Teori Pembangunan Regional. Analisis Ketimpangan Pembangunan Antara Kabupaten Tapanuli Utara Dengan Kabupaten Humbang Hasundutan

 Kemajuan teknologi yang netral,terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi menggunakan jumlah dan kombinasi faktor in-put yang sama,inovasi yang sederhana,seperti pengelompokan tenga kerja yang mendorong peningkatan output masyarakat.  Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja,sebagian besar kemajuan teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga kerja,jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai produksi mulai semakin sedikit.  Kemajuan teknologi yang hemat modal,merupakan fenomena yang relative langka,hal ini dikarenakan hamper semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja dan bukan penghemat modal.

2.5 Teori Pembangunan Regional.

Petumbuhan regional adalah produk dari banyak faktor yang bersifat intern dan eksetern sosio politik. Faktor itern meliputi distribusi meliputi distribusi faktor produksi sperti tanah,tenaga kerja,,dan modal. Sedangkan salah satu penentu ekstern yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh suatu daerah tertentu.Pertumbuhan ekonomi daerah yang berbeda-beda akan menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan pendapatan antar daerah. Myrdal 1968 dan Friedman 1976 menyebutkan bahwa pertumbuhan atau perkembangan daerah akan menuju kepada divergensi. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh di dorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu system wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis,tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrative,tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industry dan distribusi. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas degaradasi dan kuantitas sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sealin itu,seringkali pula terjadinya konflik pemanfaatan ruang antar sektor. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi regional yang lazim dikenal yaitu : 2.5.1 Teori Basis Ekspor Export Base Theory Teori ini dikemukakan oleh Douglas E.North 1955 ini merupakan model yang paling spesifik dari teori pertumbuhan ekonomi. Region yang ruang tinjauannya lebih berfokus kepada kemampuan untuk melakukan transaksi ekspor,sehingga pertumbuhan ekonomi daerah lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan dan tata lokasi kegiatan tersebut. Model teori basis ekspor ini menekankan pada beberapa hal antara lain : a Bahwa suatu daerah tidak menjadi daerah industri untuk dapat tumbuh dengan cepat,sebab faktor penentu pertumbuhan daerah adalah keuntungan komparatif keuntungan lokasi yang dimiliki yang oleh daerah tersebut. b Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan dapat dimaksimalkan bila daerah yang bersangkutan memanfaatkan keuntungan komparatif yang dimiliki menjadi kekuatan basis ekspor ; c Ketimpangan antar daerah tetap sangat besar dipengaruhi oleh variasi potensi masing-masing daerah. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan suatu region,strategi pembangunan Harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional. 2.5.2 Teori Neo-klasik Neo-Classic Theory Dalam Negara sedang berkembang,pada saat proses pembangunan baru dimulai,tingkat perbedaan kemakmuran antar wilaya cenderung menjadi tinggi divergence, sedangkan bila proses pembangunan telah balan dalam waktu yang lama maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun Convegence. Hal ini disebabkan pada Negara sedang berkembang lalu lintas modal masih belum lancar sehingga proses penyesuaian kea rah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapata terjadi Sirojuzilam,2005:9 . Teori ini mendasarkan analisanya pada komponen fungsi produksi. Unsure-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal,tenga kerja,dan teknologi. Adapun kekhususan teori ini adalah dibahasnya secara mendalam pengaruh perpindahan penduduk migrasi dam lalu lintas modal terhadap pertumbuhan regional. Masih belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk biasanya merupakan faktor utama yang menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal antar daerah. Sedangkan pada Negara-negara yang telah maju proses penyesuaian tersebut dapat terjadi dengan lancar karena telah sempurnanya fasilitas perhubungan dan komunikasi. 2.5.3 Teori Kumulatif Kausatif Cummulative Causative Theory Yang mempelopori teori ini adalah Gunnar Myrdal 1957 yang mengatakan adanya suatu keadaan berdasarkan kekuatan relative dari “Spread Effect” dan “Back wash effect”. Spread Effect merupakan kekuatan yang menuju konvergensi antar daerah-daerah kay dan daerah-daerah miskin. Dengan timbulnya derah kaya,maka akan tumbuh pula permintaannya terhadap produk- produk daerah miskin. Dengan demikian mendorong pertumbuhannya. Namun Myrdal meyakini bahwasanya dampak Spread Effect ini lebih kecil daripada Back wash effect. Pertambahan permintaan terhadap produk daerah miskin tersebut terutama barang-barang hasil pertanian oleh daerah kaya tentu saja mempunyai nilai permintaan yang rendah,sementara konsumsi daerah miskin terhadap produk daerah kaya akan lebih mungkin terjadi. Para pelopor teori ini menekankan pentingnya campur tangan pemerintah untuk mengatasi perbedaan yang semakin menonjol. 2.5.4 Teori pusat Lingkungan Core Perpihery Theory. Teori pusat lingkungan ini di kemukakan oleh Friedman sejak tahun 1966,yang melihat hubungan antara pembangunan kota core dan desa periphery disekitarnya. Friedman berusaha untuk merumuskan suatu keadaan yang akan menciptakan suatu suasana kota di areal pedesaan,misalnya adanya kelengkapan yang memadai sebagaimana halnya diperkotaan,atau sebaliknya bagaimana pula menciptakan kehidupan dan nunsa desa di daerah kota. 2.5.5 Teori Pusat Pertumbuhan Growth Poles Theory Teori pusat pertumbuhan merupakan salah satu teori yang dapat menggabungkan antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus. Maka dengan demikian teori pusat pertumbuhan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang,yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelsok daerah. teori ini juga dapat menggabungkan antara kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan terpadu. Pusat pertumbuhan jika dilihat secara fungsional adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar derah belakangnya. Secara geografis pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di daerah tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang ada. Tidak semua kota generative dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat cirri yaitu adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi,adanya multiflier effect efek ganda,konsentrasi geografis,dan bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakang. Robinson,2004: 115.

2.6 Ketimpangan Pembangunan Wilayah