39
diterima walaupun belum sepenuhnya dikarenakan adanya faktor- faktor penghambat.
36
3. Berdasarkan hasil penelitian yang ditulis oleh Hari Kohari Permasandi dengan judul “Peranan pembimbing Agama Dalam Meningkatkan Ibadah
Shalat Pada Lansia Di Balai Perlindungan Sosial Dinas Provinsi Banten”, maka dapat dismpulkan bahwa:
a. Implementasi pembimbing agama dalam meningktakan ibadah shalat pada lansia adalah tidak terlepas dari beberapa aspek yaitu waktu
pelaksanaan, materi yang diberikan dan cara penyampaiannya. b. Metode pembimbing agama dalam meningkatkan ibadah shalat pada
lansia, adalah: 1 Metode ceramah
2 Metode Tanya jawab 3 Metode pama-pami
c. Faktor pendukung serta faktor penghambat dalam meningkatkan ibadah sholat pada lansia adalah sebagai berikut:
1 Adanya dukungan dari berbagai phak, baik pihak lembaga, pembimbing agama, dan para lansia yang iikut berpartisipasi
dalam kelancaran kegiatan ini. Adapun bagi pembimbing agama pribadi yang menjadi factor pendukung dalam ibadah sholat
pada lansia adalah adanya pedoman yaitu Al-Qur’an dan Hadis. 2 Kurang adanya kesadaran dari para lansia akan pentingnya
bimbingan agama, yang tujuan dan kepentingannya untuk mereka pribadi bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat
kelak.
37
C. Kerangka Berfikir
36
Siti Shofiah, Pembinaan Kesadaran Beragama Pada Kehidupan Anak Jalanan Studi Kasus di Rumah Singgah Anak Kurnia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, hlm: 90.
37
Hari kohari Permasandi, Peranan Pembimbing Agama Dalam meningkatkan Ibadah Sholat Pada Lansia di Balai Perlindunngan Sosial Propinsi Banten, FDK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, hlm: 57-58.
40
Dari uraian di atas nampak jelas kiranya pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kegiatan antara
manusia yang dilakukan secara sadar yaitu untuk membimbing, mengarahkan, mengajarkan, latihan, pembiasaan, kepada peserta didik untuk mengembangkan
kepribadian, bakat, kemampuan, minat pada tingkat kedewasaan. Agama yang didirikan oleh Allah SWT melalui Nabi dan Rasul adalah
untuk memberi solusi kepada manusia atas masalahnya, namun terkadang apa yang kita lihat bahwa agama itu sendiri identik dengan api manusia, dengan
agamanya ada sebab, konflik, kebencian, kehancuran, dan lainnya yang menggambarkan bahwa agama pada manusia sangatlah lemah. Salah satu cara
perenungan bukan kembali ke Allah SWT, melainkan kepada diri sendiri, karena intisari semua agama itu pasti sama, bahwa agama mempercayai Tuhan, agama
mengajarkan nilai-nilai luhur, dan agama tidak mentolerir perbuatan mencuri, berbohong, dan perbuatan negatif lainnya. Kalau karena agama menjadikan orang
berkelahi maka bisa jadi dikarenakan ajaran yang dia terima sebelumnya yang mempunyai kesalahan.
Dalam hal ini, pendidikan agama Islam yang diterima seseorang baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat sangatlah
berpengaruh terhadap kesadaran agama manusia itu sendiri. Jika sejak dini seorang anak sudah diberikan pengetahuan yang memadai tentang agamanya,
maka kelak anak tersebut akan senantiasa melaksanakan kewajibannya sebagai ummat beragama. Begitupun bagi seorang narapidana, jika seorang narapidana
yang sebelumnya mereka telah mendapatkan ilmu pendidikan agama Islam, namun dengan sadar atau tidak sadarnya narapidana ini melakukan tindak pidana
yang kemudian mereka dituntut untuk menebus kesalahannya di Lembaga Pemasyarakatan, dan di dalam Lembaga Pemasyarakatan tersebut mereka
mendapatkan kembali pembinaan keagamaan yang bertujuan untuk menyadarkan kesalahan yang lama agar tak terulang serta kembali ke jalan yang benar. Maka
terdapat pengaruh positif bahwa, “jika seorang narapidana menjalani pembinaan