Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
5
Dengan kata lain, Pendidikan Agama Islam memberikan arti yang sangat penting sebagai sarana
pembentukan tingkah laku anak didik, karena mereka merupakan penerus generasi bangsa, negara, dan agama. Banyak bekal pengetahuan dan kesiapan mental yang
matang yang harus dimiliki anak didik dalam rangka melaksanakan tugasnya agar dapat memiliki dedikasi yang tinggi dan bertanggug jawab.
Melalui pendidikanlah para pendidik Islam menghasilkan pribadi-pribadi yang nanti menjadi pendidik pula, menyebarkan agama Islam kepada generasi
yang akan datang, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. kepada para sahabatnya, sehingga pada tiap-tiap diri para sahabat terpancar ke-
Islaman yang utuh. Mengenai keutamaan belajar, Allah SWT mengangkat derajat orang-orang
yang berilmu dan mengembangkan ilmunya, salah satu ayat yang menjelaskan tentang keutamaan pendidikan yaitu dalam surat Al-Mujadalah: 11:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”,
QS. Al-Mujadalah:11. Dengan demikian pendidikan Islam mentransfer nilai-nilai atau keilmuan
Islam harus mampu membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai ajaran Islam yang telah disampaikan tersebut.
5
Abdul Majid, dkk, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Rosda Karya, 2004, Cet. 1, h. 130.
4
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mempunyai fungsi serta tujuan tertentu. Seperti dijelaskan dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
6
Tujuan ini sangat sesuai dengan fitrah manusia, salah satunya fitrah beragama. Dengan demikian pendidikan agama sangat penting bagi manusia,
terutama Pendidikan Agama Islam. Manusia hidup di dunia ini pastilah mempunyai tujuan hidup yang sama
yaitu bahagia dunia dan akhirat. Salah satu cara yang akan membawa manusia kepada kebahagiaan adalah melalui ilmu pendidikan. Ilmu dapat diperoleh dengan
adanya pendidikan, baik pendidikan yang dimulai dari dalam rumah atau keluarga, di sekolah, maupun di dalam masyarakat. Oleh karena itu pendidikan
sangat berperan penting dalam mencapai tujuan hidup yang dicita-citakan. Bimbingan kerohanian Islam berupa pendidikan agama Islam sebaiknya
telah ditanamkan sejak manusia berada dalam kandungan seperti misalnya seorang ibu yang sedang mengandung bayi dianjurkan untuk lebih banyak
berdzikir dan membaca Al-Qur’an serta berdoa demi perkembangan janin dan keselamatannya kelak. Manusiapun sejak lahir hingga akhir hayatnya selalu
membutuhkan agama sebagai bagian dari kebutuhan jiwanya. Misalnya sejak seorang calon bayi yang telah ditiupkan ruhnya oleh Allah SWT sejak itu pula ia
selalu berdzikir kepada Tuhannya, dilahirkan oleh ibunya, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak, remaja, dewasa, hingga sebelum ia di
kuburkanpun seseorang tetap bersinggungan dengan agama.
6
Undang-undang SISDIKNAS, Jakarta: Sinar Grafika, 2003, Cet. 1, h. 7.
5
Oleh karena itulah pembinaan kerohanian Islam berupa pendidikan agama Islam sangat penting sebab dengan bimbingan kerohanian Islam, orang tua atau
guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak serta mengarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohaninya sehingga mampu membentuk
kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Pada prinsipnya bimbingan kerohanian Islam berupa pendidikan agama
Islam baik di lembaga pendidikan non formal maupun formal bertujuan untuk membekali seseorang agar memiliki pengetahuan lengkap tentang agama Islam
dan mampu mengaplikasikannya dalam bentuk amalan praktis. Dengan demikian seseorang dapat melaksanakan ritual-ritual ibadah secara benar menurut ajaran
Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktikan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW. baik itu berupa ibadah secara akhlak maupun ibadah praktis seperti sholat dan
sebagainya. Dengan bimbingan kerohanian Islam, seseorang diharapkan dapat
memahami berbagai teori ibadah dan tatacara pelaksanaannya. Sehingga dengan teori-teori tersebut secara sadar mereka mampu melaksanakan ibadah secara baik
dan benar. Kebutuhan pokok lainnya adalah kebutuhan rasa kasih sayang dan rasa
aman. Untuk melindungi serta menunjang hidupnya hingga ia mampu berdiri dan mandiri menjalani kehidupannya di dalam bermasyarakat. Dalam hal ini orang
pertama yang mempengaruhi sikap dan tingkahlaku seseorang ialah kedua orang tuanya, keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Keluarga merupakan sumber utama pembentuk kepribadian seseorang yang sesuai dengan fitrahnya sejak lahir, maka apabila didalam suatu keluarga tidak adanya
keseimbangan dan kesadaran serta tanggungjawab dalam mendidik anak-anak didiknya akan menimbulkan sebab dari penyimpangan sosial yang dilakukan
seseorang. Dengan kata lain, hendaklah minimal dalam lingkungan keluarga telah tertanam kesadaran beragama dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
6
Arus modernisasi di samping berdampak positif bagi kehidupan ummat manusia, namun di sisi lain ternyata telah melahirkan dampak yang negatif pula
bagi kehidupan manusia itu sendiri, yaitu dengan menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun yang
bersifat sosial. Manusia modern telah terpedaya oleh produk pemikirannya sendiri karena kurang mampu mengontrol efek dari hasil pemikiran itu sendiri.
Derasnya arus modernisasi membutuhkan penanganan serius dimuali dari penanaman rohani Islam yang terkandung dalam Pendidikan Agama Islam. Oleh
karena itu bimbingan kerohanian Islam sangat berperan penting dalam perkembangan seorang anak didik sedini mungkin guna tidak terjerumusnya
seseorang kelak dalam permasalahan-permasalahan negatif yang khas seperti pertumbuhan pribadi, perkembangan emosi, pergaulan sosial yang menyimpang
dalam masyarakat. Untuk menuju kesadaran keagamaan yang utuh, setiap umat beragama
harus memenuhi dimensi-dimensi keagamaan secara keseluruhan. Dimensi- dimensi itu ialah: dimensi keyakinan, dimensi peribadatan, dimensi pengalaman,
dimensi pengamalan, dan dimensi pengetahuan. Dari dimensi tersebut, dimensi pengetahuan akan sangat berperan terhadap munculnya kesadaran keagamaan.
Agar kesadaran keagamaan itu muncul dengan baik dalam kehidupan seorang penganut agama, maka model pendidikan agama sangat menentukan.Untuk itu,
model pendidikan agama yang harus dikembangkan tidak semata bersifat doktrinal, dengan menekankan serangkaian ajaran dan kewajiban kepada pemeluk
agama, melainkan pendidikan agama harus dilakukan dengan melibatkan emosi dan rasionalitas para penganutnya.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kepribadian seseorang adalah pendidikan baik formal maupun non formal dan lingkungan sekitarnya. Dalam hal
pendidikan, ada seorang anak didik yang sejak kecil telah diajarkan tentang ilmu pendidikan agama oleh orang tuanya dan mereka tinggal di lingkungan
masyarakat yang mempunyai nilai kesadaran beragama yang memadai.
7
Ada pula seorang anak didik yang hampir tidak pernah dikenalkan tentang ilmu agama oleh orang tuanya, namun ia tinggal di dalam lingkungan masyarakat
yang mempunyai nilai kesadaran beragama yang tinggi sehingga anak tersebut mempelajari ilmu agama bersama teman sepermainannya serta warga sekitarnya,
namun ada pula seorang anak didik yang jarang sekali diberikan pengetahuan keagamaan oleh orang tuanya, kemudian di dalam masyarakat pula ia sering
merasa asing karena sangat jarang bertemu dan bersosialisasi di lingkungan sekitarnya sehingga ia lebih memilih menyendiri dan asik dengan dunianya
sendiri. Pada kondisi yang memprihatinkan inilah seorang anak didik yang kurang
kontrol terhadap agama, orang tua, dan masyarakat sekitarnya yang akan berefek negatif pada diri anak didik itu sendiri. Sebagai contoh, seorang anak didik yang
akhirnya mengkonsumsi narkoba dan sejenisnya dengan dalih kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya serta mengikuti trend teman-teman sekitarnya
yang akhirnya anak didik tersebut terbuai oleh perilaku menyimpang yang menyebabkan ia menjadi pelaku tindak pidana sehingga terhampaslah
kemerdekaannya di dalam bermasyarakat dan menjadi narapidana guna menebus kesalahannya.
Kesenjangan antara pendidikan dan moral ini bukan semata-mata karena unsur ketidaksengajaan, namun setiap perilaku seseorang ialah bergantung pada
kesadaran seorang tersebut terhadap agamanya. Jika seseorang yang berpendidikan secara sadar bahwa setiap tindakan yang dapat merugikan orang
lain, adalah suatu keburukan dan takut akan dosa dari Tuhannya, maka dapat diartikan bahwa seseorang tersebut telah mengamalkan keyakinan keagamaan
yang ada pada dirinya, namun jika seseorang yang berpendidikan dan telah mendapatkan bimbingan kerohanisn Islam sedari kecil, namun karena terlenanya
ia akan suatu hal yang menyebabkan ia melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri bahkan merugikan orang lain dan kurang menyadari perbuatannya
tersebut, maka patut dipertanyakan bahwa kemanakan pendidikan agama Islam yang telah dipelajarinya.
8
Dari kronologis diatas terlihat bahwa selain perhatian orang tua, keluarga, dan masyarakat dalam mendidik anak didik, peran agama yang telah tertanam
pada dirinya pula akan menjadi kontrol dalam setiap tindakannya. Jika seseorang mempunyai kesadaran bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan
penyimpangan tindak pidana serta diharamkan pula oleh agama karena hal tersebut di qiyaskan dengan khamr yang dapat merusak akal, maka hal tersebut
mungkin tak akan pernah terjadi. Dengan melihat kejadian tersebut yang menyebabkan perilaku menyimpang sebagai bagian dari kepribadian beragama
tatkala seseorang menunjukkan hal-hal yang tidak dapat dimaklumi sebagai perilaku yang mencerminkan kesadaran beragama, sehingga timbulah upaya-
upaya untuk memperbaikinya. Selama ini upaya yang telah dilakukan untuk menangani pelaku tindak
pidana yaitu dengan pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan LAPAS dengan tujuan untuk membina warga binaan kembali menjadi pribadi yang lebih
baik dari sebelumnya dan dapat diterima kembali di dalam masyarakat.Pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan bukan hanya pemberian hukuman, penanaman
bakat dan keterampilan, namun juga terdapat pembinaan moral dan kerohanian berupa pembinaan kesadaran beragama guna menunjang jiwa keagamaan anak
binaan. Banyak hal yang dilaksanakan dalam kegiatan pembinaan kerohanian Islam pada narapidana misalnya, pada setiap harinya narapidana selalu
melaksanakan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dibimbing langsung oleh beberapa ustadzah, kemudian setelah masing-masing narapidana mengaji,
kegiatan selanjutnya yaitu berupa tausiah-tausiah keagamaan yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan para anak binaan memahami ilmu agama yang
benar. Dengan pembinaan kerohanian Islam, seorang narapidana diharapkan
dapat memahami berbagai teori ibadah dan tata cara pelaksanaannya. Dengan teori-teori tersebut mereka secara sadar mampu melaksanakan ibadah secara baik,
benar, dan bagus, namun terkadang masih ada saja seorang Narapidana yang telah mendapatkan pembinaan kerohanian Islam berupa pendidikan agama Islam
9
didalam Lembaga Pemasyarakatan, ketika seorang tersebut telah bebas hukuman dan kembali di masyarakat, mantan Narapidana tersebut tidak melaksanakan
kewajiban agamanya seperti yang biasa ia lakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan sebelumnya. Bahkan ironisnya lagi adalah, ketika berada di
dalam Lembaga Pemasyarakatan seorang Narapidana bahkan bisa lebih meluaskan jaringannya karena bertemu dengan Narapidana lain yang terjerat
dengan kasus yang sama bahkan lebih profesional. Disinilah seharusnya kontrol agama dalam dirinya yang berperan dalam setiap tindakannya. Oleh karena itu
patut dipertanyakan bahwa kemanakah kesadaran beragama terhadap dirinya Maka dari itu akan ada pengaruh antara teori pembinaan kerohanian Islam dengan
kesadaran beragama seseorang. Atas dasar pemikiran itulah, untuk lebih jauh mengetahui adanya pengaruh
antara Pendidikan Agama Islam yang dimiliki seseorang dengan Kesadaran Beragamanya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
“PENGARUH PEMBINAAN
KEROHANIAN ISLAM
TERHADAP KESADARAN
BERAGAMA NARAPIDANA
STUDI KASUS
di LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS
II A
WANITA, TANGERANG”