Biografi Pengarang Deskripsi Novel
                                                                                dapatkan…” Kalau  begitu  tepat  Bung,  Uang  ini  harus  kita
bersihkan.  Kita  cuci.  Kita  bagi-bagi  saja  besok
kepada mereka…”
18
6. “……Baiklah  sobat  mulai  saat  ini  anda  memasuki
markas  maksiat  di  negeri  ini.  Kamu  masih  ingat kunci-
kunci yang dulu saya berikan?” “Oh, masih...”
“Antara lain?” “Semua ini juga kehendak Allah, Jack...”
“Bagus Apalagi?” “Kadang  Allah  menakdirkan  hambaNya  berbuat
maksiat,  dalam  rangka    si  hamba  itu  lebih  dekat kepa
daNya....” “Asyik, apalagi....?
“Orang yang merasa aneh dengan kekuasaan Allah mengentas  seorang  ahli  maksiat,  maniak  dosa,
menjadi  kekasih  Allah,  berarti  tidak  paham  dengan
kekuasaan Ilahi itu sendiri...” “Jack memeluk  si Gendut sekali lagi….”
19
Ketenangan
7. “…..jangan berhenti berprofesi. Hanya karena ingin
mendekati  Allah,  lalu  anda  berhenti  meninggalkan semuanya.  Keinginan  itu  adalah  hawa  nafsu  anda
yang  tersembunyi,  emosi  anda  yang  tergesa-gesa. Biarlah  Allah  menakdirkan  dan  memposisikan  anda
di  mana, dan  bagaimana saat ini. Kelak  anda bisa sangat dekat dengan Allah tanpa anda harus berhenti
dari profesi anda..
20
Kesabaran
8. ..”….Di  bulan  puasa  ini  kedatangan  Jack  selain
membawa  oleh-oleh  sekedar  berbekal  untuk  buka puasa  bagi  masyarakat  kumuh  itu,  Jack  sedang
membawa  kabar  gembira  bagi  mereka.  Yaitu  wujud impian masa depan mereka, yaitu anak-anak mereka.
Anak-anak germo, anak pelacur, anak preman, anak maling,  anak  pemulung,  siapa  yang  memikirkan
mereka?  Jack  hanya  geleng  kepala  pada  penguasa negeri ini
……”
21
Cinta Kasih
9. “…….Siapa yang bersahabat dengan manusia model
ini,  ia  akan  mendapatkan  tiga  hal  pula:  Meraih kebajikan-kebajikan  tersebut  sebagai  anugerah,
karena  seseorang  itu  sangat  erat  kaitannya  dengan
Bersahabat
18
Ibid., h. 84
19
Ibid., h. 166
20
Ibid., h. 161
21
Ibid., h. 11-12
keyakinan  agama  sahabat  dekatnya.  Ia  juga  meraih rasa  ringan  dalam  hatinya,  dan  mendapatkan
keselamatan dunia dan agamanya …….”
22
10. “….Apakah anda juga  masih menuntut sesuatu dari
Allah? Ini sungguh tidak sopan, tidak etis, dan tidak punya  adab  di  hadapan  Allah,  karena    Anda  pasti
tidak  yakin  kepada  Allah,  karena  anda  pasti  sangat mencurigai  Allah.  Apa  modal  kita,  bekal  kita,
prestasi amal kita, sehingga kita punya hak menuntut Allah? Padahal kita tidak pernah memiliki modal, tak
pernah  berbuat,  tak  pernah  membuat  bekal.  Sebab yang  menggerakkan  kepatuhan,  amal,  taat,  ibadah
kita itu, Allah juga
...”
23
Tawadhu’
                