Pengertian Novel Hakikat Novel dan Nilai Pendidikan

saja kabur. Ciri-ciri yang ditemukan dalam novel serius yang biasanya dipertentangkan dengan novel populer sering juga ditemukan dalam novel populer, atau sebaliknya. 12 Berbicara tentang sastra populer, Kayam dalam Nurgiyantoro menyebutkan bahwa sastra populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan. Ia menyajikan kembali rekaan-rekaan kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena seseorang telah menceritakan pengalamannya dan bukan penafsiran tentang emosi itu. Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya. 13 Novel populer telah mengalami perkembangan. Ada jenis novel yang lahir dari novel populer, yaitu novel metropop. Ada kriteria dalam novel metropop. Dalam novel metropop, tema cerita tidak ditentukan, tetapi mengharuskan tema cerita berkaitan dengan kehidupan metropolitan. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel-novel metropop merupakan tokoh yang dekat dengan kehidupan masyarakat urban Indonesia karena penulisan novel metropop dilakukan oleh pengarang Indonesia. Perkotaan adalah latar fisik yang terdapat dalam novel metropop. Latar sosial yang digambarkan dalam novel-novel metropop yaitu mencakup gaya hidup masyarakat urban Indonesia, khususnya orang-orang dewasa muda, dan bahasa sehari-hari yang ditulis dengan ringan dan santai. Novel metropop dikategorikan sebagai novel-novel dewasa. Karya-karya metropop dapat dibaca oleh siapa pun, baik perempuan maupun laki-laki dewasa. Selain itu juga metropop ditujukan untuk pembaca Indonesia karena tokoh-tokoh di novel ini dekat dengan kehidupan masyarakat urban Indonesia. 14 Adapun mengenai novel serius cenderung yang muncul adalah memicu sedikitnya pembaca yang berminat pada novel sastra ini. Meskipun demikian, hal ini tidak menyebabkan popularitas novel serius menurun. Justru novel ini mampu 12 Ibid, h. 17 13 Ibid, h. 18 14 Yuliono, Novel Metropop, Kebaruan dalam Novel popular, 2013, httpwww.goodreads.com. bertahan dari waktu ke waktu. Misalnya, roman Romeo Juliet karya William Shakespeare atau karya Sutan Takdir, Armin Pane, Sanusi Pane yang memunculkan polemik yang muncul pada dekade 30-an yang hingga saat ini masih dianggap relevan dan belum ketinggalan zaman.

4. Satra dan Nilai Pendidikan

Nilai dapat diartikan suatu ide yang paling baik, menjunjung tinggi dan menjadi pedoman manusia atau masyarakat dalam tingkah laku, keindahan, dan keadilan. 15 Dalam karya sastra itu ternyata mengandung nilai pendidikan yang dapat kita ambil. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai sastra terutama novel sebagai karya yang mengandung macam-macam nilai pendidikan. Sastra sebagai hasil kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, filosofi, religi dan sebagainya. Baik yang bertolak dari pengungkapan kembali ataupun yang baru semuanya dirumuskan secara tersurat dan tersirat. Sastra tidak saja lahir karena kejadian, tetapi juga dari kesadaran penciptaannya bahwa sastra sebagai sesuatu yang imajinatif, fiktif, juga harus melayani misi-misi yang dapat dipertanggungjawabkan serta bertendensi. 16 Sastrawan ketika menciptakan karyanya tidak saja didorong oleh hasrat untuk menciptakan keindahan, tetapi juga berkehendak untuk menyampaikan pikiran-pikirannya, pendapat-pendapatnya, dan kesan-kesan perasaannya terhadap sesuatu. Melalui karyanya, pencipta karya sastra berusaha untuk mempengaruhi pola pikir pembaca dan ikut mengkaji tentang baik dan buruk, benar mengambil pelajaran, teladan yang patut ditiru sebaliknya, untuk dicela bagi yang tidak baik. Karya sastra diciptakan bukan sekedar untuk dinikmati, akan tetapi untuk dipahami dan diambil manfaatnya. 17 Karya sastra tidak sekedar benda mati yang tidak berarti, tetapi di dalamnya termuat suatu ajaran berupa nilai-nilai hidup dan pesan-pesan luhur 15 Fakultas Bahasa dan Seni, Estetika Sastra, Seni, dan Budaya, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, 2008, hlm. 49-50. 16 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: Buku Seru, 2013, h. 89 17 Ibid., h. 22 yang mampu menambah wawasan manusia dalam memahami kehidupan. Dalam karya sastra, berbagai nilai hidup dihadirkan karena hal ini merupakan hal positif yang mampu mendidik manusia, sehingga manusia mencapai hidup yang lebih baik sebagai makhluk yang dikaruniai oleh akal, pikiran, dan perasaan. 18 Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu mengungkapkan perbuatan apa yang dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi, dan hal apa saja yang dijunjung tinggi. Adapun nilai-nilai pendidikan dalam novel sebagai berikut. a. Nilai Pendidikan Religius Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya berhubungan ke dalam keesaan Tuhan. 19 Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat individual dan personal. Nurgiyantoro berpendapat, bahwa kehadiran unsur religi dalam sastra adalah sebuah keberadaan sastra itu sendiri. 20 Mangunwijaya menyatakan, bahwa pada awalnya semua karya sastra adalah religius. Semua sastra pada awalnya digunakan sebagai sarana berpikir dan berzikir manusia akan kekuasaan, keagungan, kebijaksanaan, dan keadilan Tuhan Yang Maha Esa. Kerinduan manusia kepada Tuhan, bahkan hubungan kedekatan manusia dengan Tuhan telah lama ditulis dalam karya sastra para sufi, seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar Raniri, Al Hallaj, Amir Hamzah, Abdul Hadi W.M, dan masih banyak lagi. 21 18 Jakob Sumardjo, Memahami Kesustraan, Bandung: Alumni, tt, h. 14 19 Rosyadi, Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba, Jakarta: CV Dewi Sri, 1995, h. 90 20 Nurgiyantoro, op. cit., h. 326 21 Lustantini Septiningsih, Mengoptimalkan Peran Sastra dalam Pembentukan KarakterBangsa, 2013, httpwww.kemendikbud.com