Latar Belakang Masalah Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten Tapanuli Utara Dengan Kabupaten Humbang Hasundutan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan agenda sentral bagi semua Negara. Pembangunan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hajat hidup orang banyak serta perbaikan kualitas berbagai aspek kehidupan manusia. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus oleh suatu Negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, dan merupakan proses dinamis untuk mencapai kesejahtraan masyarakat. Mudarajat kuncoro 2004 melihat dan mendefenisikan pembangunan sebagai suatu proses yang berisifat multidimensional. perubahan yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia seperti dalam hal struktur sosial,sikap mental,dan lembaga-lembaga sosial. Termasuk akselerasi pertumbuhan ekonomi,perbaikan distribusi pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan absolut. Pada umumnya pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu Negara memang cenderung difokuskan terhadap pembangunan di bidang ekonomi, namun bukan berarti pembangunan dalam bidang lain tidak dubutuhkan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Pembangunan di bidang ekonomi cenderung lebih difokuskan khususnya di Negara-negara berkembang, mengingat Negara sedang berkembang memerlukan perhatian lebih dalam hal pembangunan ekonomi. Karena pembangunan dibidang ekonomi mempunyai efek ganda multiplayer effect untuk mendorong dan mempengaruhi aspek kehidupan lainnya, Dengan sasaran untuk meningkatkan PDRBProduk Domestik Bruto yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Robinson,2004 : 18 Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan pemerataan bagi penduduk suatu Negara. Meier Gemmel, 1994 196 mendefinisikan pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dapat menciptakan pendapatan rill perkapita suatu Negara meningkat dalam periode jangka panjang dengan syarat, sejumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan mutlak tidak naik, dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Namun muncul alternatif defenisi pembangunan ekonomi yang lebih menekankan income perkapita Pendapatan perkapita, Dimana defenisi ini lebih menekankan pada kemampuan suatu Negara meningkatkan output yang dapat melebihi tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan demikian Secara umum pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita Gross National Product atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang yang memerlukan berbagai usaha dan cara yang konsisten dari berbagai elemen untuk memberikan kemakmuran dan keadilan bagi hajat hidup orang banyak. Sebagaimana halnya pengertian pembangunan pada umumnya, pembangunan daerah juga merupakan hal yang multi-dimensi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan komponen masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut Lincoln Arsyad,1999 ; Blakely E. J, 1989. Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi,struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk,antar daerah dan antar sektor. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya Kuznetz, 1966. secara sederhananya pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perubahan dari Produk domestik Bruto PDB di tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto di tingkat Daerah PDRB. Namun para teoritikus ilmu ekonomi pembangunan masa kini masih terus menyempurnakan makna,hakikat dan konsep pertumbuhan ekonomi. Para teoretikus menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dari pertambahan Produk domestik Bruto PDB dan PDRB saja, akan tetapi diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan,kepuasan dan kebahagiaan dengan rasa aman dan tentram yang dirasakan oleh masyarakat luas Lincolin Arsyad, 1999. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari kesejahtraan masyarakat. Suatu perekonomian dapat dikategorikan mengalami pertumbuhan yang dinamis apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang dijadikan ukuran sebagia kesuksesan pembanguan suatu Negara, memang secara teoritis dapat dibenarkan, namun disatu sisi jika melihat realitasnya baik itu secara Nasional maupun regional daerah pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau dinamis yang diharapkan dapat dinikmati masyarakat sampai kelapisan yang paling bawah melalui proses merambat kebawah trickle-down effect tidak serta merta dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat yang merupakan tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri. Karena pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu di barengi oleh kenaikan dalam ketimpangan distribusi pendapatan atau ketimpangan relatif Thee Kian Wie, 1980. Bahkan para ahli ekonomi mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat dan distribusi pendapatan terdapat suatu trade- off. Jika melihat pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara, secara angka statistik pertumbuhan ekonomi Sumut dapat dikategorikan bertumbuh pesat dan relatif tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sumatera Utara menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang dinamis dari tahun ketahun. BPS mencatat sebagai berikut : 5,74 tahun 2004,5,48 tahun 2005,6,20 tahun 2006,6,90 2007, dan 6,39 tahun 2008. Bila kita bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dalam skala nasionalIndonesia Badan Pusat StatistikBPS mencatat sebagai berikut : tahun 2004 5,03,tahun 2005 5,69,tahun 2006 6,28 ,tahun 2007 6,28 dan tahun 2008 6,06. Secara angka statistik pertumbuhan ekonomi Sumatera utara memang cenderung mengalami progresif dari tahun ketahun, dan hal tersebut telah dapat menunjukkan bahwa Sumatera Utara sudah mampu melaksanakan pembangunan dengan baik. Namun hal ini tidak serta merta mengindikasikan bahwa pembangunan di sumut terjadi secara merata serta mencapai apa yang menjadi tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri yaitu kesejahtraan masyarakat. Terlebih dahulu perlu diperhatikan apakah pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh kontribusi seluruh masyarakat atau hanya sebagian masyarakat saja. Karena tak dapat dipungkiri walaupun pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu Negara atau wilayah, tak dapat disangkal bahwasanya pemerataan pembangunan merupakan salah satu indikator dari pembangunan yang lazim digunakan oleh badan-badan dunia dalam menilai keberhasilan pembangunan suatu Negara. Todaro,1996 : 164. Tolok ukur keberhasilan pembangunan tidak bisa hanya dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memang merupakan suatu kondisi yang diperlukan necessary tetapi tidak mencukupi sufficient bagi proses pembangunan Sirojuzilam,2008 :23. Keberhasilan suatu pembangunan menyangkut struktur ekonomi,pengurangan tingkat kemiskinan, dan pengangguran secara khususnya menyangkut distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Teriakan para ekonom ini membawa perubahan dalam paradigma pembangunan yang mulai menyoroti bahwa pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang bersifat multidimensional Mudrajat Kuncoro,2003. Pembangunan dalam lingkup Negara secara spasial tidak selalu merata. Kesenjangan antar daerah sering kali menjadi permasalahan serius. Kesenjangan atau ketimpangan disparity antar daerah merupakan konsekuensi logis pembangunan dan merupakan suatu tahap perubahan dalam pembangunan itu sendiri. perbedaan kemajuan antar daerah yang berlebihan tentu akan meyebabkan pengaruh yang merugikan Backwash Effect mendominasi pengaruh yang menguntungkan spread effect terhadap pertumbuhan daerah,dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan. Pelaku-pelaku yang mempunyai kekuatan dipasar secara modal akan cenderung meningkat bukannya menurun,sehingga akan mengakibatkan ketimpangan antar daerah. Isu kesenjangan ekonomi antar daerah di Indonesia mulai mengemuka pada dua dekade terakhir masa pemerintahan Orde Baru. Isu ini sudah menjadi kajian menarik karena menyangkut kepentingan Negara dan bangsa,yakni: stabilitas politik,ekonomi,dan sosial,utamanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saat ini isu tersebut masih relevan Karena permasalahan kesenjanganketimpangan ekonomi antar daerah belum terpecahkan secara memuaskan,disamping berkembangnya dinamika spasial. Secara alamiah Ketimpangan pembangunan antar daerah terjadi sebagai konsekuensi dari latar belakang perbedaan antar wilayah. Perbedaan itu berupa perbedaan karakteristik alam,sosial,ekonomi,dan sumber daya alam yang penyebarannya berbeda di setiap wilayah. Perbedaan tersebut menjadi penghambat dalam pemerataan pembangunan ekonomi dikarenakan terkonsentrasinya suatu kegiatan perekonomian yang berdampak meningkatnya pertumbuhan ekonomi di beberapa wilayahdaerah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kelebihan kekayaan alam yang dimiliki diharapkan memberi dampak menyebar spread effect. Hanya saja kekayaan alam ini tidak dimiliki oleh seluruh wilayah secara merata di Indonesia. Disamping itu juga adanya ketimpangan redistribusi pembagian pendapatan dari pemerintah pusat atau peropinsi ke daerah Mudrajat Kuncoro,2004. Hal inilah yang meyebabkan terjadinya ketimpangan atau kesenjanagan antar daerah. Namun demikian,kondisi tersebut tidak dapat digunakan sebagai pembenaran untuk membiarkan ketimpangan ekonomi antar daerah semakin melebar. Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan merupakan dua kabupaten yang berada di Provivinsi Sumatera Utara. Kedua kabupaten ini secara geografis berada dalam satu kawasan yang saling berdekatan. Kabupaten ini memiliki pola pengembangan wilayah yang hampir sama,namun strategi pengembangan yang berbeda,sehingga membuat kedua daerah ini memunyai laju pertumbuhan yang juga berbeda. BPS mencatat Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara mengalami fluktuasi dari setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten dari sisi penggunaan mengalami peningkatan dari tahun-ketahun khususnya dari tahun 2001-2007. Hal ini sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi nasional dan keadaan ekonomi yang mulai stabil. Menurut data PDRB ADHK pertumbuhan ekonomi Tapanuli Utara tahun dari tahun-ketahun www.bpssumut.go.id yaitu : 4,47 pada tahun 2001, 4,32 tahun 2002, 4,76 tahun 2003, 4,74 tahun 2004, 5,04 tahun 2005, 5,44 tahun 2006, 6,03 tahun 2007, 5,74 tahun 2008, dan 4,98 pada Tahun 2009. Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara . Pada tahun 2004 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 4,74 meningkat menjadi 5,04 pada tahun 2005 dan mencapai angka 6,03 pada tahun 2007 dan kemudian bertumbuh lagi sebesar 5,74 pada tahun 2008 namun mengalami penurunan pada tahun 2009 dengan pertumbuhan 4,98. 8 2007 2005 2006 2004 2003 2002 2001 2008 2009 6 4 2 4.98 5.04 4.74 4.76 4.32 4.47 6.03 5.44 5,74 Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tapanuli Utara Tahun 2001-2009 persen Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,03 dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 4,32. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2007 sebesar 6,03 persen dengan kontribusi tertinggi dari sektor pertanian mencapai 54,74 dari total PDRB. Sektor yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB kabupaten Tapanuli Utara adalah sektor pertanian sebesar 54,74 disusul oleh sektor Perdagangan,hotel dan restoran sebesar 14,38,sektor jasa sebesar 13,91 sektor lainnya sebesar 16,97 dan sektor yang paling kecil adalah pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 0,13. Sedangkan Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki pertumbuhan ekonomi yang juga mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Dan bila dibandingkan dengan Kabupaten Tapanuli utara pertumbuhan ekonomi Humbang Hasundutan tingkat fluktuasinya lebih kecil. Dimana pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2007 mencapai 6,06 atau hampir sama dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2006 sebesar 6,20. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Humbang Hasundutan dari tahun ke tahun www.bpssumut.go.id yaitu : 5,71 pada tahun 2004, 5,65 tahun2005, 5,77 tahun 2006, 6,06 tahun 2007, 5,84 tahun 2008,dan 5,32 pada tahun 2009. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertanian sebesar 59,08 diikuti dengan sektor perdagangan,hotel dan restaurant sebesar 14,42 ,sektor jasa 13,93 dan 6 sektor lainnya sebesar 12,57, sektor kontributor paling sedikit adalah penggalian yang hanya menyumbangkan 0,20.Humbang Hasundutan dalam angka 2009. Dilihat dari segi PDRB perkapita BPS mencatat PDRB perkapita Kabupaten Tapanuli utara mencapai Rp 11.682.269 pada tahun 2008 dan 12.498.057 pada tahun 2009.Sedangkan Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki PDRB perkapita lebih besar mencapai Rp12.545.644 pada tahun2008 dan pada tahun2009 mencapaiRp13.767.253 dimana bila dibandingkan dengan PDRB perkapita Tapanuli Utara pada tahun 2009 hampir sama denga pendapatan perkapita Humbang Hasundutan pada tahun 2008. Namun hal yang patut menjadi perhatian adalah bahwa kondisinya masih sangat jauh jika kita bandingkan dengan Sumater Utara,dimana pada tahun 2004 saja PDRB Sumatera Utara sudah mencapai Rp9.740.000 dan pada Tahun 2009 mencapai Rp17.840.000.hal ini menunujukkan bahwa secara kasar tingkat kesejahtraan masyarakat Kedua daerah ini masih jauh lebih rendah dibanding Sumatera Utara. Meskipun Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki banyak kesamaan seperti halnya sektor ekonominya yang didominasi oleh sektor pertanian,letak geografis yang samaberada dalam satu kawasan dan sumber daya alamnya yang tidak jauh berbeda,tetapi masih terdapat ketimpangan pembangunan yang signifikan yang diakibatkan oleh strategi pembangunan daerah yang berbeda,konsentrasi kegiatan ekonomi,kondisi demografi,mobilitas barang dan jasa,kondisi infrastruktur yang berbeda serta alokasi dana pembangunan antar daerah. Dari latar belakang dan uraian diatas, maka penulis mengangkat judul “Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten Tapanuli Utara dengan Kabupaten Humbang Hasundutan” untuk mengetahui lebih lanjut dan menguji sejauh mana ketimpangan yang terjadi antara Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan serta menganalisis potensi ekonomi yang dimiliki oleh kedua daerah tersebut.

1.2 Perumusan Masalah