Pembangunan Ekonomi Daerah. Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten Tapanuli Utara Dengan Kabupaten Humbang Hasundutan

2 Berdasarkan investasi,seperti tingkat investasi,jumlah PMA Penanaman Modal Asing dan PMDN Penanaman Modala Dalam Negeri, dan jumlah FDI Foreign DirectInvestment,yaitu investasi langsung oleh pihak asing. 3 Berdasarkan kemiskinan dan pengentasannya,seperti jumlah penduduk miskin,tingkat kecukupan pangan,tingkat kecukupan 52 jenis komoditas pangan,tingkat pemenuhan kebutuhan dasar Sembilan bahan pokok BPN,poverty Gap dan severity index,serta metode RAO 16 kg beras dikali 1,25 kemudian dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap pengeluaran total. 4 Berdasarkan keadaan sosial dan kelesetarian lingkungan,seperti tingkat pendidikan untuk berbagai level dan kombinasinya,tingkat kesehatan meliputi kesehatan ibu dan anaj dan akses faslitas hidup sehat,tingkat dan kualitas lingkungan meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek,tingkata kerusakan hutan,tingkata degradasi lahan dan seterusnya Fatah,2006.

2.3 Pembangunan Ekonomi Daerah.

Secara umum,pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan umtuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang pengembangan kegitan ekonomi dalam daerah tersebut amat tergantung dari masalah fundamental yang dihadapi oleh daerah itu. Bagaimana daerah mengatasi masalah fundamental yang dihadapi ditentukan oleh strategi pembangunan yang dipilih. Dalam konteks inilah pentingnya merumuskan visi dan misi,dan kemudian memilih strategi yang tepat Kuncoro,2004. Lincoln Arsyad 1977 mendefenisikan pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada serta membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan ekonomi dengan daerah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses,yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru,pembangunan industri-industri alternatif,perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,identifikasi pasar- pasar baru,alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru Lincoln Arsyad,1977. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki sumber-sumberdaya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya secara bertangung jawab. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan campur tangan pemerintah. Apabila pembangunan daerah diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme kepasar maka pembangunan dan hasilnya tidak dapat dirasakan oleh seluruh komponen atau daerah secara merata Lincoln Arsyad,1977. Menurut pendapat Arsyad 1977 perbedaan keadaan sosial ekonomi di sertiap daerah akan membawa impliaksi bahwa cakupan campur tangan pemrintah ntuk setiap daerah juga berbeda. Perbedaan tingkat pembangunan antar daerah mengakibatkan perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah. Memusatnya ekspansi ekonomi di sutau daerah dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya konsisi dan situasi alamiah yang ada,letak geografis, dan sebagainya. Menurut Kuncoro 2004,theory pembangunan yang ada selama ini memang belum berhasil mengupas secara tuntas mengenai kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi yang ada di daerah. karena itu sangatlah penting untuk melakukan perumusan ulang paradigma baru perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang lebih komprehensif. Diperlukan suatu sintesis diantara berbagai pendekatan yang ada sehingga bisa dihasilkan rumusan baru tentang paradigma baru pembangunan ekonomi daerah secara lebih tepat. Salah satu pokok yang harus diperhatikan dalam rangka menerapkan paradigma pembangunan ekonomi daerah yang lebih komprehensif adalah bagaimana proses identifikasi fundamental pembangunan secara lebih realistis. Sedangkan pokok-pokok yang harus diperhatikan untuk menyusun identifikasi fundamental ekonomi pembangunan daerah tersebut adalah a. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah b. Peningkatan pendapatan perkapita c. Pengurangan angka kemiskinan,pengangguran dan ketimpangan secara signifikan kuncoro,2004. Mengikuti identifikasi yang dilakukan kuncoro 2004,yang dapat digunakan penerapannya di daerah-daerah di Indonesia untuk melakukan evalusi atau penilaian pembangunan ekonmi daerah yang terjadi saat ini maka dapat dijelasakan sebagai berukut: Pendekatan dan Konsep Baru Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah Komponen Konsep Lama Konsep Baru Kesempatan Kerja Semakin Banyak perusahaan = semakin banyak kesempatan kerja Perusahaan harus mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan potensi penduduk daerah Basis pembangunan Pengembangan sektor ekonomi Pengembangan lembaga- lembaga ekonomi baru Aset-Aset Lokasi Keunggulan komparatif didasarkan pada asset fisik Keunggulan kompetitif didasarkan pada kualitas lingkungan Sumberdaya Pengetahuan Ketersediaan Angkatan Kerja Pengetahuan dan Inovasi sebagaipenggerak ekonomi Sumber : H.M. Safi’I,Msi,2007, Hal 56 Dari pemetaan tersebut dapat dipahami paradigma baru pembangunan ekonomi daerah sangat mengandalkan pada adanya potensi penduduk setempat sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini ukuran keberhasilan bukanlah banyaknya perusahaan yang berdiri,tetapi seberapa besar angakatan kerja dilingkngan sekitar yang berhasil diserap oleh kegiatan pembangunan. Selain itu pertimbangan keberhasilan bukan terletak pada seberapa besar banyak asset fisik yang dimilki melainkan pada kualitas lingkungan dan pengembangan kelembagaan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Safi’i, 2007. Proses pembangunan ekonomi daerah pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena pembangunan ekonomi semata,pembangunan tidak semata-mata ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara,namun yang lebih luas dari itu pembangunan memiliki perspektif luas,terutama perubahan sosial Safi’I,2007. Paradigma baru pembangunan ekonomi daerah mengandaikan pembangunan yang ada di daerah mencakup hal berikut :  Pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi daerah bersangkutan,serta kebutuhan dan kemampuan daerah menjalankan pembangunan.  Pembangunan daerah tidak hanya terkait dengan sektor ekonomi semata melainkan keberhasilnnya juga terkait dengan faktor lainnya seperti sosial,politik,hokum,budaya,birokrasi dan lainnya.  Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan memiliki pengaruh untuk menggerakkan sektor lainnya secara lebih cepat. 2.3.1 Teori Albert Hirschman Albert Hirschman dalam teorinya yang terkenal sebagai ungrowth balance mengatakan bahwa pembangunan berproses melalui difusi pertumbuhan dari leading sector menuju ke logging sektor. Investasi tidak mesti simultan dan diarahkan ke industry strategis,yakni industri yang berkait antara satu sektor dengan sektor yang lain Hirschman,1958. Keputusan investasi pada sektor yang mempunyai kaitan paling panjang dengan sektor-sektor lain,baik forward linkage maupun backwardlinkage,karena investasi pada sektor lain akan mempunyai imbas yang terpanjang pada sektor lain. Dengan investasi tersebut,sektor tersebut bertumbuh,dan pertumbuhannya akan membantu menumbuhkan pula sektor- sektor yang terkait dengan sektor tersebut. Dalam pemahaman Hirschman,pembangunan memerlukan prioritas,pilihan lokasi,individu mupun sektor strategis yang juga punya efek forward dan backward. Hirschman 1958 mengemukakan bahwa di daerah miskin banyak kendala yang dihadapi pada saat setiap sektor melaksankan strategi kebijakan pertumbuha berimbang. Kendalanya adalah ketakcukupan permintaan,ketakcukupan tabungan dan khususnya ketakcukupan kemampuan keusahawanan. 2.3.2 Theori Nurkse. Pandangan atau teori Nurkse bertentangan dengan teori Albert Hirschman, Nurkse tekenal dengan The Big Push Theory-nya yang menetang upaya pembangunan yang bersifata gradulaisme dan inkrementalisme. Dimana menurut Nurkse untuk mengatasi diskontinuitas pembangunan perlu “dorongan Besar”melaui investasi simultan di berbagai sektor kegitan ekonomi. Investasi capital sinkronis pada aneka ragam industry merupakan tindakan tepat untuk mengatasi kegagalan pembangunan Balance Growth. Permasalahannya adalah bahwa untuk mendukung investasi secara besar- besaran itu memerlukan dana yang besar. Sementara di daerah-daerah miskin,investasi yang rendah justru karena kemiskinan mereka. Nurkse 1957 dengan mengemukakan vicious circle of poverty menyatakan kemiskinan mengakibatkan rendahnya tabungan,yang pada gilirannya akan mengakibatkan rendahnya investasi. Investasi rendah akan mengakibatkan rendahnya produktivitas yang pada gilirannya akan mengakibatkan rendahnya pendapatan mereka. Sebabnya Nurkse mengusulkan tiga kebijakan meningkatkan tabungan,investasi dan produktivitas. Pandangan Nurkse sangat berbedan dengan Hirschman 1958 yang menyatakan dalam konsepnya strategi pembangunan ekonomi adanya pilihan orientasi kebijakan antara investasi pada social overhead capital SOC atau Direct Productive Activities DPA. Pada saat ketesediaan dana pembangunan yang menipis,dan kenyataan bahwa “syarat minimal” ketersediaan prasarana sudah tersedia,cukup tepat untuk mempertimbangkan saran tentang development via shortage pembangunan melalui kekurangan,sebagai pengganti strategi “pembangunan melalui kapasitas berlimpah” development via excess capacity.

2.4 Pengertian dan Teori Pertumbuhan Ekonomi