahu tempenya
suka dibacem dulu abis itu di goreng.” Informan FD “ Biasanya ayamnya paling sering digoreng. Pake minyak. Mentega juga, tapi
biasanya klo buat dadar telor mama pake mentega. Satu sendok.” Informan NA
Selain makanan pokok dan lauk pauk, sayuran pun sering diolah dengan menggunakan minyak, yaitu dengan cara ditumis. Konsumsi sayur yang diolah dengan
cara ditumis pada setiap informan frekuensinya bervariasi. Rata-rata dari mereka, minimal dalam seminggu mereka mengkonsumsi sayur yang dikonsumsi sekitar 2-5 kali.
Untuk satu kali konsumsi sayuran 100 gram yang ditumis, diperkirakan membutuhkan minyak kelapa sawit sebanyak 21 gram atau sekitar 2 sdm.
Selain ditumis, sayuran pun dapat diolah dengan menggunakan santan yang cukup mengandung banyak lemak. Akan tetapi pengolahan sayur dengan cara disantan
frekuensinya lebih sedikit daripada pengolahan sayur dengan cara ditumis. Dalam seminggu mereka mengkonsumsi sayuran yang bersantan hanya sekitar 1-3 kali dalam
seminggu. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang lebih sulit daripada pengolahan sayur dengan cara ditumis, selain itu para informan pun mengatakan bahwa
mereka tidak terlalu suka dengan sayur yang bersantan. Bahkan seorang informan laki- laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa ia tidak menyukai masakan bersantan
sehingga ia tidak pernah mengkonsumsinya. Untuk konsumsi 100 gram sayur, diperkirakan informan mengkonsumsi 5-10 sdm, bahkan bisa lebih santan yang telah
dicampur air. Khusus untuk informan wanita dengan status gizi kurang, ia tidak mendapatkan energi dari lemak yang terkandung dalam pengolahan sayur, karena setiap
harinya ia tidak mengkonsumsi sayur. Dengan demikian dalam satu hari, diperkirakan informan wanita dengan status gizi kurang dapat mengkonsumsi minyak dalam
makanannya sebanyak 66 gram 6 ½ sdm, informan laki-laki dengan status gizi kurang sebanyak 86 gram 8 ½ sdm, informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal
sebanyak 140 gram 14 sdm, informan wanita dengan status gizi lebih sebanyak 82
gram 8 sdm, dan informan laki-laki dengan status gizi lebih sebanyak 102 gram 10 sdm yang didapat dari penyerapan minyak dalam pengolahan makanan pokok, sayur,
lauk hewani, dan pauk nabati yang digoreng atau ditumis. Berikut kutipannya : “ Mama sering masak tumisan. Ya klo dirumah klo gak sop ya sayur ditumis
kayak cah kangkung. Klo disantan juga suka, tapi jarang soalnya gak begitu suka santan. Ditumis bisa 2-3 kali seminggu. Klo santan paling satu klo gak tiga
kali seminggu. tapi kadang sebulan mama gak pernah masak sayur santan.” Informan BM
“ Klo ditumis seminggu bisa 3-4 kali. santan paling Cuma sekali seminggu.” Informan FD
Selain itu, energi yang berasal dari lemak juga bisa didapat dari kandungan
lemak yang terdapat dikulit ayam dan gajihlemak daging yang terdapat pada bakso maupun soto. Sebagian besar informan menyukai kulit ayam dan gajihlemak daging.
Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dan wanita dengan status gizi kurang, setiap mengkonsumsi ayam kulitnya selalu dibuang. Sama halnya dengan
gajihlemak, mereka juga tidak menyukainya. Berikut kutipannya : “ Kulit suka. Gajih juga suka.” Informan FD
“ Klo kulit aku suka banget. Gajih juga suka.” Informan RW “ Klo kulit aku gak suka, jijik. Gajih juga enggak.” Informan NA
Selain itu empat dari lima informan, di rumah juga suka mengkonsumsi bakso,
mie ayam, somay, soto mie diluar makan pagi, siang, dan malam. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih
menyatakan setiap harinya hanya mengkonsumsi makanan saat makan pagi, makan siang, dan makan malam. Dalam seminggu mereka bisa mengkonsumsinya sekitar dua
kali. Berikut kutipannya :
“ Klo dirumah klo gak pas lagi ngumpul sama teman suka beli bakso klo gak mie ayam. Seminggu bisa dua kali.” Informan FD
“ Iya dirumah klo sore aku suka beli bakso sama mama. Seminggu paling dua kali.” Informan DIL
Selain makanan pokok, sayur, lauk pauk, dan buah, dua dari enam informan,
yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan normal setiap harinya juga mengkonsumsi segelas susu coklat yang telah dibuatkan oleh ibunya masing-masing.
Setiap satu gelas susu, biasanya memiliki takaran susu bubuk sebanyak tiga sendok makan. Biasanya susu tersebut juga ditambah dengan satu sendok makan gula pasir.
Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan informan wanita dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi susu dikantin dalam
bentuk es susu. Dalam seminggu mereka bisa mengkonsumsi sekitar 2-4 kali dalam seminggu. Khususnya pada saat setelah olah raga. Selain susu, infoman juga sering
meminum teh hangat pada saat makan pagi, dengan tambahan gula pasir sebanyak 1 sdm. Seperti halnya susu, informan juga sering membeli es teh saat istirahat untuk
menghilangkan rasa haus mereka. Hal ini juga terlihat dalam hasil observasi peneliti terhadap tiga orang informan yang berbeda, dimana mereka membeli minuman es susu
atau teh kotak pada saat istirahat dan setelah olahraga. Berikut kutipannya : “ Klo pagi mama juga suka nyiapin susu buat aku. Segelas. Susu coklat. Susu
bubuk “X”. Kira-kira tiga sendok makan. Iya ditambah gula satu sendok. Sendok makan.” Informan NA
“ Makan pagi aku juga suka bikin susu “M” klo makan pagi. Biasanya yang udah sachetan. Biar gampang buatnya. Iya ditambah gula lagi satu sendok.
Sendok makan.” Informan FD Dari enam informan, hanya satu orang yang secara rutin dalam setiap bulannya
selalu melakukan penimbangan BB. Sedangkan empat orang informan wawancara
mendalam menyatakan bahwa mereka tidak rutin setiap bulan melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Ada informan yang melakukan penimbangan dua bulan sekali,
3 bulan sekali, bahkan ada informan yang dalam satu tahun hanya empat kali menimbang BB. Selain itu, seorang informan wawancara mendalam Akan tetapi,
sayangnya peneliti tidak menanyakan berapa kali idealnya seseorang melakukan penimbangan BB dan pengukuran TB. Akan tetapi ada seorang informan yang tidak
pernah menimbang BB dalam satu tahun terakhir. Berikut kutipannya: “ Sebulan sekali, tapi gak rutin. Setahun paling 10 kali.” Informan FD
“ Gak pernah.” Informan IS “ Sebulan sekali, rutin kan dirumah ada timbangan.” Informan RW
Selain informan WM, perilaku gizi seimbang juga dapat dilihat dari hasil observasi pada tiga informan yang berbeda dari informan WM. Berikut adalah tabel
hasil observasi.
Tabel 5.8 Hasil Observasi
Pada Siswa SMPN 107 Jakarta HASIL OBSERVASI
RF MKR AMJ
Obs Tgl Kegiatan Tgl Kegiatan Tgl Kegiatan
Keterangan O
B E
R V
A
S I
I
19 Des
2009 09.15 : mie
goreng pake sawi, gak pake
telor + aqua gelas
09.30 – 11.00 : olah raga voli
10.50 : es teh 20
Des 2009
06.30 - 08.00 : olah raga
ambil nilai sit up
09.15 : nasi goreng ayam
Kentucky+ lalapan +
minuman susu gandum “E”
12.30 : minuman susu
12 Jan
2010 06.30 - 08.00 :
olah raga basket
09.15 : nasi ayam balado,
mie goreng+ lalapan,
kentang balado + teh kotak +
wafer coklat “B”
12.30 :teh kotak RF : menghabiskan
mie, tapi batang sawi dibuang.
MKR : hanya menghabiskan ½ nasi.
Lauk dan kerupuk habis.
AMJ : menghabiskan semua makanan.
NB : seluruh informan tidak
melihat label kemasan
“M” + chiki
“C” makanan
HASIL OBSERVASI RF MKR
AMJ Obs
Tgl Kegiatan Tgl Kegiatan Tgl Kegiatan Keterangan
O B
S E
R V
A
S I
II
20 Des
2009 09.15 : mie
goreng pake sawi, gak pake
telor, aqua gelas.
23 Des
2009 09.15 : nasi
ayam balado dan kentang
balado+ lalapan,
minuman susu “M”, permen
“K” 2 buah 13
Jan 2010
09.15 : nasi ayam balado,
tumis buncis, kentang balado
+ teh kotak + wafer coklat
“B” 12.30 : beli
minuman susu “M”+ chiki “C”
+ wafer coklat “B”
RF : menghabiskan mie, tapi batang sawi
dibuang. MKR : menghabiskan
semua makanan AMJ : menghabiskan
semua makanan. NB : seluruh
informan tidak melihat label kemasan
makanan
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, terlihat bahwa terdapat perbedaan jumlah makanan yang dikonsumsi saat observasi I dan II. Untuk informan dengan status gizi kurang dan
normal mendapatkan energi dari makanan jajanan lebih banyak pada observasi I olah raga daripada observasi II. Dan sebaliknya informan dengan status gizi lebih
mendapatkan energi lebih banyak dari makanan jajanan pada observasi II daripada observasi I olah raga.
Dari kelima kantin SMPN 107 Jakarta, seluruhnya menjual berbagai macam makanan yang mengandung banyak energi, baik makanan “berat” seperti nasi goreng,
lontong sayur, hamburger, somay, ketoprak, soto, dan lain sebagainya, serta makanan “ringan” seperti chiki, wafer, biscuit, coklat. Selain itu juga tersedia beragam makanan
gorengan dan berbagai minuman dingin, seperti susu, sirop, teh, maupun softdrink.
C. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi
Dalam satu hari, informan dapat mengkonsumsi sumber karbohidrat dari makanan pokok sebanyak 3-4 kali dalam sehari, mulai dari makan pagi, makan siang,
makan malam, juga termasuk saat mereka jajan baik di sekolah maupun dirumah. Saat makan pagi, sumber karbohidrat yang biasa dikonsumsi adalah nasi, mie, dan roti.
Untuk nasi, lima dari enam informan mengkonsumsinya dalam jumlah kurang dari satu piring sedang nasi 200 gram, yaitu sekitar ½ - ¾ piring sedang. Hal ini
dikarenakan pada pagi hari mereka merasa tidak enak untuk mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat yang terlalu banyak sebab perut mereka terasa kurang nyaman.
Sedangkan untuk seorang informan yang lain, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal menyatakan terbiasa makan pagi dengan menghabiskan sebungkus nasi uduk
yang setara dengan 200-250 gram nasi. Selain nasi, informan juga suka mengkonsumsi mie dan roti. Ketika makan pagi mie, mereka dapat menghabiskan satu bungkus mie.
Sedangkan untuk makan pagi roti pada pagi hari mereka biasa mengkonsumsi dua lembar roti tawar 40 gram. Berikut kutipannya :
“ Makan pagi biasanya nasi, klo gak roti, sama mie. Paling sering roti. 2. Iya roti tawar. Nasi paling setengah piring. Sedang aja.” Informan NA
“ Ya kadang nasi uduk, roti, klo gak mie. Aku klo nasi cuma makan setengah. Iya gak banyak-banyak. Ntar klo kebanyakan aku tambah gendut lagi. Ya usaha kak
biar beratnya turun. Roti biasanya 2.” Informan DIL “ Makan pagi biasanya sama roti atau sama mie. Rotinya satu. Mienya kadang
mie rebus kadang mie goreng.” Informan RW Ketika istirahat sekolah, empat dari enam informan terbiasa membeli jajanan
berupa makanan “berat” seperti nasi dan mie. Untuk nasi yang dijual di kantin sekolah
berupa nasi rames atau nasi goreng dengan takaran satu bungkusnya sekitar 100 gram nasi. Selain nasi informan dan siswa lainnya juga suka membeli mie rebus atau mie
goreng. Selain makanan “berat” , informan juga suka membeli makanan “ringan” berupa chiki 1 bks kecil, wafer 4 keping, biskuit 3 keping, dan lain sebagainya yang
dibuat dari bahan makanan sumber karbohidrat. Sekali jajan, informan bisa membeli satu hingga dua bungkus makanan “ringan”. Akan tetapi dua informan lainnya, yaitu
informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih setiap harinya tidak membeli makanan apapun ketika istirahat sekolah, dan mereka hanya membeli air mineral saja
dengan alasan karena masih kenyang sudah makan pagi dirumah serta karena alasan ingin diet dan tidak menyukai makanan kantin.
Selain itu, berdasarkan hasil observasi terhadap tiga informan yang berbeda, dapat terlihat bahwa ketiganya saat istirahat pada hari biasa dan ketika setelah olah raga
membeli makanan “berat” seperti nasi goreng, nasi rames, dan juga mie goreng. Untuk informan dengan status gizi kurang, selain membeli makanan “berat” ia juga membeli
aqua gelas. Dan setelah olah raga, ia juga membeli segelas es teh. Sedangkan untuk informan yang memiliki status gizi normal, selain makanan “berat” ia juga membeli
minuman susu. Berbeda dengan dua informan yang diobservasi tersebut, seorang informan dengan status gizi lebih, selain membeli makanan berat saat istirahat, ia juga
membeli teh kotak dan sebungkus wafer coklat. Selain itu pada saat pulang sekolah, ia juga membeli teh kotakminuman susu, chiki, dan wafer coklat. Berikut kutipannya :
“ Klo jajan biasanya mie goreng. Sama paling setiap hari beli chiki sama coklat.” Informan NA
“ Gak jajan. Air putih aja. Udah kenyang. Gak kepengin.” Informan IS
“ Setiap hari jajannya nasi. Ya kadang mie klo lagi bosen. Paling sama chiki klo gak biskuit.” Informan RW
Untuk makan siang, seluruh informan terbiasa mengkonsumsi nasi sebagai
makanan pokoknya dengan porsi yang berbeda-beda. Menurut dua dari enam informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih terbiasa untuk
mengkonsumsi satu piring sedang nasi sekitar 200 gram. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu laki-laki dan wanita dengan status gizi normal, keduanya terbiasa dalam
tiga kali seminggu selalu menambah porsi makannya dikarenakan padatnya aktivitas ekstra kurikuler mereka. Untuk informan wanita dapat menambah porsi makanan pokok
saat makan siang sebanyak setengah dari porsi makan sebelumnya. Sehingga untuk makan siang, kira-kira ia menghabiskan satu setengah piring nasi. Sedangkan untuk
informan laki-laki dengan status gizi normal dapat menambah porsi makannya seperti makannya semula, sehingga dalam sekali makan ia dapat menghabiskan dua piring
sedang nasi. Sedangkan dua informan sisanya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok khususnya nasi hanya
menghabiskan setengah piring nasi. Hal ini dilakukan dengan alasan keinginan untuk menurunkan berat badan dari informan dengan status gizi lebih serta kemalasan untuk
makan dari informan dengan status gizi kurang karena tidak nafsu makan. Berikut kutipannya :
“ Nasinya sedang. Sepiring. Gak sedang.” Informan IS “ Klo siang paling nasinya sepiring. Sedang aja jangan banyak-banyak. Tapi
aku sering nambah juga, apalagi klo agak sore pulangnya jam 2an. Iya klo laper nasinya nambah jadi dua piring. Iya kayak yang pertama.” Informan BM
“ Makan siang nasinya setengah, malam juga.” Informan DIL
Sedangkan untuk makan malam, informan juga terbiasa mengkonsumsi nasi. Empat dari enam informan memiliki kebiasaan untuk mengkonsumsi porsi standar atau
setara dengan satu piring sedang nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih setiap mengkonsumsi makanan pokok
khususnya nasi hanya menghabiskan setengah piring nasi, yang dilakukan pada setiap waktu makan. Akan tetapi seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih
melakukan diet untuk menurunkan berat badannya dengan mengurangi frekuensi makan malamnya, sehingga dalam seminggu ia hanya makan malam sebanyak dua kali saja
dengan porsi setengah dari porsi makan siangnya. Akan tetapi menurut informan pendukung, yaitu ibu informan, dalam seminggu anaknya makan malam sebanyak 3-4
kali. Dengan demikian dapat terlihat bahwa sebagian besar informan dalam sehari
mengkonsumsi makanan pokok kurang dari 3 porsi atau 3 piring nasi 200 gram, yaitu berkisar antara 2 – 2 ¾ piring nasi. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan
wanita dan laki-laki dengan status gizi normal masing-masing mengkonsumsi 3 ¾ piring nasi dan 4 ½ piring nasi dalam sehari. Berikut kutipannya:
“ Malam juga setengah.” Informan NA “ Malam nasinya juga satu piring. Gak sedang aja.” Informan FD
“ Malam juga setengah, sama kayak siang.” Informan DIL Selain itu pada ketiga informan yang diobservasi di sekolah saat istirahat sekolah
maupun saat pulang sekolah, didapatkan gambaran bahwa pada observasi I olah raga dan observasi II selalu mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat yang terdiri dari
nasi dan mie. Seorang informan dengan status gizi kurang pada dua kali observasi selalu mengkonsumsi satu bungkus mie. Untuk informan dengan status gizi normal pada dua
kali observasi selalu mengkonsumsi nasi, dimana pada observasi I ia hanya menghabiskan setengah bungkus dan pada observasi II ia menghabiskan satu bungkus
nasi. Sedangkan untuk informan dengan status gizi lebih pada dua kali observasi selalu mengkonsumsi nasi satu bungkus kecil 100 gram.
Di kantin SMPN 107 Jakarta, seluruh kantin menyediakan nasi dalam bungkusan plastik kecil dengan ukuran nasi 100 gram dengan menu nasi rames, nasi goreng,
maupun nasi uduk. Selain nasi, seluruh kantin juga menyediakan mie goreng dan mie rebus. Akan tetapi ada juga kantin yang menyediakan lontong sayur, soto nasi, somay,
batagor, hamburger, ketoprak, dan lain sebagainya yang masing-masing menu tersebut juga mengandung sumber karbohidrat yang dapat memenuhi kebutuhan energi siswa
selama berada di sekolah.
D. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan
Energi
Kebutuhan lemak informan didapat dari konsumsi makanan yang dikonsumsi mereka sehari-hari, baik berupa lemak yang banyak terkandung dalam protein hewani
dan nabati serta minyak yang digunakan untuk mengolah berbagai masakan yang mereka makan. Selain itu juga berasal dari jajanan yang informan konsumsi.
Konsumsi lauk hewani didapat informan dari konsumsi ayam, telur, ikan, daging, serta hewan laut seperti udang, kerang, cumi-cumi dan lain sebagainya. Untuk satu porsi
lauk, biasanya berupa 1 potong ayam sedang 50 gram atau 1 butir besar telur ayam negeri 60 gram, atau daging sapi satu potong sedang 50 gram. Setiap informan
memiliki porsi makan lauk hewani yang bervariasi untuk satu kali makan. Ketika makan pagi, sebagian informan yaitu wanita dengan status gizi kurang dan normal serta laki-
laki dengan status gizi kurang hampir setiap hari mengkonsumsi lauk hewani. Sedangkan sebagian yang lainnya, yaitu laki-laki dengan status gizi normal dan lebih
serta wanita dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi lauk hewani 2-3 kali seminggu saat makan pagi. Ketika makan pagi semua informan hanya mengkonsumsi
satu potong lauk hewani seperti ayam dan daging atau 1 butir telur. Pada saat makan siang, sebagian informan yaitu wanita dengan status gizi kurang dan lebih serta laki-laki
dengan status gizi kurang setiap harinya biasa mengkonsumsi satu porsi lauk hewani. Sedangkan dua informan yang lain, yaitu laki-laki dan wanita yang memiliki status gizi
normal dalam 3 kali seminggu biasa menambah konsumsi lauknya, dimana hari biasa mereka hanya mengkonsumsi satu potong lauk hewani, tetapi ketika mereka selesai
mengikuti kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya mereka menambah porsi lauk hewaninya menjadi dua porsi atau dua potong sedang. Sedangkan seorang informan
lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi lebih pada saat makan siang dapat menghabiskan 3-4 potong ayam. Akan tetapi, jumlah porsi tersebut hanya berlaku jika
ibu informan menyediakan ayam sebagai menu lauk untuk makan siang. Dalam seminggu, ibu informan menyediakan menu ayam goreng sebagai lauknya sebanyak
lima kali. Akan tetapi untuk jenis lauk yang lain, seperti telur, ikan dan sebagainya, informan hanya menghabiskan 1 porsi lauk. Sedangkan untuk makan malam, seluruh
informan setiap harinya hanya menghabiskan satu porsi lauk. Akan tetapi, seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa hanya makan malam
sebanyak dua kali dalam seminggu karena ingin diet dan menurunkan berat badannya. Akan tetapi menurut informan pendukung, yaitu ibu informan menyatakan bahwa dalam
seminggu anaknya makan malam sebanyak 3-4 kali. Berikut kutipannya :
“ Makan pagi lauknya biasanya ayam klo gak telur. Seminggu ayam bisa 3 klo gak 5 kali. Telur bisa 4 kali. Satu aja.Sama kadang-kadang chicken nughet 4.
Seminggu bisa 3 kali. Siang lauknya biasa, kayak ayam, daging, ikan, telur. Paling sering ayam.Seminggu bisa 4-5 kali. Sekali makan ya satu ayamnya.
Sedang. Daging juga satu. Iya satu potong sedang. Ikan seminggu dua kali, ½-1 ekor. Telor 3 kali seminggu, satu buah. Sosis 2 kali seminggu 1-2 buah. Nughet
3-4 kali seminggu 3-4 buah. Udang jarang, 2-3 kali sebulan, 10anlah. Kerang sama kayak udang. Klo cumi 2-3 kali sebulan tapi biasanya aku makan 1 yang
besar. Malam lauknya sama aja kayak makan siang. Makannya cuma satu.” Informan NA
“ Biasa klo makan pagi lauknya telur. Paling 3 kali seminggu. Satu. Udah itu aja. Klo siang aku makan ayamnya banyak. Tiga klo gak empat. Klo lauk yang
lain cuma satu. Iya lauknya makan banyak klo mama pas lagi masak ayam goreng aja. Hampir setiap hari. Seminggu bisa lima kalilah. Buat malam aku
jarang makan. Gak boleh sama mama. Paling makan cuma seminggu dua kali. lauknya satu. Gak yang tiga cuma siang aja.” Informan RW
Selain makan pagi, makan siang, dan makan malam, kebutuhan protein hewani
juga didapat informan dari makanan jajanannya sehari-hari. Empat dari enam informan menyatakan pada saat istirahat mereka hampir setiap hari membeli makanan “berat”
yang didalamnya terdapat bahan makanan sumber protein seperti telur ayam negeri ukuran kecil + 40 gram, ayam ukuran kecil + 40 gram, dan lain sebagainya.
Sedangkan dua informan, yaitu informan laki-laki dengan status gizi kurang dan lebih tidak mengkonsumsi makanan sumber protein hewani, karena mereka terbiasa untuk
tidak jajan pada saat istirahat sekolah. Dengan demikian dapat terlihat, dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 3 potong lauk
hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih mengkonsumsi 4 potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita dengan status gizi normal
mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Berikut kutipannya.
“ Istirahat gak jajan. Masih kenyang.” Informan IS
“ Klo lauknya biasa beli nasi rames yang ada ayam atau telurnya. Ayam potongannya kecil. Klo ayam standar lah, kayak biasa. Gak gede, kecil lah bisa
dibilang.” Informan DIL Selain lauk hewani, kebutuhan energi dari lemak juga didapat dari konsumsi
pauk yang berasal dari protein nabati, seperti tahu dan tempe. Empat dari enam informan tidak setiap hari mengkonsumsi pauk nabati, dimana frekuensi konsumsinya sekitar dua,
tiga, hingga empat kali seminggu. Dan hanya seorang informan wanita dengan status gizi normal yang terbiasa untuk mengkonsumsi pauk hewani seperti tahu tempe hampir
setiap hari. Akan tetapi ada seorang informan wanita dengan status gizi lebih mrngatakan bahwa ia tidak pernah mengkonsumsi tahu tempe karena tidak menyukai
rasanya, oleh sebab itu ia tidak mendapatkan tambahan energi yang terkandung dalam pauk hewani. Untuk sekali makan, masing-masing informan dapat menghabiskan 2-3
potong sedang tahu atau tempe dengan ukuran sekitar 25 gram setiap potongnya. Dalam sehari, kira-kira informan mengkonsumsi pauk nabati untuk satu hingga tiga kali waktu
makan, yaitu saat makan pagi, makan siang dan makan malam. Dengan demikian dapat terlihat bahwa dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang
pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang mengkonsumsi 2 potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih
tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu ataupun tempe. Berikut kutipannya : “ Tahu tempe aku gak suka. Gak enak. Iya gak pernah.” Informan DIL
“ Tahu tempe makannya pas hari libur aja, klo ada ayah. Iya ayah suka banget tahu. Aku juga suka tapi gak begitu, biasa aja. Pokoknya klo masak tahu
tempenya pas ada ayah pasti habis. Sekali makan dua.” Informan RW
“ Tahu tempe sering. Seminggu bisa empat kali. ya waktu makan pagi, makan siang, sama malem juga ibu sering masak tempe.seringan digoreng klo gak
dibacem. Sekali makan abis dua klo gak tiga. Seringannya dua.” Informan IS
Kebutuhan energi juga bisa didapat dari konsumsi minyak yang terkandung dalam minyak goreng dan margarin. Untuk kecukupan energi yang dihasilkan dari
lemak dapat dilihat dari frekuensi konsumsi makanan olahan yang digoreng, ditumis ataupun disantan. Seluruh informan menyatakan bahwa setiap harinya mengkonsumsi
makanan yang diolah dengan minyak ataupun dengan santan baik dalam pengolahan makanan pokok seperti nasi dan mie, sayuran, serta lauk pauk. Untuk konsumsi nasi
ataupun mie goreng, seluruh informan menyatakan sering mengkonsumsinya dengan frekuensi yang berbeda-beda. Dalam seminggu mereka dapat menjumpai makanan
tersebut berkisar antara 1-5 kali. Untuk pengolahan nasi goreng untuk satu piring sedang ataupun mie goreng 70 gram, biasanya menggunakan minyak sebanyak ½ - 1 sdm
minyak. Selain itu, lauk pauk pun juga sering diolah dengan cara digoreng. Menurut informan, proses penggorengan menggunakan minyak goreng dan juga dengan
margarin. Khusus untuk margarin, hanya digunakan untuk menggoreng telur dengan cara didadar. Sedangkan lauk dan pauk lainnya seperti ayam, daging, udang, kerang,
telur, serta tahu tempe digoreng dengan menggunakan minyak goreng khususnya minyak kelapa sawit. Pengolahan telur dengan menggunakan margarin, biasanya
membutuhkan sekitar 1 sdm 10 gram margarin. Sedangkan kandungan energi untuk pengolahan lauk pauk yang digoreng dengan menggunakan minyak tergantung
penyerapan dari minyak tersebut. Untuk ayam 50 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 8 gram. Telur 60 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar
3,24 gram. Daging 50 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 4,4 gram. Tahu 25 gram, kandungan penyerapan minyaknya sebesar 3 gram. Tempe 25 gram,
kandungan penyerapan minyaknya sebesar 6 gram. Berikut kutipannya : “ Biasanya ayamnya digoreng. Hampir setiap hari. Iya klo lauk biasanya
digoreng.” Informan RW “ Lauk, kayak ayam, tahu tempe biasanya digoreng. Tapi kalo tahu tempenya
suka dibacem dulu abis itu di goreng.” Informan FD “ Biasanya ayamnya paling sering digoreng. Pake minyak. Mentega juga, tapi
biasanya klo buat dadar telor mama pake mentega. Satu sendok.” Informan NA
Selain makanan pokok dan lauk pauk, sayuran pun sering diolah dengan
menggunakan minyak, yaitu dengan cara ditumis. Konsumsi sayur yang diolah dengan cara ditumis pada setiap informan frekuensinya bervariasi. Rata-rata dari mereka,
minimal dalam seminggu mereka mengkonsumsi sayur yang dikonsumsi sekitar 2-5 kali. Untuk satu kali konsumsi sayuran 100 gram yang ditumis, diperkirakan kandungan
penyerapan minyak sebanyak 21 gram atau sekitar 2 sdm. Selain ditumis, sayuran pun dapat diolah dengan menggunakan santan yang
cukup mengandung banyak lemak. Akan tetapi pengolahan sayur dengan cara disantan frekuensinya lebih sedikit daripada pengolahan sayur dengan cara ditumis. Dalam
seminggu mereka mengkonsumsi sayuran yang bersantan hanya sekitar 1-3 kali dalam seminggu. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang lebih sulit daripada
pengolahan sayur dengan cara ditumis, selain itu para informan pun mengatakan bahwa mereka tidak terlalu suka dengan sayur yang bersantan. Bahkan seorang informan laki-
laki dengan status gizi lebih menyatakan bahwa ia tidak menyukai masakan bersantan sehingga ia tidak pernah mengkonsumsinya. Untuk konsumsi 100 gram sayur,
diperkirakan informan mengkonsumsi 5-10 sdm, bahkan bisa lebih santan yang telah dicampur air. Khusus untuk informan wanita dengan status gizi kurang, ia tidak
mendapatkan energi dari lemak yang terkandung dalam pengolahan sayur, karena setiap harinya ia tidak mengkonsumsi sayur. Dengan demikian dalam satu hari, diperkirakan
informan wanita dengan status gizi kurang dapat mengkonsumsi minyak dalam makanannya sebanyak 66 gram 6 ½ sdm, informan laki-laki dengan status gizi kurang
sebanyak 86 gram 8 ½ sdm, informan wanita dan laki-laki dengan status gizi normal sebanyak 140 gram 14 sdm, informan wanita dengan status gizi lebih sebanyak 82
gram 8 sdm, dan informan laki-laki dengan status gizi lebih sebanyak 102 gram 10 sdm yang didapat dari penyerapan minyak dalam pengolahan makanan pokok, sayur,
lauk hewani, dan pauk nabati yang digoreng atau ditumis. Berikut kutipannya : “ Mama sering masak tumisan. Ya klo dirumah klo gak sop ya sayur ditumis
kayak cah kangkung. Klo disantan juga suka, tapi jarang soalnya gak begitu suka santan. Ditumis bisa 2-3 kali seminggu. Klo santan paling satu klo gak tiga
kali seminggu. tapi kadang sebulan mama gak pernah masak sayur santan.” Informan BM
“ Klo ditumis seminggu bisa 3-4 kali. santan paling Cuma sekali seminggu.” Informan FD
Selain itu, energi yang berasal dari lemak juga bisa didapat dari kandungan
lemak yang terdapat dikulit ayam dan gajihlemak daging yang terdapat pada bakso maupun soto. Sebagian besar informan menyukai kulit ayam dan gajihlemak daging.
Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan laki-laki dan wanita dengan status gizi kurang, setiap mengkonsumsi ayam kulitnya selalu dibuang. Sama halnya dengan
gajihlemak, mereka juga tidak menyukainya. Berikut kutipannya : “ Kulit suka. Gajih juga suka.” Informan FD
“ Klo kulit aku suka banget. Gajih juga suka.” Informan RW “ Klo kulit aku gak suka, jijik. Gajih juga enggak.” Informan NA
Dengan demikian diperkirakan setiap harinya untuk informan wanita dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4
potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 6 ½ sdm.
Informan laki-laki dengan status gizi kurang dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 3 potong lauk hewani, 2 potong lauk nabati, serta kandungan minyak
yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 8 ½ sdm. Informan wanita dengan status gizi normal dalam satu hari
mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur
dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan laki-laki dengan status gizi normal dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 5 potong lauk
hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 14 sdm. Informan
wanita dengan status gizi lebih dalam satu hari mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 4 potong lauk hewani, 0 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang
terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 8 sdm. Informan laki-laki dengan status gizi lebih dalam satu hari
mengkonsumsi lemak yang terkandung dalam 6 potong lauk hewani, 4 potong lauk nabati, serta kandungan minyak yang terdapat dari pengolahan lauk pauk dan sayur
dengan cara digoreng atau ditumis sebanyak 10 sdm.
Selain pada informan WM, konsumsi lemak dan minyak juga terlihat pada informan observasi. Pada dua kali observasi terlihat bahwa dua informan dengan status
gizi normal dan lebih masing-masing dari mereka mengkonsumsi satu potong kecil ayam. Sedangkan seorang informan lainnya, yaitu informan dengan status gizi kurang
pada dua kali observasi tidak mengkonsumsi protein hewani maupun nabati. Selain itu konsumsi sumber lemak dari protein hewani, seluruh informan juga mendapatkan energi
dari minyak yang digunakan untuk mengolah makanan baik dengan cara digoreng maupun ditumis
E. Gunakan Garam Beryodium
Seluruh informan dengan status gizi yang beragam, baik kurang, normal maupun lebih mengetahui bahwa dirumahnya, ibu mereka selalu menggunakan garam beryodium
untuk memasak. Mereka mengetahuinya dari garam yang digunakan biasanya berupa garam halus dan dikemasannya memiliki tulisan “mengandung yodium”. Porsi konsumsi
garam beryodium untuk setiap informan bervariasi, mereka memperkirakan sekitar satu sendok makan hingga tiga sendok makan. Selain itu untuk validasi data, peneliti
mengumpulkan garam dari enam orang informan WM dan juga dari lima kantin SMPN 107 Jakarta untuk diuji dengan menggunakan Test Kit Yodina. Setelah diuji, dengan
cairan iodine test semua garam yang diuji berubah warna menjadi violet dengan tingkat perubahan warna yang berbeda-beda. Sebagian kecil garam informan utama khususnya
informan laki-laki dengan status gizi kurang dan empat garam dari penjual kantin terjadi perubahan warna violet muda, sedangkan yang lainnya violet tua. Berikut kutipannya :
“ Kayaknya ia deh mama pake garam beryodium. Berapa ya ? kira-kira dua sendok makanlah kak.” Informan NA
“ Iya mengandung yodium. Soalnya mama kan pake garam halus, disitu juga ada tulisan yodiumnya, aku pernah baca sekali. Kira-kira satu setengah sendok
makan.” Informan FD “ Dirumah kayaknya ada yodiumnya. Soalnya biasa pake garam yang
halus.kira-kira tiga sendok. Makan.” Informan RW
F. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Kebutuhan zat besi informan dapat terpenuhi dari konsumsi bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Untuk konsumsi protein
hewani, seluruh informan mengkonsumsinya baik saat makan pagi, makan siang dan makan malam serta saat jajan ketika istirahat sekolah. Berdasarkan penjelasan perilaku
informan pada pesan PUGS sebelumnya tentang konsumsi lauk hewani, dapat diketahui bahwa dalam satu hari seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang
mengkonsumsi 3 potong lauk hewani, dua informan wanita dengan status gizi kurang dan lebih mengkonsumsi 4 potong lauk hewani, dua informan laki-laki dan wanita
dengan status gizi normal mengkonsumsi 5 potong lauk hewani, serta seorang informan laki-laki dengan status gizi lebih mengkonsumsi 6 potong lauk hewani. Berikut
kutipannya : “Pagi, nasi sama telor. Nasinya sedang. Telornya diceplok.” Informan IS
“ Klo siang biasanya makan ayam sama sop. Ayamnya biasanya abis tiga, klo gak empat. Itu klo aku lagi laper banget.” Informan RW
“ Klo lagi beli nasi biasanya ada ayam, telor, terus sosis, nughet, ada juga yang pake ham, ya macem-macem deh lauknya kak. Aku paling sering yang isinya
ayam klo gak telor.” Informan NA Untuk konsumsi protein nabati, yang bisa didapat dari kacang-kacangan dan tahu
tempe. Berdasarkan penjelasan perilaku informan pada pesan PUGS sebelumnya tentang
konsumsi pauk hewani, dapat terlihat bahwa dalam satu hari, sebagian besar informan mengkonsumsi 4 potong sedang pauk nabati, seorang informan laki-laki dengan status
gizi kurang mengkonsumsi 2 potong sedang pauk nabati, akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi lebih tidak mengkonsumsi lauk nabati baik berupa tahu
ataupun tempe. Berikut kutipannya: “ Tahu tempe setiap hari. Biasanya dua klo gak tiga. Potongannya sedang. Klo
sisa yang semalam masih ada, ya makan paginya juga ada tempenya, klo gak ya gak.” Informan FD
“ Tahu tempe gak suka. Gak tau, rasanya aneh aja. Kacang merah jarang. Sekali sebulan.” Informan DIL
“ Aku gak suka kacang ijo. Kacang merah juga gak. Rasanya sama kayak sayur. Gak enak.” Informan NA
“ Tahu tempe suka. Mama masaknya klo pas ada papa aja. Gak tau, abis klo hari biasa gak ada yang makan. Yang lain suka, tapi mama emang masaknya
cuma hari libur aja.” Informan RW Selain itu, zat besi juga terkandung dalam sayuran hijau. Lima dari enam
informan menyatakan setiap hari mengkonsumsi sayuran, khususnya pada saat makan siang dan makan malam. Untuk makan pagi dan ketika jajan di sekolah ada informan
yang juga mengkonsumsi sayur dan ada yang tidak. Akan tetapi seorang informan wanita dengan status gizi kurang menyatakan bahwa ia tidak menyukai sayuran karena
alasan tidak bisa menelan dan tidak menyukai rasa dari sayuran tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan konsumsi sayur sebagian besar informan dalam satu hari
sebanyak 2 - 2 ½ porsi sayur. Sedangkan untuk informan laki-laki dengan status gizi lebih hanya mengkonsumsi 1 porsi sayur pada saat makan siang. Sedangkan untuk
informan wanita dengan status gizi kurang tidak terbiasa untuk mengkonsumsi sayur.
Berikut kutipannya : “ Aku gak suka makan sayur. Gak bisa aja makannya kelolodan. Paling Cuma
wortel aja, itu juga gak banyak. Cuma tiga-empat iris.” Informan NA
“ Klo sayur yang berkuah biasanya satu mangkok. Sayurnya aja setengah mangkok, klo tumisan paling dua sampe tiga sendok makan.” Informan RW
“ Sedang. Dua-tiga sendok. Sayurnya dua macam.” Informan IS
“ Ya biasanya sayur bayam, sop, cah kangkung, ya macem-macem. Biasanya dua-tiga sendoklah.” Informan BM
Sedangkan untuk informan yang diobservasi, terlihat bahwa kebutuhan zat besi
mereka didapat dari konsumsi protein hewani, kacang-kacangan dan sayuran hijau. Untuk informan laki-laki dengan status gizi kurang, pada dua kali observasi hanya
mendapatkan zat besi dari 20 gram sawi hijau. Untuk informan wanita dengan status gizi normal, dari dua kali observasi mendapatkan asupan zat besi hanya dari konsumsi
protein hewani berupa 30 gram ayam. Sedangkan untuk informan wanita dengan status gizi lebih pada observasi I ia mendapatkan asupan zat besi hanya dari konsumsi protein
hewani berupa 30 gram ayam. Dan pada observasi II ia mendapatkan asupan zat besi dari konsumsi protein hewani berupa 30 gram ayam dan 30 gram buncis.
G. Biasakan Makan Pagi
Seluruh informan menyatakan setiap harinya terbiasa untuk selalu makan pagi di rumah. Mereka tidak terbiasa makan pagi di sekolah karena setiap hari harus masuk jam
06.30 WIB. Makanan yang biasa dikonsumsi saat makan pagi berupa nasi, mie ataupun roti. Untuk roti, informan biasa menambahkan dengan margarin, maisis, selai ataupun
dengan susu kental manis. Ada juga informan yang makan pagi dengan nasi uduk, bubur, mie ataupun nasi putih yang dicampur dengan sayur dan lauk pauk. Dua orang
informan dengan status gizi kurang menyatakan mereka terbiasa makan pagi hanya dengan nasi dan protein hewani setiap harinya dikarenakan ia tidak menyukai sayur
informan wanita, dan karena ayahnya tidak bisa dan tidak sempat untuk memasak sayur informan laki-laki. Berikut kutipannya :
“Pagi, nasi sama telor. Nasinya sedang. Telornya diceplok.” Informan IS “Klo pagi biasanya makan pagi nasi, ayam, sama sayur. Klo libur kadang-
kadang makan bubur ayam.” Informan FD “Aku klo pagi makan pagi roti sama maisis. Rotinya satu satu lembar. Klo gak
mie sama telor” Informan RW “Biasa sih makan paginya nasi uduk. Sama bihun sama tempe orek. Klo gak
makan roti. Dua lembar. Klo gak roti sari roti. Satu buah yang bungkusan gitu isi coklat.” Informan BM
Berdasarkan hasil dua kali observasi, semua informan selalu jajan pada jam istirahat sekolah, dan tidak ada satupun dari mereka yang jajan pada saat sebelum jam
masuk sekolah. Sehingga peneliti memperkirakan mereka telah makan pagi di rumahnya masing-masing. Selain itu, berdasarkan wawancara dengan ibu E, penjual di kantin
SMPN 107 Jakarta, bahwa semenjak ditetapkannya peraturan sekolah bahwa jam masuk sekolah dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB maka tidak ada lagi siswa yang jajan pada
pagi hari, sehingga para pedagangpun mulai menyiapkan dagangannya sekitar pukul 07.00-08.00 WIB dan selesai pada sekitar pukul 16.30 WIB.
H. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya
Empat dari enam informan telah cukup mengkonsumsi air minum khususnya air putih, dimana rata-rata mereka mengkonsumsi delapan hingga sepuluh gelas air sehari.
Akan tetapi dua informan lainnya, yaitu informan wanita dengan status gizi normal dan lebih yang menyatakan mereka hanya mengkonsumsi air minum sekitar satu liter air
atau lima hingga tujuh gelas sehari. Air yang mereka konsumsi merupakan air galon keluaran pabrik yang telah terjamin mutu dan keamanannya. Berikut kutipannya :
“ Sekitar lima ampe tujuh gelas. Dirumah biasanya minum “X” gallon.” Informan DIL
“ Kurang lebih satu liter kak. Airnya “X” klo gak “Y” yang gallon.” Informan FD
“ Klo minum aku bisa sepuluh gelas lebih. Air putih. “X” klo gak “Z”.” Informan RW
“ Sepuluh gelas. Air gallon. “X”.” Informan IS Berdasarkan hasil dua kali observasi, dari ketiga informan hanya informan
dengan status gizi kurang saja yang membeli air mineral saat istirahat, ditambah segelas es teh saat selesai olah raga. Sedangkan dua informan lainnya, yaitu informan dengan
status gizi normal dan lebih membeli susu dan teh kotak saat istirahat dan sepulang sekolah. Akan tetapi untuk informan dengan status gizi normal, saat observasi II tidak
membeli minuman ketika pulang sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu E, salah satu penjual di kantin SMPN 107 Jakarta mengatakan bahwa seluruh penjual
menggunakan air gallon dengan merk “A”. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara hanya di warung ibu E yang airnya dimasak, diendapkan dan kemudian disaring dengan
kassa penyaring khusus sebanyak dua kali sebelum dikonsumsi oleh para siswa. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kebersihan dan keamanan dari air tersebut. Akan tetapi sayangnya semua penjual masih menggunakan es batu balokan yang biasa digunakan
untuk mendinginkan ikan di pasar. Hal itu sangat membahayakan karena air yang digunakan untuk membuat es batu adalah air mentah dan tidak terjamin kebersihan serta
keamanan dari air tersebut.
I. Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur
Empat dari enam informan menyatakan tidak melakukan olah raga ketika berada dirumah dan mereka hanya olah raga disekolah setiap satu minggu sekali. Sedangkan
dua orang informan lainnya, yaitu informan laki-laki dengan status gizi normal dan lebih menyatakan rutin berolah raga dirumah setiap hari libur, yaitu hari sabtu ataupun
minggu dengan bermain bola ataupun basket pada pagi harinya. Selain itu sebagian informan menyatakan jika berangkat sekolah selalu diantar
jemput oleh orang tuanya dengan menggunakan motor ataupun mobil. Sedangkan sebagian informan lainnya, menyatakan berangkat ke sekolah dengan naik angkutan
umum dengan jarak antara rumah dengan akses jalan raya bervariasi, ada informan yang rumahnya berada tepat dipinggir jalan raya, tapi ada juga informan yang jarak rumahnya
antara seratus hingga seratus lima puluh meter dari jalan raya sehingga ia harus berjalan kaki dahulu menuju jalan raya. Selain itu jarak antara sekolah dan jalan raya dimana
angkutan umum lewat berjarak sekitar seratus meter. Berikut kutipannya : “ Klo ke sekolah aku dianterin sama papa. Mobil. Pulangnya juga dijemput lagi
sama mama pake motor.” Informan RW “ Ke sekolah naik angkot. Gak kan didepan rumah naiknya.” Informan FD
“ Aku pulang pergi dijemput sama ibu.” Informan NA
Berdasarkan hasil observasi I, terlihat bahwa seluruh informan mengikuti
pelajaran olah raga di sekolah dengan hari dan jam pelajaran yang berbeda pula. Untuk masing-masing informan saat itu melakukan olah raga yang beragam, dimana informan
dengan status gizi kurang berolah raga bola voli, informan dengan status gizi normal mengambil nilai praktek sit up, dan informan dengan status gizi lebih berolah raga
basket. Sebelum pelajaran biasanya guru menginstruksikan para siswanya untuk pemanasan beberapa saat kemudian memberikan pembekalan materi olah raga dan
menjelaskan kegiatan apa yang akan dilaksanakan pada hari itu. Dan kemudian memulai olahraga dengan jenis olah raga berkelompok yang membutuhkan kerjasama dari semua
pemain, seperti bola voli, basket, dan sepak bola.
J. Hindari Minum-Minuman Beralkohol
Seluruh informan menyatakan tidak pernah sekalipun mengkonsumsi minuman beralkohol dikarenakan semua informan beragama Islam. Mereka menganggap
minuman beralkohol haram dan tidak baik untuk kesehatan. Berikut kutipannya : “ Gak lah gak pernah. Kan haram. Lagian gak baik buat kesehatan.” Informan
NA “ Eh masya Allah gak pernah kak. Kan haram.” Informan FD
“ Gak pernah.” Informan IS “ Gak lah gak pernah. Gak boleh. Haram.” Informan RW
Berdasarkan hasil observasi, seluruh informan tidak ada yang mengkonsumsi
alkohol. Terlebih seluruh informan beragama Islam.
K. Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan
Seluruh informan menyatakan selalu memilih makanan yang aman dan sehat. Sebelum membeli makanan mereka selalu mencari tempat berjualannya yang bersih.
Selain itu mereka juga lebih memilih makanan yang ada kemasannya agar tidak dihinggapi lalat dan debu. Selain itu mereka juga memilih makanan yang bebas dari
bahan pewarna dan pengawet makanan yang berbahaya seperti boraks dan formalin. Berikut kutipannya :
“ Ya cari makanannya yang tempatnya bersih. Jangan yang ada pengawetnya.” Informan NA
“ Tempatnya bersih, makanannya juga bersih, gak ada pengawetnya, pewarna biar aman.” Informan FD
“ Ya mulai dari tempat, kemasan makanannya harus bersih. Tidak mengandung formalin ataupun boraks.” Informan DIL
“ Beli makanannya ditempat yang bersih, terus makanannya ada plastiknya biar gak ada debunya. Bebas dari zat pengawet.” Informan RW
Berdasarkan hasil observasi, seluruh informan hanya mengkonsumsi makanan
yang dijual dikantin sekolah dan tidak membeli makanan diluar sekolah. Akan tetapi informan dengan status gizi kurang, saat mengkonsumsi mie goreng ia juga
menambahkan saos. Sedangkan informan lainnya tidak. Selain itu semua informan juga membeli air mineral, minuman susu ataupun teh pada saat observasi I dan II dengan
campuran es balokan. Berdasarkan wawancara dengan salah satu penjual kantin yaitu ibu E, menyatakan bahwa saos yang dia dan penjual lainnya gunakan adalah saos isi
ulang dengan kemasan plastik dengan merek “SM” atau “S”. Selain itu, ibu E juga mengatakan bahwa ia juga menjual saos sachet “M” dimana merek itu jauh lebih
terkenal dan lebih terjamin keamanannya. Seluruh penjual menggunakan es batu balokan yang biasa digunakan untuk membuat minuman dingin seperti es teh, es susu, dll. Selain
itu menurut ibu E, untuk makanan “ringan” yang dijual, adalah makanan yang aman yang diketahuinya dari iklan makanan tersebut ada di televisi. Selain itu berdasarkan
hasil observasi peneliti melihat bahwa makanan yang dijual adalah makanan yang telah terdaftar di BPPOM. Akan tetapi untuk wadah mie gorengrebus, seluruh penjual
menggunakan gelas plastik, karena jumlah mangkuk kaca yang dimiliki penjual hanya sedikit.
L. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas
Lima dari enam informan menyatakan sebelum membeli makanan mereka selalu memeriksa label yang berada di kemasan makanan, seperti batas tanggal kadaluwarsa
expired, komposisi makanan, serta tanda halal. Sedangkan seorang informan laki-laki dengan status gizi kurang menyatakan bahwa ia tidak pernah memperhatikan label di
kemasan makanan yang akan ia beli. Berikut kutipannya : “ Gak pernah. Makanan yang mau dibeli apa.” Informan IS
“ Ada pengawetnya apa gak, sama kapan batas kadaluwarsanya.” Informan RW
“ Bahan-bahan, tanggal kadaluwarsa, sama tanda halal.” Informan BM Perilaku gizi yang dilakukan informan berdasarkan pengetahuan gizi yang
mereka miliki, dan akhirnya mereka aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Berikut kutipannya :
“ Klo makan ya yang seimbang, 4 sehat 5 sempurna. Ya klo cari makanan yang bersih, yang sehat, gak ada pengawetnya. Ya kan kita dah banyak tau dari TV,
orang tua, ya kita praktekin buat kehidupan kita sendiri.” Informan NA
“ Klo cari makanan cari tempatnya yang bersih, gak dihinggapi lalat. Terus juga olah raga biar sehat.” Informan FD
“ Beli makanan tempatnya yang bersih. Terus makan makanan yang sehat, yang seimbang.” Informan IS
“ Klo makan jangan berlebihan, makanannya yang sehat.” Informan RW
Akan tetapi pada informan yang telah diobservasi, tidak satupun dari ketiga informan yang memperhatikan label pada kemasan makanan yang mereka beli, Baik
pada observasi I maupun II.
5.3.2 Informan Pendukung