Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut pedoman umum gizi seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta tahun 2009

(1)

PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Mayarakat (SKM)

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

OLEH :

CORY AULIYA FAUZI NIM : 105101003222

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M


(2)

PADA SISWA SMPN 107 JAKARTA TAHUN 2009

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

OLEH :

CORY AULIYA FAUZI NIM : 105101003222

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M


(3)

Skripsi ini bukanlah karya yang sempurna Akan tetapi memiliki makna yang besar untukku Di dalam prosesnya mengajarkan banyak hal bagiku

Kesabaran, ketulusan, keikhlasan, pengorbanan, dan keyakinan

Semoga ini tidak menjadi karya terakhirku

Akan tetapi menjadi motivasi untuk membuat karya-karya yang lain Semangat untuk terus belajar dan berjuang

Agar semua ilmu yang kumiliki dapat kuamalkan Hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT

Sebagai tanda rasa syukur atas segala anugerah-Mu

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua, sdik-sdikku, keluarga besarku, dan semua orang yang kusayangi dan menyayangiku, serta untuk semua orang yang selalu ingin berjuang, belajar, dan meningkatkan kemampuan diri untuk maju menjadi seseorang yang lebih baik….


(4)

Skripsi, Februari 2010

Cory Auliya Fauzi, NIM : 105101003222

Analisis Pengetahuan dan Perilaku Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2010

xix + 232 halaman, 12 tabel, 2 bagan, 12 lampiran ABSTRAK

Pada masa globalisasi saat ini remaja sedang mengalami permasalahan gizi ganda, salah satunya anemia belum dapat teratasi baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas (2008), prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan gemuk sebesar 9,5 % pada laki-laki dan 6,4 % pada anak perempuan. Prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan kurus pada tahun 2007 sebesar 13,3 % pada laki-laki dan 10,9 % pada perempuan. Sedangkan prevalensi kejadian anemia pada anak usia sekolah di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 12,8 %. Remaja yang mengalami masalah gizi, akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia dimana dapat berakibat pada hilangnya generasi muda (loss generation) serta berdampak pada keadaan perekonomian bangsa (loss economic) di masa mendatang.

Menurut hasil observasi awal yang dilakukan pada 11 siswa didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009. PUGS terdiri dari : 1. Makanlah aneka ragam makanan. 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. 5. Gunakan garam beryodium. 6. Makanlah makanan sumber zat besi. 7. Berikan Air Susu Ibu saja sampai 6 bulan dan tambahkan Makanan Pendamping-Air Susu Ibu sesudahnya. 8. Biasakan makan pagi. 9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya. 10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur. 11. Hindari minum-minuman beralkohol. 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, pola konsumsi keluarga, serta


(5)

iii

data Fokus Grup Diskusi, wawancara mendalam, dan observasi. Informan penelitian ini terdiri dari informan utama, yaitu 12 informan Fokus Grup Diskusi, 6 informan Wawancara Mendalam, dan 3 informan observasi dimana masing-masing informan untuk setiap teknik berbeda. Dan informan pendukung yang terdiri dari 6 keluarga dan 6 teman sebaya dari informan utama yang diwawancara mendalam serta 1 penjual kantin.

Hasil penelitian yang diperoleh didapat gambaran bahwa pengetahuan sebagian besar informan tentang gizi seimbang menurut PUGS khususnya untuk pesan no 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 dari PUGS cukup baik karena informan telah mengetahui berbagai macam bahan makanan dari masing-masing zat gizinya (karbohidrat, protein, dan lemak), jenis-jenis zat gizi sesuai macamnya, manfaat serta akibat dari konsumsi yang berlebih dan konsumsi yang kurang dari masing-masing zat gizi. Akan tetapi pengetahuan tentang lemak dan porsi masing-masing jenis makanan masih kurang. Terlebih seluruh informan tidak mengetahui bahkan tidak pernah mendengat PUGS. Sedangkan untuk pesan no 5 dan 6 dari PUGS masih sangat kurang, dimana informan hanya tahu yodium untuk mencegah penyakit gondok tetapi tidak mengetahui berapa konsumsi garam yang ideal dalam satu hari serta akibat dari konsumsi garam yang berlebih untuk kesehatan. Selain itu informan juga tidak tahu tentang zat besi. Secara umum sebagian besar pola makan keluarga informan Wawancara Mendalam telah sesuai dengan PUGS yang meliputi pesan 1, 5, 8, 9, 10, 11, 12. Akan tetapi untuk pengaplikasian pesan 13 masih kurang baik. Sedangkan untuk kesesuaian perilaku dengan pesan 2, 3, 4, dan 6 tidak dapat diketahui oleh peneliti karena kurang dalamnya informasi yang digali oleh peneliti pada informan. Dan untuk pesan no. 7 terlupa peneliti tanyakan kepada informan pendukung. Perilaku gizi seimbang informan dari informan Wawancara Mendalam dan observasi menurut PUGS secara umum masih kurang sesuai, khususnya untuk pesan no. 2, 3, 4, 6, 12, dan 13 dari PUGS. Hal ini dikarenakan karena sebagian besar dari mereka tidak mengetahui porsi yang ideal untuk setiap zat yang disesuaikan dengan kebutuhan gizinya dalam satu hari. Selain itu ada dua informan yang walaupun telah memiliki pengetahuan yang cukup baik dan keluarga yang selalu menyediakan makanan yang bergizi, tetapi memiliki pola makan yang kurang seimbang karena tidak menyukai sayur dan protein nabati seperti tahu dan tempe sejak kecil dikarenakan tidak menyukai rasa dan tidak dapat menelan makanan tersebut. Sedangkan untuk pesan no 1, 5, 8, 9, 10, dan 11 PUGS sudah cukup baik karena telah diaplikasikan oleh sebagian besar informan pada kehidupan sehari-harinya.


(6)

Undergraduated Thesis, February 2010 Cory Auliya Fauzi, NIM: 105101003222

Knowledge and Behavior Analysis Balanced Nutrition General Nutrition Guidelines According Balanced (PUGS) of Student SMP 107 Jakarta in 2010

xix + 232 pages, 12 tables, 2 charts, 12 appendices ABSTRACT

In the globalization era, teenager’s experiencing double nutritional problem’s, one of the problems is anemia that until now not yet resolved in the world and in Indonesia. Based on Riskesdas (2008), the prevalence of school-age children (age 6 - 14 years) having a weight that categorize as fat are 9.5% of boys and 6.4% of girls. The prevalence of school-age children (age 6 - 14 years) who have weight that categorize as skinny in 2007 is 13.3% of male and 10.9% of female. While the prevalence of children that have anemia in school age in Indonesia during 2007 are 12.8%. Teenagers who have nutritional problems, will affect the quality of human resources in which may result in losing the young generation, as well as impact on the national economy in the future.

According to early observations made on 11 students we got the picture that they all don’t know about PUGS as guidelines for a balance nutrition, they are more familiar with the term "4 Healthy 5 Perfect" which are no longer used as a guidelines to have a balance nutrition. Also based on researcher internship experience, it is shown that health educations, especially education about nutrition in schools in the area of Public Health Service (Puskesmas) District Pasar Minggu the proportion is very small compared to other health problems such as reproductive health and Drugs (Narcotics, Psychotropic and Addictive Substance).

The general objective of this study is to analyze the nutrition knowledge and behavior of Balance Nutrition according to the General Guidelines for Balanced Nutrition (PUGS) in junior high school 107 Jakarta’s students in 2009. PUGS consist of: 1. Eat a variety of foods. 2. Eat enough food to meet energy sufficiency. 3. Eat a carbohydrate food half of our energy sufficiency. 4. Limit your consumption of fat and oil up to a quarter of energy sufficiency. 5. Use of iodized salt. 6. Eat the food sources of iron. 7. Give only Mother's Milk to baby up to 6 months and add to food-Mother's Milk Mate afterwards. 8. Having a breakfast. 9. Drink water that clean and in sufficient amount. 10. Perform regular physical activity (sport). 11. Avoid alcohol drink. 12. Eat food that is safe for health. 13. Read labels on packaged foods. The specific objective of this study was to determine the level of knowledge’s, the pattern of family consumption, as well as balanced nutrition behavior based on General Guidelines of Balanced Nutrition (PUGS) in Junior High School 107 Jakarta’s students in 2009.


(7)

v

study consisted of main informants, which is 12 informants in Focus Group Discussion, 6 informant of deep interview, and 3 informants observations where each informant dedicated for each technique. Supporting informants that consist of 6 families, 6 peers from main informant who were in deep interview session and 1 canteen seller.

The result of this research result indicates that most of informants knowledge about balanced nutrition by PUGS especially for point number 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, and 13 of the PUGS is good enough because the informant knows various kinds of food from each nutrient (carbohydrate, protein, and fat), many kinds of nutrients according to its category, benefits and the consequences of excessive consumption and less consumption of each nutrient. But knowledge about fat and portions of each food type still lack. Moreover, all informants never know about PUGS. While for the point number 5 and 6 of the PUGS is still lacking, where the informant only knew iodine to prevent goiter but do not know what the ideal consumption of salt in a day and the consequences of excessive salt consumption for health. In addition informants also did not know about iron. In general, most of the family diet of depth interview informants in accordance with PUGS which includes points 1, 5, 8, 9, 10, 11, 12. But for the application of the point 13 is still not good enough. While for the appropriateness of behavior with points 2, 3, 4, and 6 can’t be known by the researchers due to lack of information gets from informant. And for point no. 7 researcher forget to ask supporters informants. Balanced nutrition behavior of informant depth interview and observations of PUGS in general didn’t expectation, especially for point no. 2, 3, 4, 6, 12, and 13 of the PUGS. This is because as most of them do not know the ideal portions for any substance that is needs in a day. In addition there are two informants who already have good knowledge and its family always provides good food nutritious, but has a less balanced diet due to didn’t like vegetables and vegetable proteins such as tofu and tempe since its childhood hate the taste and can’t swallow these foods. While for the point number 1, 5, 8, 9, 10, and 11 of PUGS already applied by most informants in their daily lives.


(8)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini bukanlah karya yang sempurna Akan tetapi memiliki makna yang besar untukku Di dalam prosesnya mengajarkan banyak hal bagiku

Kesabaran, ketulusan, keikhlasan, pengorbanan, dan keyakinan

Semoga ini tidak menjadi karya terakhirku

Akan tetapi menjadi motivasi untuk membuat karya-karya yang lain Semangat untuk terus belajar dan berjuang

Agar semua ilmu yang kumiliki dapat kuamalkan Hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT

Sebagai tanda rasa syukur atas segala anugerah-Mu

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua, sdik-sdikku, keluarga besarku, dan semua orang yang kusayangi dan menyayangiku, serta untuk semua orang yang selalu ingin berjuang, belajar, dan meningkatkan kemampuan diri untuk maju menjadi seseorang yang lebih baik….


(9)

Alhamdulillahhirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyususnan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam.

Dengan penuh kesadaran, penulis yakin masih banyak yang harus diperbaiki dalam proses penyusunan skripsi ini. Selama proses penyusunan skripsi, banyak pihak yang turut membantu dan memberikan petunjuk, dorongan, semangat, dan motivasi kepada penulis. Sehingga pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. DR (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat beserta staff dan segenap Bapak/Ibu dosen Prodi Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu yang telah diberikan.

3. Febrianti, M.Si, selaku Penanggung Jawab Peminatan Gizi Masyarakat dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan sabar serta tak henti-hentinya memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi.


(10)

dalam penyusunan skripsi, Salam Takzim Pak....

5. Dra. Ida Farida, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMPN 107 Jakarta yang telah memberikan izin dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

6. Guru dan staff SMPN 107 Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak H. Sriyono dan Mama Rianing terima kasih atas semua pengorbanan, dukungan, cinta, ketulusan, doa, dan segalanya yang telah kalian berikan. I Love You Paa, Maa...

8. Pakde Dibyo dan Bude Labibah yang telah banyak membantu dalam membiayai kuliahku serta tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa, dan motivasi padaku. 9. Almarhumah mbahku tercinta, Mbah Turni Pomo yang semasa hidupnya begitu

menyayangi, mencintaiku dan tak henti-hentinya memberikan doa, semangat, motivasi, dan pelajaran hidup untuk selalu dan terus berjuang dan berusaha. I Love You Mbah...

10.Adik-adikku tercinta, Nurul dan Mbeet yang telah memberikan semangat dan motivasi. I Love You...

11.Seluruh keluarga besarku, bu de’, pa’ de,bu le’, om, mas, tante, kakak maupun adik sepupuku. Terima kasih atas segala doa dan dukungannya.


(11)

xii

senang. Sahabat yang selalu memberikan kritikan, masukan, nasehat, motivasi, serta semangat. Thank You Guys..Love You Forever....

13.Sahabat dan teman seperjuanganku Yuni, Dilla, Ella, Ida, Ay, dan teman-teman lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu...chayoo guys..Semoga kebersamaan ini akan menjadi kenangan yang tidak akan pernah terlupakan...

14.Teman-teman jurusan Gizi dan K3 angkatan 2005, banyak kenangan yang telah kita lalui bersama, suka duka itu akan menjadi kenangan terindah kita baik kemarin, sekarang, maupun esok hari.

Dengan memohon doa kepada Allah SWT penyusun berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua...Amin.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 4 Februari 2010


(12)

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... vi

PENGESAHAN PANITIA SIDANG... vii

RIWAYAT HIDUP... viii

LEMBAR PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR BAGAN... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

DAFTAR SINGKATAN... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah. ... 8

1.3 Pertanyaan Penelitian. ... 9

1.4 Tujuan ... 9

1.4.1Tujuan Umum. ... 9

1.4.2Tujuan Khusus ... 9

1.5 Manfaat ... 10

1.5.1Manfaat Bagi Remaja... 10

1.5.2Manfaat Bagi Institusi Pendidikan ... 10

1.5.3...M anfaat Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12


(13)

2.2...P

edoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) ... 13

2.1.1...S ejarah Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) ... 13

2.1.2...P edoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Indonesia... 14

2.3...P erilaku Gizi Seimbang... 38

2.4...F aktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Gizi Seimbang ... 40

2.5...T eori Perilaku Gizi Seimbang ... 48

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH... 50

3.1...K erangka Pikir... 50

3.2...D efinisi Istilah ... 52

BAB IV METODE PENELITIAN... 54

4.1 Metode Penelitian ... 54

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

4.3 Informan Penelitian... 54

4.4 Instrumen Penelitian ... 56

4.5 Sumber Data... 57

4.6 Teknik Pengumpulan Data... 57

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 59

4.5.1Sumber Data... 59

4.5.2Cara dan Alat Pengumpulan Data ... 59

4.8 Pengolahan Data ... 61


(14)

4.11 Penyajian Data ... 62 BAB V HASIL PENELITIAN... 63 5.1...G

ambaran Umum SMPN 107 Jakarta ... 63 5.1.1 Gambaran Kantin SMPN 107 Jakarta... 64 5.2...K

arakteristik Informan ... 65 5.2.1 Informan Utama ... 65 5.2.2 Informan Pendukung ... 71 5.3...H

asil Penelitian... 76 5.3.1 Informan Utama ... 76

5.3.1.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009 Tentang Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)... 76 5.3.1.2 Gambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa

SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 ... 101 5.3.1.3 Gambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman

Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 ... 106 5.3.2 Informan Pendukung... 151 5.3.2.1...T

eman Sebaya ... 151 5.3.2.2 Keluarga... 158 5.3.2.3...P

enjual Kantin SMPN 107 Jakarta ... 162 BAB VI PEMBAHASAN... 165


(15)

6.2...G ambaran Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 107 Jakarta 2009 tentang Gizi Seimbang Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) ... 166 6.3...G

ambaran Pola Konsumsi Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009... 187 6.4...G

ambaran Perilaku Gizi Seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 .. 189 BAB VII PENUTUP... 225 7.1...K

esimpulan ... 225 7.2...S

aran ... 226 DAFTAR PUSTAKA... 228 LAMPIRAN


(16)

Nama Tabel Halaman

Tabel 2.1 Sumber Energi per Gram Zat Gizi... 18

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Tahun 2004 Bagi Orang Indonesia ... 19

Tabel 4.1 Daftar Informan Penelitian ... 56

Tabel 4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 59

Tabel 5.1 Karakteristik Informan Utama pada Wawancara Mendalam Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009... 66

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Utama pada FGD I Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 ... 67

Tabel 5.3 Karakteristik Informan Utama pada FGD II Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 ... 69

Tabel 5.4 Karakteristik Informan Utama pada Observasi Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009... 70

Tabel 5.5 Karakteristik Informan Pendukung Teman Sebaya dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009... 72

Tabel 5.6 Karakteristik Informan Pendukung Keluarga dari Siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009... 73

Tabel 5.7 Informan Pendukung Penjual Kantin di SMPN 107 Jakarta ... 75

Tabel 5.8 Hasil Observasi Pada Siswa SMPN 107 Jakarta ... 127


(17)

Nama Bagan Halaman Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 48 Bagan 3.1 Kerangka Pikir ... 51


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Fakultas ... 1

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian SMPN 107 Jakarta ... 2

Lampiran 3 Panduan FGD untuk Siswa... 3

Lampiran 4 Panduan Wawancara Mendalam untuk Siswa... 5

Lampiran 5 Panduan Wawancara Mendalam untuk Teman ... 7

Lampiran 6 Panduan Wawancara Mendalam untuk Keluarga... 9

Lampiran 7 Panduan Observasi ... 11

Lampiran 8 Matriks FGD I ... 12

Lampiran 9 Matriks FGD II ... 17

Lampiran 10 Matriks Wawancara Mendalam untuk Siswa ... 22

Lampiran 11 Matriks Wawancara Mendalam untuk Teman... 40

Lampiran 12 Matriks Wawancara Mendalam untuk Keluarga ... 42


(19)

xx FGD : Fokus Grup Diskusi IMT : Indeks Massa Tubuh

NAPZA : Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif

NHANES : National Health And Nutrition Examination Surveys NIN : Nine Inch Nails

PDGS : Pesan Dasar Gizi Seimbang

PMT-AS : Pemberian Makanan Tambahan – Anak Sekolah PUGS : Pedoman Umum Gizi Seimbang

RWJF : Robert Wood Johnson Foundation SMPN : Sekolah Menengah Pertama Negeri TFAH : Trust for America's Health


(20)

1 1.1. Latar Belakang

Remaja merupakan penerus bangsa dalam pembangunan nasional. Sudah pada tempatnya perlu mendapatkan pembinaan dan peningkatan taraf kesehatannya, agar kelangsungan hidup dan perkembangannya baik fisik maupun mental yang dikenal sebagai proses tumbuh kembang dapat berlangsung secara optimal. Salah satu faktor lingkungan fisik yang amat penting agar tumbuh kembang anak berlangsung secara optimal adalah zat gizi yang harus dicukupi oleh makanan anak sehari-hari (Sayogo, 2006).

Pada masa globalisasi saat ini remaja sedang mengalami permasalahan gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Selain kedua masalah tersebut, kejadian anemia juga menjadi salah satu masalah yang belum dapat teratasi baik di dunia maupun di Indonesia.

Obesitas (IMT > 30) merupakan masalah kesehatan pada anak, remaja, dan dewasa di Amerika Serikat. Telah dilaporkan dari survey National Health And Nutrition Examination Surveys (NHANES) bahwa prevalensi obesitas pada pria tahun 2003 – 2004 adalah 21,1 %, pada tahun 2005 – 2006 adalah 33,2 %, dan pada tahun 2005 – 2006 adalah 35,3 %. Pada anak dan remaja usia 2 – 19 tahun, prevalensi obesitas pada tahun 2003 – 2006 adalah 16,3 % (Wargahadibrata, 2009). Menurut WHO, 1 dari 10 anak sekolah mengalami kegemukan. Sekitar 30 juta sampai 45 juta anak yang


(21)

menderita obesitas. Diperkirakan 2 – 3 persennya berusia 5 – 17 tahun (Rukmini, 2009). Sedangkan menurut Trust for America's Health (TFAH) dan Robert Wood Johnson Foundation (RWJF) (2009), prevalensi obesitas di Mississipi, Amerika pada anak-anak usia 10 – 17 tahun sebesar 44, 4 %.

Studi di Nigeria memperlihatkan bahwa prevalensi remaja yang mengalami underweight sebesar 25,8 pada laki-laki, sedangkan pada perempuan sebesar 10,6 % (Funke, 2008).

Selain obesitas dan underweight, anemia gizi akibat kekurangan zat besi adalah masalah gizi yang paling lazim di dunia saat ini dan belum dapat terselesaikan. Dalam salah satu survei Nine Inch Nails (NIN) (1994) melaporkan bahwa 70 persen dari remaja putri di India menderita anemia. Sedangkan dalam penelitian lain di Nepal, terlihat bahwa jumlah remaja wanita yang mengalami anemia sebanyak 68,8 % (Gupta, 2002). Gupta (2002) juga menyebutkan bahwa beberapa studi di negara lain memperlihatkan prevalensi anemia remaja wanita di negara maju cukup tinggi, seperti di Inggris sebesar 10,5 % ; Amerika Serikat 5,9 % ; dan Norwegia 4 %.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan gemuk sebesar 9,5 % pada laki-laki dan 6,4 % pada anak perempuan. Dimana prevalensi berat badan gemuk tertinggi ditemukan di Sumatera Selatan pada anak laki-laki sebesar 16 % dan pada anak perempuan di NAD sebanyak 12 %. Prevalensi berat badan gemuk terendah ditemukan di NTT baik pada anak laki-laki sebanyak 4,6 % dan perempuan sebanyak 3,2 % (Riskesdas, 2008).


(22)

Prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan kurus pada tahun 2007 sebesar 13,3 % pada laki-laki dan 10,9 % pada perempuan. Dimana Nusa Tenggara Timur mempunyai prevalensi kurus tertinggi baik pada anak laki-laki (23,1 %) maupun pada anak perempuan (19,1 %). Sedangkan prevalensi kurus terendah di Bali, yaitu 8,3 % pada anak laki-laki dan 6,9 % pada anak perempuan (Riskesdas, 2008).

Sedangkan prevalensi kejadian anemia pada anak usia sekolah di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 12,8 % dimana Sulawesi Tenggara menempati peringkat tertinggi (34,7 %) dan Sulawesi Utara menempati peringkat terendah (3 %) (Riskesdas, 2008).

Khusus di Jakarta, prevalensi yang memiliki berat badan gemuk pada anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) sebesar 12 % pada anak laki-laki dan 8,4 % pada anak perempuan. Untuk prevalensi anak usia sekolah (usia 6 – 14 tahun) yang memiliki berat badan kurus sebesar 14,9% pada anak laki-laki dan 10,6 % pada anak perempuan. Sedangkan kejadian anemia di Jakarta mencapai 19,7 % (Riskesdas, 2008).

Remaja yang mengalami masalah gizi, akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia (SDM) dimana dapat berakibat pada hilangnya generasi muda (loss generation) serta berdampak pada keadaan perekonomian bangsa (loss economic) di masa mendatang.

Masalah gizi ganda pada remaja terjadi dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Arisman, 2004). Terlebih pada masa ini remaja sedang mengalami masa pencarian jati diri yang sesuai untuk mereka, dimana mereka mulai ”meniru” sosok orang lain yang


(23)

menjadi panutan untuk mereka. Begitupula dalam hal pola makan. Kemudian Sianturi (2003) menambahkan bahwa usia remaja merupakan masa pencarian identitas, ingin merasa diterima oleh teman sebaya, dan keinginan untuk menarik lawan jenis. Berdasarkan hal tersebut remaja sangat menjaga penampilan dengan cara diet. Tentu saja hal ini berpengaruh terhadap pola makan mereka. Banyak remaja yang hanya makan sehari saja karena takut gemuk. Selain itu kebiasaan konsumsi makanan jajanan yang rendah gizi, kebiasaan konsumsi makanan cepat saji, kebiasaan tidak sarapan pagi, dan malas minum air putih.

Terlebih arus globalisasi saat ini sudah tidak bisa dibendung lagi termasuk dalam pergeseran pola konsumsi di Indonesia, dimana dapat dilihat adanya kecenderungan pola konsumsi makanan impor terutama jenis makanan siap santap (fast food) yang meningkat dan menurunnya kecintaan terhadap makanan tradisional. Makanan modern memiliki daya pikat karena dikemas sedemikian rupa sehingga lebih praktis, cepat dalam penyajian, dan mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Akan tetapi makanan tersebut memiliki keterbatasan dalam kandungan zat gizi terlebih tingginya kandungan lemak dan kolesterol dan jika sering dikonsumsi secara berlebihan dan berkesinambungan dapat mengakibatkan masalah gizi lebih dan kemungkinan konsekuensi kegemukan, hipertensi, gangguan jantung koroner, dan lain sebagainya.

Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan gizi yang dimiliki oleh remaja yang disebabkan penyampaian informasi kesehatan pada remaja saat ini banyak yang tidak benar, tidak tepat, kurang lengkap bahkan menjerumuskan. Terlebih pada golongan remaja, mereka sudah lebih aktif memilih makanan yang disukai, kebutuhan


(24)

energi merekapun lebih besar karena aktivitas fisik mereka lebih banyak, seperti olah raga, bermain, sekolah, membantu orang tua, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu sangat penting bagi mereka untuk mendapatkan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi (Almatsier, 2003).

Gaya hidup yang tidak sehat tidak muncul langsung pada saat dewasa tetapi sudah dimulai sejak remaja (WHO, 2003). Untuk itu pengenalan gaya hidup sehat melalui pola konsumsi dengan gizi seimbang harus dimulai sejak dini untuk mencegah masalah gizi ganda. Dengan demikian upaya untuk mengoreksi masalah gizi ganda tersebut sebaiknya dilakukan dengan pendekatan pemberian informasi tentang perilaku gizi seimbang yang baik dan benar (Depkes, 2003a). Oleh sebab itu Departemen Kesehatan RI mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang berisi 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS).

Menurut Susanto (2002) dalam perjalanan usianya yang ke-7 di Tahun 2002 kemarin PUGS terasa belum cukup “membumi” apalagi digunakan sebagai sarana penyuluhan di tingkat “akar rumput”. Diungkapkan bahwa kadar ilmiah isi dan kata-kata serta uraian yang terkandung dalam PUGS relatif tinggi sehingga masyarakat kurang


(25)

mengenal pesan-pesan PUGS dibandingkan dengan slogan “4 Sehat 5 Sempurna”. Dalam penelitian Muhammad (2001) pada siswi SMUN 26 dan SMUN 37 Tebet Jakarta Selatan, dapat disimpulkan bahwa perilaku gizi responden sesuai dengan PUGS yang memiliki kategori kurang sebesar 55,1 %. Dalam penelitian ini pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku siswi tentang 13 PDGS.

Penelitian Umrin (2007) pada siswa SMAN 1 Depok, menyimpulkan bahwa responden yang memiliki kecukupan energi < AKG sebesar 52,1 %, responden yang memiliki kecukupan protein > AKG sebesar 84,4 %, dan responden yang memiliki pemenuhan energi dari lemak > 30 % sebesar 65,6 %, responden yang memiliki pemenuhan energi dari karbohidrat cukup sebesar 60 %, dan responden yang memiliki kecukupan Fe < AKG sebesar 87,5 %. Dalam penelitian ini jenis kelamin memiliki hubungan bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir ke-6 PDGS (Makanlah makanan sumber zat besi) dan butir ke-12 PDGS ( Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan) ; pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir ke-3 PDGS ( Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi) dengan; teman sebaya memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir ke-4 PDGS ( Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi) dan butir ke-12 PDGS (Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan); pendidikan ayah memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku gizi sesuai butir 2 PDGS (Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi).

Penelitian Afianti (2008) pada mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB, dapat disimpulkan bahwa perilaku mahasiswa kurang


(26)

sesuai dengan PUGS sebesar 59,3 %. Sedangkan pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna terhadap praktek mahasiswa tentang pesan-pesan PUGS. Selain itu praktek tentang pesan-pesan PUGS juga dipengaruhi oleh pendidikan ayah, keikutsertaan organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, serta akses informasi pangan dan gizi.

Menurut hasil observasi awal yang dilakukan pada 11 siswa SMPN 107 pada tanggal 8 Juni 2009 didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

Sesuai dengan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta. Hal ini dikarenakan siswa SMP merupakan kelompok usia remaja awal yang sudah mulai memiliki kebebasan dan kemandirian untuk membuat keputusan pribadi.

Untuk kriteria pemilihan tempat penelitian, peneliti menentukan berdasarkan pertimbangan urutan peringkat sekolah yang dilihat dari nilai Ujian Nasional (UN) Tahun 2007/2008. Dalam penelitian ini, peneliti mempertimbangkan bahwa sebagian besar siswa bukan merupakan populasi yang dapat mempraktikkan isi pesan ke-7 tentang pemberian ASI eksklusif, maka peneliti tidak mengikutsertakan pesan ke-7


(27)

tersebut dalam penelitian. Sehingga peneliti akan melakukan penelitian tentang “ Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 ”.

1.2. Perumusan Masalah

Pada masa globalisasi saat ini remaja sedang mengalami permasalahan gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih yang belum dapat teratasi baik di dunia maupun di Indonesia. Terlebih lagi masalah anemia pada remaja yang hingga saat ini belum juga dapat terselesaikan.

Hal itu terjadi dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Arisman, 2004). Pola makan remaja saat ini cenderung tinggi lemak dan kolesterol tetapi rendah serat sehingga menyebabkan tingginya kejadian obesitas pada remaja di Indonesia. Selain itu saat ini banyak remaja yang mengalami kecemasan akan bentuk tubuhnya sehingga membuat remaja sengaja tidak makan sehingga mereka mengalami kurang gizi. Selain mengalami underweight merekapun juga mengalami anemia. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan gizi yang dimiliki oleh remaja yang disebabkan penyampaian informasi kesehatan pada remaja saat ini banyak yang tidak benar, tidak tepat, kurang lengkap bahkan menjerumuskan.

Menurut hasil observasi awal yang dilakukan pada 11 siswa SMPN 107 pada tanggal 8 Juni 2009 didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS atau 13 PDGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain


(28)

itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2007 proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) dimana hanya 1 sekolah yang diberikan penyuluhan tentang gizi seimbang dari 14 sekolah yang diberikan penyuluhan.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 tentang gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) ?

2. Bagaimana gambaran pola konsumsi keluarga dari siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009 ?

3. Bagaimana gambaran perilaku gizi seimbang siswa SMPN 107 Jakarta menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Tahun 2009 ?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa SMPN 107 Jakarta 2009 tentang gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).


(29)

2. Mengetahui gambaran pola konsumsi keluarga dari siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009.

3. Mengetahui gambaran perilaku gizi seimbang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Remaja

Memberikan informasi mengenai gizi seimbang melalui Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sehingga nantinya dapat dijadikan pedoman/acuan untuk berperilaku hidup sehat melalui konsumsi makanan yang seimbang oleh para remaja khususnya para siswa di SMPN 107 Jakarta agar memiliki berat badan yang ideal.

1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah agar lebih mengembangkan kegiatan promotif kesehatan di sekolah khususnya dalam bidang gizi.

1.5.3 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Memberikan hasil penelitian tentang gizi seimbang pada fakultas sehingga dapat dijadikan refensi untuk penelitian selanjutnya dengan desain dan metode yang berbeda.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada siswa SMPN 107 di Jakarta Tahun 2009 yang dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember


(30)

Tahun 2009. Faktor-faktor yang diteliti adalah pengetahuan gizi, perilaku gizi siswa, dan pola makan keluarga. Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan hasil observasi awal pada 11 siswa SMPN 107 pada tanggal 8 Juni 2009 didapatkan gambaran bahwa mereka semua tidak mengenal PUGS sebagai pedoman gizi seimbang, mereka lebih mengenal istilah “4 Sehat 5 Sempurna” yang sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman gizi seimbang. Selain itu berdasarkan hasil pengalaman magang peneliti, dapat terlihat bahwa pendidikan kesehatan khususnya penyuluhan tentang gizi di sekolah dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2007 proporsinya masing sangat sedikit dibandingkan dengan masalah kesehatan lain seperti kesehatan reproduksi dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) dimana hanya 1 sekolah yang diberikan penyuluhan tentang gizi seimbang dari 14 sekolah yang diberikan penyuluhan.

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syahid Jakarta dengan pendekatan kualitatif dan teknik penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam (Indepth Interview), FGD (Fokus Grup Diskusi), dan observasi sebagai data primer, sedangkan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data profil sekolah serta data siswa. Informan dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 107 Jakarta sebagai informan utama dan teman sebaya serta keluarga dari siswa SMPN 107 Jakarta yang menjadi informan utama wawancara mendalam. Selain itu terdapat pula pedagang kantin SMPN 107 Jakarta yang dijadikan sebagai informan pendukung.


(31)

2.1. Remaja

Remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah (Depkes, 2003b). Sedangkan menurut Soetjiningsih (2004) remaja adalah individu baik pria atau wanita yang berada pada masa/usia antara anak-anak dan dewasa.

Perkembangan remaja menuju dewasa melalui tiga tahapan yaitu masa remaja awal/dini (early adolescence) usia 11-13 tahun, masa remaja pertengahan (middle adolescence) usia 14-16 tahun, dan masa remaja lanjut (late adolescence) usia 17-20 tahun. Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahapan mempunyai ciri tersendiri tapi tidak mempunyai batas yang jelas karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan (Soetjiningsih, 2004). Sedangkan Zamel dan Levin dalam Krummel (1996), membagi usia remaja dalam tiga tahapan, yaitu awal masa remaja usia 12-14 tahun, pertengahan remaja usia 15-17 tahun, dan akhir masa remaja usia 18-21 tahun.

Menurut Krummel (1996), masa remaja merupakan periode pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan.

Selama masa adolescence, terjadi perubahan-perubahan tubuh secara fisik yang diakibatkan pengaruh hormonal. Pertumbuhan ditinjau dari tinggi dan berat badan bersifat akselerasi tinggi mendahului masa pubertas dan kemudian menjadi semakin lambat sampai berhentinya pertumbuhan tulang. Fase pertumbuhan tercepat pada masa


(32)

adolesense ini dikenal sebagai growth spurs dan titik tertinggi dari growth spurs / pacu tumbuh disebut masa puncak / peak (Sayogo, 2006). Perubahan biologi, sosial, psikologi dan kognitif yang terjadi selama remaja dapat berdampak terhadap status gizi. Pertumbuhan fisik yang cepat mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi dan zat gizi. Nutrisi yang baik selama remaja tidak hanya untuk pertumbuhan dan kesehatan yang optimal tetapi juga untuk pencegahan penyakit kronik (Krummel, 1996).

2.2. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

2.2.1 Sejarah Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)

Pedoman menu seimbang telah dikembangkan sejak tahun 1950. penciptanya adalah Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo yang telah mengakar di kalangan masyarakat luas dengan slogan "Empat Sehat Lima Sempurna" (Almatsier, 2003). Slogan "Empat Sehat Lima Sempurna" berisikan lima kelompok, yaitu: makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, dan susu. Dalam perjalanannya yang begitu sangat panjang, slogan dan logo tersebut banyak dikaji dan disoroti oleh para pemerhati. Sesuai dengan salah satu hasil rekomendasi Kongres Gizi Internasional di Roma tahun 1992 (delegasi Indonesia ikut serta) yang menganjurkan setiap negara menyusun pedoman umum gizi seimbang (PUGS), Indonesia melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan (Depkes), meresponsnya.

Pada tahun 1993 pemerintah Indonesia menyiapkan rencana pembangunan lima tahun VI atau Repelita VI (1994-1998). Oleh suatu tim pakar disiapkan suatu konsep pedoman gizi seimbang yang akan menjadi bagian dari kebijakan bidang pangan dan gizi. Sebagai tindak lanjut maka dibentuklah kelompok kerja lintas sektor guna


(33)

menyusun PUGS yang dimotori oleh Soekirman dan mendapat bantuan secara akademik dari Latham, seorang konsultan dari Universitas Cornell di Amerika Serikat. PUGS berisi 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS) yang diharapkan menjadi sarana, pedoman, atau acuan bagi provider dalam pendidikan gizi masyarakat dan sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat melalui konsumsi pangan seimbang. Kelahiran PUGS pada dasarnya merupakan suatu proses dinamisasi dan penjabaran secara operasional dari slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang berakar kuat di Indonesia (Susanto, 2002 dalam Sari, 2003).

2.2.2 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) di Indonesia

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) berisikan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang (PDGS), yaitu (Depkes, 2003b) :

1. Makanlah Aneka Ragam Makanan

Selama ini tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan; kecuali bayi usia 0 – 6 bulan yang cukup mengkonsumsi hanya Air Susu Ibu (ASI) saja (Depkes, 2003a).

Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya yang disebut triguna makanan yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu,


(34)

roti dan mie. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh (Depkes, 2003a).

Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaraman yang minimal. Yang ideal adalah jika setiap kali makan siang dan makan malam, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan makanan yang seimbang dan serat yang cukup (25 – 35 gram/hari) dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit degeneratif seperti misalnya, jantung koroner, darah tinggi, diabetes melitus, dan sebagainya (Depkes, 2003a). Menurut Almatsier (2003), kekurangan konsumsi serat dapat menimbulkan konstipasi, apendisitis, divertikulitis, hemoroid, diabetes mellitus, kanker kolon, penyakit jantung koroner, dan batu ginjal serta berbagai penyakit ganstrointestinal lainnya. Konsumsi yang berlebih dari serat, khususnya pada gum dan dedak serealia dapat memperlambat pengosongan lambung, yang menimbulkan rasa kenyang lebih besar dan keterlambatan penyampaian zat-zat gizi ke usus halus.


(35)

Serat juga dapat memperlambat absorbsi zat gizi dengan berat molekul rendah seperti gula, terutama di bagian bawah usus halus dimana viskositas meninkat karena absorbsi air dari usus. Menurut Almatsier (2003), tiap hari dianjurkan sayuran yang dikonsumsi terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran yang berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur yang dianjurkan sehari adalah sebanyak 150-200 gram atau 1 ½-2 mangkok sehari. Sedangkan untuk buah, dianjurkan dalam sehari sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong.

Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain. Dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan, setiap orang dapat mencapai masukan gizi yang lengkap sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari dari makanan lain (Depkes, 2003a).

2. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi

Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak (Depkes, 2003a). Setiap harinya tubuh memerlukan makanan yang memberikan cukup energi sesuai dengan kebutuhan badan. Energi dibutuhkan remaja untuk aktivitas fisik, angka metabolisme basal, dan untuk mendukung tumbuh dan kembang selama masa pubertas. Angka metabolisme basal berhubungan dengan jumlah lean body mass pada remaja. Kebutuhan energi remaja laki-laki lebih tinggi daripada remaja wanita karena untuk


(36)

peningkatan Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan lean body mass (Brown, 2005). Untuk menjaga kesehatan diperlukan adanya keseimbangan antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi yang dikeluarkan terutama untuk bergerak dan beraktivitas. Jika konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan maka akan terjadi kekurangan energi, maka cadangan energi di dalam tubuh yang berada dalam jaringan otak/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Jika hal tersebut terjadi terus-menerus, maka dapat menurunkan daya pikir, prestasi belajar, dan kreativitas bagi anak sekolah. Sedangkan bila konsumsi energi melalui makanan melebihi dari energi yang dikeluarkan maka akan terjadi kelebihan energi. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga bisa karena kurang gerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan fungsi tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier, 2003). Pada umumnya dalam makanan sehari-hari, dianjurkan proporsi karbohidrat terhadap total energi sebesar 50 – 60 %, protein 10 – 15 %, dan lemak 20 – 25 %. Karbohidrat, lemak, dan protein disebut makronutrient. Beberapa sumber energi yang terdapat dalam makanan dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini :


(37)

Tabel 2.1

Sumber Energi per Gram Zat Gizi

Availabilitas biologi energi Zar Gizi

Kal Joule

Karbohidrat 4 16,7

Protein 4 16,7 Lemak 9 37,7 Alkohol 7 29,3 Sumber :Sayogo, 2006

Kelebihan atau kekurangan karbohidrat, lemak dan protein berakibat buruk pada kondisi kesehatan. Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf. Karbohidrat memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses. Bila konsumsi KH kurang dari kecukupan yang seharusnya, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi utamanya sebagai zat pembangun. Selain itu juga akan menyebabkan konstipasi karena kurangnya karbohidrat, khususnya serat. Sedangkan seseorang yang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan akan menjadi gemuk karena sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi didalam jaringan lemak (Almatsier, 2003). Selain itu jika energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60 %, maka kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi (Depkes, 2003b).


(38)

Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan kegemukan (Depkes, 2003a).

Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan penurunan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tangguh. Selain itu, ia mudah terkena penyakit infeksi (Depkes, 2003b).

Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal. Pada orang dewasa, cara yang digunakan untuk memantau berat badan menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) sedangkan Kartu Menuju Sehat (KMS) digunakan untuk bayi, balita, anak sekolah, ibu hamil, dan lansia. Kegiatan penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan rutin sebulan sekali (Depkes, 2003b).

Berikut adalah tabel angka kecukupan gizi yang diperlukan oleh remaja untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka sesuai usianya.

Tabel 2.2

Angka Kecukupan Gizi Tahun 2004 Bagi Orang Indonesia Gol Usia Remaja BB (Kg) TB (Cm) Energi (Kkal) Protein (Gr) Fe (Mg) Vit A (RE) Vit E (Mg) Vit C (Mg) LAKI-LAKI

10 – 12 35 138 2050 50 13 600 11 50

13 – 15 46 150 2400 60 19 600 15 75


(39)

Gol Usia Remaja BB (Kg) TB (Cm) Energi (Kkal) Protein (Gr) Fe (Mg) Vit A (RE) Vit E (Mg) Vit C (Mg) WANITA

10 – 12 37 145 2050 50 20 600 11 50

13 – 15 48 153 2350 57 26 600 15 65

16 – 18 50 154 2200 50 26 600 15 75

Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi Tahun 2004

3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan Energi Porsi terbesar kebutuhan kalori tubuh dipenuhi oleh karbohidrat, yang juga merupakan komponen zat gizi/nutrient terbanyak dalam makanan sehari-hari dan terjangkau dalam masyarakat luas (Sayogo, 2006). Karbohidrat terdiri dari karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Yang termasuk karbohidrat sederhana, yaitu monosakarida, disakarida, gula alkohol, dan oligosakarida. Sedangkan karbohidrat kompleks terdiri dari polisakarida dan serat (Almatsier, 2003). Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama daripada karbohidrat sederhana, sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks orang tidak segera merasa lapar (Sayogo, 2006).

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula. Hasil olah bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, sirup, dan sebagainya. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit serta sayur kacang-kacangan relatif lebih banyak mengandung karbohidrat daripada sayur daun-daunan. Bahan makanan hewani seperti daging, ayam, ikan, telur, dan susu sedikit sekali mengandung karbohidrat. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan sagu. Makanan


(40)

sumber karbohidrat kompleks harus dibatasi konsumsinya sekitar 50-60 % dari kebutuhan energi atau setara dengan 3 – 4 piring nasi (1 piring = 200 gram). Dengan demikian kekurangan zat gizi yang lain dapat dipenuhi dari sumber zat gizi yang lain dapat dipenuhi dari sumber zat pembangun dan pengatur (Almatsier, 2003). Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks melebihi 60 % kebutuhan energi, maka kebutuhan protein, vitamin, dan mineral akan sulit dipenuhi. Adapun anjuran konsumsi makanan pokok sumber karbohidrat kompleks di Indonesia adalah 3-8 porsi per hari sesuai dengan porsi dalam daftar penukar bahan makanan (Depkes, 1995).

Konsumsi gula sebagai karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi lain. Konsumsi gula yang berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya zat gizi lain. Selain itu konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang yang berlebihan pula dan akan disimpan menjadi lemak dalam tubuh. Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5 % dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3 - 4 sendok makan setiap harinya (Depkes, 1995).

Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar otak dan sistem saraf. Selain itu karbohidrat memiliki fungsi sebagai berikut: sumber energi, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses (Almatsier, 2003).


(41)

Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama daripada karbohidrat sederhana. Sehingga jika seseorang mengkonsumsi karbohidrat kompleks, maka tidak cepat merasa lapar. Sedangkan gula atau karbohidrat sederhana langsung dapat diserap tubuh sebagai energi, sehingga cepat menimbulkan rasa lapar. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebihan dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung terus-menerus maka dapat mengakibatkan kegemukan (Depkes, 1995).

4. Batasi Konsumsi Lemak Dan Minyak Sampai Seperempat Dari Kecukupan Energi

Tubuh manusia membutuhkan lemak dan asam lemak esensial untuk tumbuh dan berkembang. Yang termasuk asam lemak essensial adalah asal lemak omega 3 (asam linolenat) dan asam omega 6 (asam linoleat). Asam amino essensial yang terdapat dalam protein maupun asam lemak essensial tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia, sehingga harus didapatkan dari makanan sehari-hari (Sayogo, 2006).

Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan. Yaitu lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewani (Depkes, 1995).


(42)

Dietary References Intake’s (DRI’s) merekomendasikan bahwa anak-anak dan remaja mengkonsumsi sedikit lemak jenuh dan lemak trans. Sumber utama lemak dan lemak jenuh pada remaja adalah susu, daging, keju, margarin, kue, donat, dan es krim. NCEP juga merekomendasikan konsumsi kolesterol tidak lebih dari 300 mg. Sumber kolesterol pada remaja adalah telur, susu, daging, ayam, dan keju (Brown, 2005).

Protein memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, dan sumber energi. Menurut Brown (2005) dalam Umrin (2007) kebutuhan protein pada remaja dipengaruhi dengan jumlah protein yang diperlukan untuk memelihara jaringan tubuh yang ada. Juga untuk tambahan lean body mass selama remaja mengalami growth spurt. Kebutuhan protein berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja. Jika asupan protein tidak mencukupi maka pertumbuhan linear akan berkurang, penundaan kematangan seksual, dan mengurangi akumulasi pada lean body mass. Selain itu kelebihan protein juga tidak menguntungkan tubuh. Makanan tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas (Almatsier, 2003).

Lemak memiliki fungsi sebagai berikut (Almatsier, 2003) : sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan., memelihara suhu tubuh, dan pelindung organ tubuh. Jika konsumsi lemak dalam makanan kurang maka absorbsi vitamin larut lemak akan terganggu. Selain itu, kekurangan asam lemak omega-3 dapat menimbulkan gangguan syaraf dan penglihatan. Disamping itu kekurangan asam lemak esensial menghambat pertumbuhan pada bayi


(43)

dan anak-anak, kegagalan reproduksi serta gangguan pada kulit, ginjal, dan hati. Sedangkan konsumsi lemak yang berlebih dapat menyebabkan obesitas.

Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sebaiknya 15 – 25% dari kebutuhan energi atau setara dengan 3 potong makanan yang berminyak/lemak atau dalam bentuk minyak/lemak paling banyak 2-4 sendok makan. Adapun komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan adalah : 2 bagian makanan yang mengandung sumber lemak nabati, dan 1 bagian mengandung sumber lemak hewani. Penggunaan sumber lemak nabati dianjurkan lebih banyak daripada sumber lemak hewani, karena sumber lemak nabati lebih mudah dicerna oleh tubuh. Jika seseorang mengkonsumsi lemak dan minyak berlebihan maka dapat mengurangi konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Kebisaaan mengkonsumsi lemak hewani yang berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung koroner. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi resiko menderita penyakit jantung koroner karena lemak ikan mengandung asam lemak omega 3 yang berperan dalam mencegah terjadinya penyumbatan lemak di dinding pembuluh darah (Depkes, 2003a). Sedangkan menurut Almatsier (2003), dalam satu hari dianjurkan konsumsi lauk hewani sebanyak 100 gram atau 2 potong ikan/daging/ayam, sedangkan untuk lauk nabati sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe/tahu/kacang-kacangan kering.

5. Gunakan Garam Beryodium

Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3 (Kalium iodat) sebanyak 30-80 ppm. Kekurangan yodium dalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kretinism (kekerdilan). Kekurangan dalam makanan sehari-hari,


(44)

dapat menurunkan tingkat kecerdasan seseorang. Maka bagi anak sekolah yang menderita GAKY memerlukan waktu yang relative lama dalam menyelesaikan sekolah. Bahkan bagi yang menderita GAKY tingkat berat (kretin, kretinoid) tidak mampu menyerap pelajaran pendidikan tingkat dasar (Depkes, 2003a). Hal ini juga diungkapkan dalam Almatsier (2003), bahwa gejala kekurangan iodium adalah malas dan lamban, kelenjar tiroid membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikebal sebagai kretinisme. Seorang anak yang menderita kretinisme mempunyai bentuk tubuh abnormal dan IQ sekitar 20. Kekurangan iodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah. Menurut Departemen Kesehatan (2003a), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dapat diatasi dengan meminum kapsul yodium sesuai dosis dan menggunakan garam yodium setiap hari. Akan tetapi suplemen iodium dalam dosis yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, seperti halnya kekurangan iodium. Dalam keadaan berat hal ini dapat menutup jalan pernapasan sehingga menimbulkan sesak napas (Almatsier, 2003).

Dalam sehari, remaja laki-laki usia 10-12 tahun membutuhkan 120 µg, dan usia 13-15 tahun membutuhkan 15o µg. Sedangkan remaja wanita usia 10-12 tahun membutuhkan 120 µg, dan usia 13-15 tahun membutuhkan 15o µg. Mengingat dalam garam beryodium juga terdapat unsur natrium, maka konsumsi garam beryodium pun harus dibatasi. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram per orang per hari (2 gram tiap 1000 kkal), atau satu sendok teh setiap hari. Dengan mengkonsumsi garam beryodium tidak lebih dari 6 gram sehari, kebutuhan yodium


(45)

dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui (Depkes, 2003b). Kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus terjadinya stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak (Depkes, 1995).

Cara untuk menilai mutu garam beryodium adalah dengan menggunakan Test Kit Yodina atau dengan air perasan singkong parut. Untuk menjaga kadar yodium dalam garam, sebaiknya garam beryodium disimpan di dalam tempat kering dan terhindar dari panas dan sinar matahari (Depkes, 2003b).

6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu : sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh. Selain itu, zat besi juga berfungsi untuk metabolisme energi, meningkatkan kemampuan belajar, sistem kekebalan, serta pelarut obat-obatan yang tidak larut air (Almatsier, 2003).

Menurut Brown (2005), kebutuhan zat besi meningkat pada masa remaja karena mengalami pertumbuhan linear yang cepat, peningkatan volume darah, dan menarche. Rekomendasi ini berdasarkan pada jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk persediaan zat besi. Zat besi yang tinggi dibutuhkan remaja laki-laki pada masa growth spurt dan setelah menarche pada remaja wanita.


(46)

Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat, akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan limiting faktor untuk pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi (Sihotang, 2002).

Kehilangan zat besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorbsi besi. Di samping itu kekurangan besi dapat terjadi karena perdarahan akibat cacingan atau luka, dan akibat penyakit-penyakit yang mengganggu absorbsi, seperti penyakit gastro intestinal. Kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh, dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Selain kekurangan, kelebihan zat besi yang sering terjadi dikarenakan konsumsi suplemen zat besi yang belebihan dapat mengakibatkan rasa nek, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau, dan pingsan (Almatsier, 2003).

Apabila dilakukan pemeriksaan kadar Hb dalam darah maka angka Hb kurang dari normal, dimana kadar Hb normal untuk wanita tidak hamil adalah 12,0-15,5 g/dl, wanita hamil 11,0-14,0 g/dl, dan pria adalah 13,0-17,0 g/dl. AGB dapat ditanggulangi


(47)

dengan minum sirup zat besi atau Tablet Tambah Darah (TTD) dan mengkonsumsi makanan tinggi sumber zat besi (Depkes, 2003b).

Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Tingkat penyerapan zat besi yang berasal dari sumber nabati sangat rendah yaitu sekitar 1-2 %, sedangkan untuk makanan yang berasal dari hewani tingkat penyerapan zat besi sekitar 10-20 %. Kehadiran protein hewani seperti daging, ikan dan telur, vitamin C, vitamin A, Zink (Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber vitamin A. maka diharapkan dengan besarnya variasi konsumsi makanan dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh (Depkes, 2003b).

7. Berikan ASI Saja Pada Bayi Sampai 6 Bulan Dan Tambahkan MP-ASI Sesudahnya

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Pada usia 0-6 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif). Tidak ada makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena gizi, aspek kekebalan, aspek kejiwaan yaitu jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus diberikan kepada bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan (30 menit setelah lahir), karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya (Depkes, 2003b). Pemberian ASI juga tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 233 , yaitu “ Dan ibu-ibu hendaklah


(48)

menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna….”.

ASI diciptakan sempurna susunan zat dan mutunya untuk pertumbuhan sebaik-baiknya bagi bayi lahir baik fisik maupun psikisnya. Kandungan ASI sebagian besar air kemudian 1,3 % protein, 4,5 % lemak, 7 % zat gula susu dan aneka ragam garam-garaman berupa zat kapur, zar besi dan zat pelindung yang mudah dicerna oleh bayi. Selain peranannya yang sangat penting sebagai bahan pangan dan minuman untuk bayi, maka ASI mempunyai banyak keuntungan lain, yaitu : tidak memerlukan persiapan khusus, terlindung dari kotoran dan penularan kuman-kuman penyakit, mudah diisap oleh bayi, suhu sudah sesuai dengan kebutuhan bayi apabila ibu dalam keadaan sehat, mengandung beragam zat penolak penyakit yang tidak terdapat dalam susu buatan, terjalin hubungan batin yang bersifat perlindungan dan kasih sayang secara langsung antara ibu dan si bayi, serta ekonomis karena tidak usah menyisihkan anggaran khusus untuk membelinya (Khomsan, 2004).

Kolostrom, yakni ASI yang keluar pertama kali agar diberikan kepada bayi. Kolostrom mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrom harus diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Tanda bahwa ASI eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain bayi tidak rewel dan tumbuh sesuai grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Hindari pemberian air gula, air tajin dan makanan pralaktal lain (selain ASI lancar diproduksi). Setelah bayi berusia 6 bulan, maka bayi mulai diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang berbentuk makanan lumat (Depkes, 2003b).


(49)

Mengingat betapa besarnya manfaat ASI dalam proses tumbuh kembang anak, maka setiap ibu diharapkan mampu menyediakan ASI yang cukup untuk anaknya, baik jumlah maupun mutunya. Oleh karenanya, secara khusus setiap ibu perlu memperhatikan jumlah dan mutu gizi makanannya selama hamil dan menyusui (Depkes, 1995).

8. Biasakan Makan Pagi

Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah 3 kali sehari. Ini berarti makan pagi (sarapan) hendaknya jangan ditinggalkan. Seringkali orang mengabaikan sarapan karena diburu oleh waktu yang sempit. Secara kuantitas dan kualitas rasanya sulit untuk memenuhi gizi apabila hanya makan 1 atau 2 kali sehari. Keterbatasan volume lambung menyebabkan kita tidak bisa makan sekaligus dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya makan dilakukan secara frekuentif yakni 3 kali sehari termasuk sarapan pagi. Makan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Paling tidak ada dua manfaat yang bisa diambil dari sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja/belajar bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Melewatkan sarapan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan


(50)

kurang konsentrasi karena tiadanya suplai energi. Jika hal ini terjadi, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada di jaringan lemak tubuh. (Khomsan, 2004).

Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan tanda-tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunya prestasi belajar. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Depkes, 2003b).

Perilaku sarapan hendaknya diperhatikan dengan baik. Makan secara terburu-buru jangan dibiasakan. Kita seharusnya seharusnya menikmati makanan yang tersaji dengan mengunyah secara cukup yang berarti tidak terburu-buru. Pencernaan mekanis yang terjadi di mulut akan sangat membantu memudahkan tahapan pencernaan selanjutnya baik ketika makanan mencapai lambung maupun ketika sampai di usus halus sehingga pencernaan berjalan optimal (Khomsan, 2004).

9. Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya

Air merupakan bagian penting dari susunan tubuh kita karena dua pertiga berat badan kita terdiri dari air. Jika lebih mudah menggambarkan bahwa tubuh terdiri sel-sel dan tiap sel dibangun dari protein, agak lebih sulit untuk menggambarkan bahwa isi tiap sel tiga perempatnya berupa air. Bukan saja darah mengadung air (80 %) juga otot-otot (75 %) dan tulang (33 %), air terdapat dalam setiap jaringan bagian-bagian tubuh kita.


(51)

Sehari-hari tubuh kekurangan air dari air seni, sedikit dari buang air besar, dari air keringat, dan dari pernafasan berupa uap air (Khomsan, 2004).

Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas kuman. Untuk mendapatkannya, air minum harus dididihkan terlebih dahulu. Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air.

Fungsi air dalam tubuh adalah melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil (Depkes, 2003b). Selain itu, Almatsier (2003) juga menjelaskan bahwa air memiliki fungsi sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, serta sebagai peredam benturan. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi orang dewasa, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari sehingga dapat terhindar dari dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh dan dapat menurunkan resiko penyakit batu ginjal.

10.Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur

Aktivitas fisik bermanfaat bagi setiap orang karena dapat meningkatkan kebugaran tubuh, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru-paru dan otot, serta memperlambat proses penuaan. Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan frekuensi olah raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan kondisi kesehatan. Kegiatan fisik dan olahraga secara teratur dan cukup,


(52)

dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal bagi yang bersangkutan. Upayakan agar kegiatan fisik dan olahraga selalu seimbang dengan masukan energi yang diperoleh dari makanan sehari-hari. Bila kegiatan sehari-hari kurang gerak fisik, upayakan berolahraga secara teratur dan cukup atau mencari kegiatan lain yang setara (Depkes, 2003b).

Aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi aktivitas santai akan meningkatkan kesehatan, psikologi, dan berat badan yang ideal. Untuk mengurangi terjadinya resiko penyakit kronik pada orang dewasa sedikitnya melakukan aktivitas fisik selama 30 menit dengan intensitas moderate pada beberapa hari dalam seminggu. Kemudian Valimaki (1994) menambahkan bahwa olahraga sebaiknya dilakukan minimal dalam seminggu 3 kali, dengan durasi minimal lebih dari 30 menit. Menurut Departemen Kesehatan (2003b), bila kegiatan sehari-hari kurang gerakan fisik, upayakan untuk berolah raga secara teratur atau mencari kegiatan lain yang setara. Misalnya pilihlah jalan kaki untuk jarak tempuh 50-100 m ketika mencapai lokasi kendaraan jemputan atau usahakan jalan kaki apabila jarak tempat tinggal dengan tempat bekerja sekitar 200-300 m

11.Hindari Minum-Minuman Beralkohol

Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebisaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan : terhambatnya proses penyerapan gizi, hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, kurang gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan. Seseorang yang minum-minuman beralkohol akan sering buang air kecil sehingga menimbulkan rasa haus. Orang ini akan


(53)

mengatasi rasa hausnya dengan minum-minuman beralkohol lagi. Disamping itu minum minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan dan kehilangan kendali diri. Hal ini dapat menjadi faktor pencetus kearah tindak kriminal. Oleh karena itu sebaiknya kita menghindari untuk mengkonsumsi alkohol (Depkes, 2003b). Selain itu alkohol memiliki kemampuan untuk melarutkan lipida yang terdapat dalam membran sel sehingga memungkinkannya dengan cepat masuk ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Oleh karena itu alkohol dianggap toksik atau racun. Selain itu pada tahap pertama metabolisme alkohol ”menggunakan” tiga ATP potensial, tidak seperti metabolisme glukosa yang ”menghasilkan” tiga ATP potensial. Sehingga mereka yang banyak minum alkohol tidak bertambah berat badannya sebanyak yang didapat dari jumlah energi yang dikonsumsinya melalui alkohol. Alkohol dosis tinggi digunakan secara tidak efisien oleh hati, karena membutuhkan energi untuk mencapai tahap pertama metabolisme (Almatsier, 2003).

Pengaruh alkohol terhadap tubuh telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Diminum dalam jumlah yang terkendali, alkohol dapat dikatakan berpengaruh baik terhadap seseorang, yaitu mengurangi ketegangan dan menimbulkan rasa percaya diri. Masalahnya adalah jumlah yang terkendali ini sukar ditetapkan, karena manusia berbeda dalam tingkat toleransinya terhadap alkohol yang ditentukan oleh keturunan, keadaan kesehatan, gender, berat badan, dan umur. Berbagai agama melarang minuman alkohol, seperti agama Islam, Budha, Hindu, Mormon, dan Sekte tertentu (Almatsier, 2003). Seperti juga tercantum dalam Al Quran surah Al Maidah ayat 91, ” Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian


(54)

diantara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan

shalat maka tidakkah kamu mau berhenti ”. Bagi masyarakat Barat yang mengkonsumsi alkohol, terdapat panduan yang

menganjurkan mereka untuk mengkonsumsi alkohol tidak berlebihan. Konsumsi alkohol per hari yang dianjurkan menurut Dietary Guidelines for Americans adalah 1 drink (porsi minum) untuk wanita dan 2 drinks untuk pria. Satu drink setara dengan satu gelas bir besar @ 360 ml atau satu gelas anggur @ 150 ml atau 45 ml minuman berkadar alkohol tinggi (Sari, 2003).

12.Makanlah Makanan yang Aman bagi Kesehatan

Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus juga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat dan norma agama yang dikenal dengan istilah “halal” (Depkes, 2003a).

Makanan yang aman harus pula memenuhi syarat whelsome. Artinya zat-zat gizi tidak banyak yang hilang, dan bentuk fisiknya masih utuh. Kecuali apabila makanan yang akan diolah sengaja diubah bentuk fisiknya (misalnya ikan dijadikan tepung, dll). Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warna makanan berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan dan kaleng cembung, maka makanan kaleng tersebut harus segera dimusnahkan.


(55)

Sebaiknya makanan dengan tanda-tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi walaupun harganya murah. Selain itu, bila dalam pengolahanya ditambahkan bahan tambahan berbahaya, seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanil yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar (Depkes, 2003a).

Cara mengolah atau meracik makanan yang tidak benar juga dapat mengancam kesehatan. Misalnya merebus air minum dan susu segar yang tidak sempurna. Air minum yang tidak dipanaskan hingga mendidih akan sangat berbahaya bila diminum karena kuman-kuman berbahaya masih dapat hidup. Kuman akan mati bila dipanaskan sampai mendidih (Depkes, 2003a).

Makanan yang tidak sehat atau tidak aman ada yang bisa diketahui dari wujud atau penampilannya, baunya, terdapat benda-benda asing yang tidak layak pada makanan, namun ada juga yang tidak bisa diketahui secara langsung. Peranan pembungkus adalah besar sekali untuk makanan yang terbungkus, baik dengan pembungkus plastic, kertas, atau dalam kaleng, dimana pembungkus yang sudah tercemar oleh jasad renik bisa menyebabkan pencemaran pada makanan yang dibungkus. Karena itu, penanganan yang benat terhadap makanan, dan pemilihan serta cara pembungkusan yang baik bisa menekan sekecil mungkin terjadinya kerusakan pada makanan, sehingga penyakit karena makanan pada pencernaan manusia bisa dikurangi. Makanan yang sehat memiliki persyaratan sebagai berikut (Saksono, 1986):

a) Sesuai dengan susunan makanan yang diinginkan, benar pada tahap-tahap pembuatannya dan layak untuk dimakan.


(56)

b) Bebas dari pencemaran benda-benda hidup yang sangat kecil atau jasad renik yang bisa menimbulkan penyakit atau benda-benda mati yang mengotori pada setiap tahapan pembuatan.

c) Bebas dari unsure kimia yang merusak atau bebas dari suatu keadaan yang mudah dirusak oleh unsure kimia tertentu, maupun akibat dari perubahan yang dihasilkan oleh kegiatan enzim dan kerusakan yang disebabkan oleh tekanan, pembekuan, pemanasan, pengeringan, dan yang sejenisnya.

d) Bebas dari jasad renik dan parasit yang bisa menimbulkan penyakit bagi orang yang memakannya.

13.Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas

Peraturan perundang-undangan menetapkan, bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai : bahan-bahan yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadarluarsa, dan keterangan penting yang lain (Depkes, 1995). Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen (Depkes, 2003b).

Keterangan mengenai susunan zat gizi pada label diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan kesehatan konsumen. Keterangan kadarluarsa pada label menunjukkan kelayakan makanan tersebut untuk bisa dimakan atau tidak. Sedangkan keterangan mengenai bahan-bahan yang terkandung dalam makanan kemas tersebut memberikan informasi kepada konsumennya untuk menilai halal atau tidaknya


(57)

makanan tersebut (Depkes, 1995). Kehalalan makanan juga tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 168, “ Wahai manusia ! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu “. Serta surat Al Maidah ayat 88, “ Dan makanlah dari apa yang diberikan Allah kepadamu, sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya “.

Beberapa singkatan yang lazim digunakan dalam label, antara lain (Depkes, 2003b) : MD : Makanan yang dibuat di dalam negeri.

ML : Makanan luar negeri (import).

Exp : Tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak dikonsumsi. SNI : Standard Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu makanan

telah sesuai dengan persyaratan. SP : Sertifikat Penyuluhan.

2.3. Perilaku Gizi Seimbang

Dalam pengertian umum, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Skiner (1983) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Yang dimaksud perilaku gizi seimbang peneliti disini adalah perilaku makan seseorang sehari-hari atau yang biasa lebih dikenal dengan istilah pola makan. Pola


(58)

makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan memakan makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial (Roedjito, 1989). Selain itu menurut Husaini (1988), pola makanan seseorang adalah hasil dari suatu proses dimana tiap-tiap elemen mempunyai pengaruh dari yang kecil sampai yang besar. Pengaruh yang besar mempengaruhi keputusan tentang pemilihan makanan.

Perilaku dalam menerapkan sesuatu informasi terbentuk dimulai dengan domain kognitif yang merupakan rangsangan dari luar sehingga menimbulkan pengetahuan baru dalam diri manusia (Notoatmodjo, 2003). Menurut Lunandi (1984), pengetahuan yang didapat oleh seseorang menyebabkan seseorang tersebut memiliki keterampilan. Keterampilan serta material yang tersedia akan mengarahkan seseorang pada perubahan perilaku.

Pada manusia, naluri adalah penting untuk menentukan bahwa mereka harus makan, tetapi tidak menentukan macam makanan apa yang harus dimakan. Peranan yang penting dalam hal pola makan adalah unit dasar dari suatu masyarakat yaitu keluarga. Keluarga adalah paling determinan dalam menentukan pola makan, kebisaaan makan, kepercayaan terhadap makanan, dan semua faktor sosio budaya ditransferkan lewat keluarga kepada anak. Jadi perilaku makan ditentukan oleh kebisaaan sejak kecil (Koesmandini, 1999). Hal ini diperkuat dengan pendapat Sajogyo (1994), ia menyatakan bahwa perkembangan perilaku makan seseorang dipengaruhi oleh kebisaaan makan dalam keluarga melalui proses sosialisasi. Faktor kebisaaan makan yang tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari pengaruh faktor luar, seperti faktor lingkungan ekologi


(1)

1. Bagaimana pola makan temanmu sehari-hari ?

2. Apakah ia sering sarapan disekolah ? makan apa ? suka bawa bekal ?

3. coba ceritakan kebiasaan jajan temanmu ? beli dimana ? (Baik di sekolah maupun diluar sekolah) 4. Biasanya kapan temanmu jajan ?

5. Apa kamu selalu makan bersama dia saat istirahat ? (Probing : pilihan makanan sama ?) 6. Apa makanan kesukaan kalian sama ?

7. bagaimana kebiasaan jajan informan jika ada pelajaran OR / ketika belajar kelompok ?

8. Apakah informan memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan pola makannya ? (ex : magh, anemia, dll) sejak kapan ? bagaimana cara informan mengatasinya ?

9. Apakah ada makanan yang tidak disukai informan ? apa ? mengapa ?

10. Apakah informan pernah mencari informasi kesehatan ? kapan ? tentang apa ? 11. Apa dia sering olah raga ? apa jenisnya? Frekuensi (dalam seminggu) ? durasi ? 12. Setiap membeli makanan/produk di toko apa yang diperhatikannya ?


(2)

9

LAMPIRAN 6

ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG MENURUT 12 PESAN DARI 13 PESAN DASAR GIZI SEIMBANG (PDGS)

PADA SISWA SMPN 107 JAKARTATAHUN 2009

Dalam rangka pelaksanaan penelitian yang berjudul “Analisis pengetahuan dan perilaku gizi seimbang menurut 12 dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang pada siswa SMPN 107 Jakarta Tahun 2009”, saya Cory Auliya Fauzi ingin meminta kesediaan bapak/ibu untuk mengikuti wawancara dan FGD. Kesedian dan kejujuran bapak/ibu dalam menjawab setiap pertanyaan secara lengkap akan sangat bermanfaat dalam pengembangan dan peningkatan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya untuk pendidikan dan promosi kesehatan di sekolah. Semua jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian semata. Terima kasih atas kesediaan bapak/ibu untuk menjadi informan dalam penelitian ini.

No. Informan : (Diisi oleh peneliti) Metode penelitian : Wawancara Mendalam

A. IDENTITAS INFORMAN (KELUARGA) 1. Nama Lengkap : 2. Tempat / Tanggal Lahir :

3. Jenis Kelamin : 1. Pria 2. Wanita 4. Alamat :

5. No. Telepon / HP :

6. Hubungan dengan Informan : 1. Ayah 2. Ibu 3. Kakak/Adik

7. Suku :

8. Pekerjaan :

9. Penghasilan (1 bulan) : Rp.

Mohon untuk membubuhkan tanda tangan jika anda bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Atas kerjasama dan kesediaan yang diberikan saya ucapkan terima kasih

Tanda Tangan


(3)

1. Tolong ceritakan bagaimana pola makan keluarga dalam satu hari ! (Pagi, siang, malam)

(Probing : dimana? kenapa ? apa dari dulu sudah begitu ? siapa yang menyiapkan ? dengan siapa ? menunya bervariasi/tdk Ætiap waktu dan tiap hari ? yang menentukan menu siapa ?)

2. Bagaimana pola makan informan dirumah ? apakah sama dengan pola makan keluarga ? 3. Bagaimana kebiasaan makan keluarga di luar rumah ? dimana ? frekuensi ? kapan ?

4. Apakah informan memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan pola makannya ? (ex : magh, anemia, dll) sejak kapan ? bagaimana cara informan mengatasinya ?

5. Apakah ada makanan yang tidak disukai informan ? apa ? mengapa ?

6. Siapa (anggota keluarga) yang sering memberikan informasi gizi/kesehatan kepada informan ? informasi apa ? kapan ?

7. Apakah informasi kesehatan tersebut diaplikasikan pada pola makan informan sehari-hari ? 8. Apakah informan suka olah raga ? apa? Frekuensi (berapa kali seminggu)? Durasi ? 9. Setiap membeli makanan/produk di toko apa yang diperhatikannya ?


(4)

11

LAMPIRAN 7

PEDOMAN OBSERVASI

Nama : Kelas : Tanggal :


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama

:

Cory

Auliya

Fauzi

Tempat tanggal lahir

: Jakarta, 25 April 1987

Jenis

kelamin

:

Perempuan

Agama

:

Islam

Status Pernikahan

: Belum Menikah

Alamat

: Jl. Lontar, Lenteng Agung 002 /03 No. 12-B

Jagakarsa, Jak-Sel 12610

No Telepon/HP

: 021-78888043 / 021-80741545

Email

:

cory_auliya@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan

:

1.

TK Sari Pembangunan

(1992 – 1993)

2.

SDN. Lenteng Agung 03 Pagi

(1993 – 1999)

3.

SMPN

98

Jakarta

(1999

2002)

4.

SMAN

109

Jakarta

(2002

2005)

5.

S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Unibersitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

(2005 – 2010)


Dokumen yang terkait

Gambaran praktek Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013

5 16 191

Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Pasangan Usia Subur Tentang Pesan-Pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Serta Implikasinya Pada Pemasaran So sial

0 7 83

Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang

0 10 107

MANFAAT EDUKASI GIZI DENGAN MEDIA KARTUN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS) Manfaat Edukasi Gizi Dengan Media Kartun Terhadap Pengetahuan Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Pada Siswa Sekolah Dasar Di SD Muhammadiyah 16

0 1 18

PENDAHULUAN Manfaat Edukasi Gizi Dengan Media Kartun Terhadap Pengetahuan Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Pada Siswa Sekolah Dasar Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 3 6

DAFTAR PUSTAKA Manfaat Edukasi Gizi Dengan Media Kartun Terhadap Pengetahuan Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Pada Siswa Sekolah Dasar Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 1 4

NASKAH PUBLIKASI MANFAAT EDUKASI GIZI DENGAN MEDIA KARTUN TERHADAP Manfaat Edukasi Gizi Dengan Media Kartun Terhadap Pengetahuan Tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Pada Siswa Sekolah Dasar Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 1 14

GIZI SEIMBANG PADA REMAJA DAN DEWASA

0 1 2

PERILAKU GIZI SEIMBANG PADA REMAJA DALAM

0 0 6

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MAKAN SESUAI DENGAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEYEGAN NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Perilaku Makan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimb

0 0 20