melakukan  tindakan  yang  berlebihan  dalam  menghukum,  walaupun  dalam tingkatan tertentu hukuman itu dibolehkan.
Kemudian muncul pertanyaan apakah sistem pendidikan yang ada selama ini  telah  gagal  dalam  membentuk  kepribadian  anak-anak  bangsa?  Jika  peneliti
menilik  pada  hasil  penelitian  Taufik  Ismail,  penyair  senior  Indonesia,  bahwa minimnya  pembelajaran  apresiasi  sastra  adalah  salah  satu  penyebab  mengapa
kemerosotan  moral  yang  terjadi.  Taufik  Ismail  memaparkan  „TRAGEDI  NOL BUKU’  bahwa  siswa-siswi  di  Indonesia  berhasil  menyelesaikan  „NOL’  karya
sastra  sampai  mereka  menginjak  SMA.  Hal  ini  begitu  memilukan  jika dibandingkan  dengan  budaya  literasi  yang  berkembang  di  negara-negara  maju,
bahkan  di  Malaysia  sekalipun.
14
Dari  sinilah  muncul  kesadaran  bahwa  menurut peneliti pendidikan akhlak tasawuf pendidikan yang berorientasi pada jiwa, pada
penanaman kebenaran universal sebagai pemenuhan fitrah manusia yang berbasis sastra menjadi sebuah keniscayaan.
Karya  sastra  dapat  menjadi  salah  satu  medium  yang  efektif  dalam pendidikan  akhlak  tasawuf.  Karena  sastra  bisa  mengasah  rasa,  mengolah  budi,
membukakan  pikiran  dan  mengajak  manusia  berdialog  dengan  dirinya  sendiri. Namun,  tidak  semua  hasil  karya  sastra  dapat  digunakan  sebagai  sarana
membangun  akhlak.  Sastra  yang  dapat  digunakan  untuk  membangun  akhlak adalah  sastra  yang  „baik’.  Sastra  yang  baik  adalah  yang  mampu  membuat
pembacanya  melakukan  suatu  perenungan,  mendapatkan  pencerahan,  dan mengajak kepada kehidupan yang lebih baik dan benar.
Dalam  hal  ini,  maka  materi  dalam  karya  sastra  sangat  penting  adanya. Keberadaan  isi  dalam  suatu  karya  sastra  haruslah  memuat  nilai-nilai  yang
mengandung unsur pendidikan akhlak tasawuf. Tanpa hal  itu, maka sastra hanya akan menjadi  bacaan  yang sifatnya menghibur belaka tanpa ada nilai  yang dapat
dijadikan pelajaran. Novel  termasuk  karya  sastra  yang  banyak  beredar  di  masyarakat  dan
memuat  banyak  nilai-nilai  pendidikan  untuk  kehidupan  manusia  dalam  setiap ceritanya.  Sebagai  pembaca  kita  harus  dapat  menangkap  nilai  apa  yang
14
Taufik Ismail, Generasi Nol Buku, 2013, http:www.kompas.com.
sebenarnya  ingin  disampaikan  dari  novel  tersebut  kepada  para  pembaca,  bukan hanya sekadar bacaan yang menghibur semata.
Berdasarkan asumsi bahwa novel merupakan salah satu karya sastra yang memuat  banyak  nilai-nilai  pendidikan,  jadi  bisa  disimpulkan  bahwa  karya  sastra
berupa  novel  layak  menjadi  medium  dalam  ranah  pendidikan,  karena  memuat nilai-nilai pendidikan yang dapat berkontribusi dalam pembangunan masyarakat.
Dalam  hal  ini,  peneliti  tertarik  untuk  menganalisis  sebuah  karya  sastra berupa  novel  yang  berjudul  Jack  and  Sufi  karya  Muhammad  Luqman  Hakim.
Dalam  karyanya  tersebut,  si  pengarang  banyak  memberikan  hal-hal  penting tentang  nilai-nilai  pendidikan  akhlak  tasawuf.  Menurut  peneliti  novel  ini  sarat
akan muatan nilai pendidikan akhlak tasawuf mengingat si pengarang adalah ahli di  bidang  ilmu  tasawuf.  Sebagai  contoh  diceritakan  si  Jack  tokoh  sentral  dalam
buku ini adalah seorang yang telah belajar ilmu tasawuf dari berbagai negara dan dia juga mempunyai pesantren yang cukup terkenal di daerahnya, namun dia tidak
langsung  kembali  ke  pesantrennya  untuk  mengajarkan  ilmu  yang  didapatnya, tetapi malah memilih untuk berdakwah di wilayah yang hampir tak tersentuh oleh
para  ulama  seperti  dia.  Wilayah  itu  dia  sebut  sebagai  wilayah  remang-remang, karena  di  dalamnya  memang  tercampur  antara  kebaikan  dan  keburukan.  Dia
memilih  wilayah  tersebut  karena  panggilan  Ilahi  untuk  mengajak  mereka  yang telah  terbawa  arus  hitam  untuk  kembali  ke  jalan  yang  benar  dengan  cara  dia
sendiri. Dari  pengamatan  yang  dilakukan  peneliti  ada  beberapa  novel  yang
dijadikan  judul  skripsi  untuk  diambil  nilai-nilai  akhlaknya  seperti  novel  Bumi Cinta karya Habiburrahman al-Syirazi, Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman al-
Syirazi.
15
Ada  juga  yang  meneliti  novel  ini  Jack  and  Sufi  namun  nilai  yang diambil adalah nilai tentang kepedulian sosialnya. Skripsi tersebut peneliti jumpai
di  perpustakaan  online  milik  UMM  Universitas  Muhamdiyah  Malang  dengan judul
“Nilai Kepedulian Sosial Dalam Buku Jack and Sufi”.
16
Jadi memang belum ada  judul  skripsi  seperti  yang  akan  diteliti  oleh  peneliti.  Melihat  data  tersebut
15
Lihat Katalog skripsi di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
Lihat Katalog Perpustakaan Online UMM Universitas Muhammadiyah Malang
menurut  peneliti  merupakan  hal  yang  penting  untuk  menggali  nilai-nilai pendidikan  akhlak  tasawuf  dalam  novel  Jack  and  Sufi  tersebut,  mengingat
pentingnya  nilai  pendidikan  akhlak  tasawuf  itu  sendiri  dan  adanya  nilai pendidikan  akhlak  tasawuf  dalam  novel  tersebut.  Adapun    penelitian  ini  akan
diberi  judul  “Kandungan  Nilai-Nilai  Pendidikan  Akhlak  Tasawuf  dalam  Novel Jack and Sufi Karya Muhammad
Luqman Hakim.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Derasnya arus modernisasi yang mengakibatkan masyarakat terkena
penyakit kerusakan moral akhlak 2.
Praktek  pendidikan  yang  masih  hanya  fokus  pada  kecerdasan  otak, dan  mengabaikan  tentang  pentingnya  kecerdasan  emosional  dan
spiritual. 3.
Kurangnya  pemahaman  tentang  pendidikan  akhlak  tasawuf  sebagai pendidikan emosional dan spiritual.
4. Pola  pendidikan  yang  kurang  mengena  dapat  mengakibatkan
kerusakan akhlak pada anak didik. 5.
Penggunaan  metode  alatmedia  pendidikan  yang  belum  optimal sehingga belum bisa membentuk pribadi anak didik dengan baik.
6. Kurangnya minat mengapresiasi karya sastra novel sebagai medium
dalam  penyampaian  nilai-nilai  pendidikan  guna  membentuk kepribadian anak didik.
7. Masih belum adanya penelitian mengenai novel Jack and Sufi untuk
digali  nilai-nilai  pendidikan  akhlak  tasawuf  yang  terkandung  di dalamnya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan  identifikasi  masalah  di  atas,  maka  penelitian  ini  dibatasi hanya  pada
“Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Tasawuf dalam Novel Jack and Sufi Karya Muhammad
Luqman Hakim.”
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan  pembatasan  masalah  itu,  maka  rumusan  masalah  penelitian ini adalah:
“Bagaimana  nilai-nilai  pendidikan  akhlak  tasawuf    yang  terdapat dalam novel Jack and Sufi karya Muhammad Luqman Hakim
?” E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui  permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui bentuk nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf yang terkandung  dalam  novel  Jack  and  Sufi  karya  Muhammad  Luqman
Hakim. ”
2. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca, adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
1 Dapat  memperluas  khasanah  ilmu  dalam  karya  ilmiah  terutama
dalam bentuk cerita. 2
Sebagai wahana pemikiran dalam menetapkan teori-teori yang ada dengan realitas yang ada di masyarakat.
b. Manfaat Praktis
1 Dapat  memberikan  kontribusi  bagi  pembaca  dalam  pengajaran
terutama memahami makna atau hikmah dalam suatu cerita. 2
Dapat  memberikan masukan kepada peneliti lain untuk  penelitian selanjutnya.
3 Sebagai transformasi nilai pendidikan yang terimplementasi dalam
kehidupan sehari hari.
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Novel dan Nilai Pendidikan
1. Pengertian Novel
Sebelum  menjelaskan  apa  itu  novel,  baiknya  kita  pahami  apa  itu  karya sastra. Kata sastra berasal dari bahasa Sanskerta; akar kata sas-, dalam kata kerja
turunan  berarti  “mengarahkan,  mengajar,  memberi  petunjuk  atau  instruksi‟. Akhiran
–tra biasanya menunjuk alat, sarana. Maka dari itu, sastra dapat berarti ”alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran, “.
1
Karya  sastra  dapat  digolongkan  sebagai  salah  satu  sarana  pendidikan dalam  arti  luas.  Pendidikan  dalam  arti  ini  tidak  terbatas  pada  buku-buku  teks
pelajaran  dari  kurikulum  yang  diajarkan  di  sekolah,  namun  bisa  berupa  karya sastra seperti cerpen, puisi, novel. Dunia kesusastraan secara garis besar mengenal
3  jenis  teks  sastra,  yaitu  naratif  prosa,  teks  monolog  puisi,  dan  teks  dialog drama. Salah satu dari ragam prosa adalah novel.
2
Jadi, karya tulis berupa novel termasuk salah satu dari  karya sastra berupa teks, yang berisi tentang cerita.
Kata  novel  berasal  dari  bahasa  latin,  novus  baru.  Sedangkan  dalam bahasa Italia novel disebut novella, kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel.
yaitu  suatu  proses  naratif  yang  lebih  panjang  dari  pada  cerita  pendek  cerpen, yang  biasanya  memamerkan  tokoh-tokoh  atau  pristiwa  imajiner.  Novel
1
Partini  Sardjono  Prodotokusumo,  Pengkajian  Sastra,  Jakarta:  PT  Gramedia  Pustaka Utama, 2008, h. 7
2
Widjoko dan Endang Hidayat,  Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung: Upi Press, 2006, cet. ke-1, hal. 43.
merupakan  karangan  sastra  prosa  panjang  dan  mengundang  rangkaian  cerita kehidupan  seseorang  dengan  orang-orang  di  sekitar  dengan  cara  menonjolkan
sifat dan watak tokoh-tokoh itu.
3
Alterbernd  dan  Lewis,  dalam  Burhan  Nurgiyantoro,  berpendapat,  fiksi —
sebagai sinonim dari novel —adalah: prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun
biasanya  masuk  akal  dan  mengandung  kebenaran  yang  mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmanusia. Pengarang mengemukakan hal itu berdasarkan
pengalaman  dan  pengamatannya  terhadap  kehidupan.  Namun,  hal  itu  dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan
unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.
4
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , novel diartikan sebagai “karangan
prosa  yang  panjang  yang  mengandung  rangkaian  cerita  kehidupan  seseorang dengan  orang-orang  di  sekelilingnya  dengan  menonjolkan  watak  dan  sifat  setiap
pelaku”.
5
Sastra berupa novel jika dilihat dari aspek isi merupakan karya imajinatif yang tidak lepas dari realitas. Karya sastra merupakan cermin zaman. Berbagai hal
yang  terjadi  pada  suatu  waktu,  baik  positif  maupun  negatif  direspon  oleh pengarang.  Dalam  proses  penciptaannya,  pengarang  akan  melihat  fenomena-
fenomena  yang  terjadi  di  masyarakat  itu    secara  kritis,    kemudian  mereka mengungkapkannya dalam bentuk yang imajinatif.
6
Novel sebagai karya sastra mempunyai fungsi dulce et utile, artinya indah dan bermanfaat. Dari aspek gubahan, sastra disusun dalam bentuk yang apik dan
menarik  sehingga  membuat  orang  senang  membaca,  mendengar,  melihat,  dan menikmatinya.  Sementara  itu,  dari  aspek  isi  ternyata  karya  sastra  sangat
bermanfaat.  Di  dalamnya  terdapat  nilai-nilai  pendidikan  yang  berguna  untuk menanamkan pendidikan karakter.
7
3
Bitstream, Pengertian Novel, 2013, http:repository.usu.ac.id.
4
Ibid., h. 2-3.
5
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia 1998, h. 1079
6
Haryadi,  Peran    Sastra  dalam  Pembentukan    Karakter  Bangsa,  Makalah  disampaikan pada Seminar Pendidikan IKIP Yogyakarta, 13 Juni 2011
7
Bulqia Mas’ud, loc. cit.,
Dengan demikian, karya sastra memiliki peran sangat fundamental dalam pendidikan.  Hal  ini  disebabkan  karya  sastra  pada  dasarnya  membicarakan
berbagai nilai hidup dan kehidupan yang berkaitan langsung dengan pembentukan karakter  manusia.  Sastra  dalam  pendidikan  berperan  mengembangkan  bahasa,
mengembangkan  kognitif,  afektif,  psikomotorik,  mengembangkan  kepribadian dan mengembangkan pribadi.
8
2. Ciri-ciri Novel
Di  Indonesia  antara  roman,  novel,  dan  cerpen  mempunyai  sedikit perbedaan. Ada juga yang disebut novellet. Dalam roman biasanya kisah berawal
dari  tokoh  lahir  sampai dewasa  kemudian  meninggal,  roman  biasanya  mengikuti aliran  romantik.  Sedangkan  novel  berdasarkan  realisme,  dan  hidupnya  dapat
berubah  dari  keadaan  sebelumnya.  Berbeda  dengan  cerita  pendek  yang  tidak berkepentingan  pada  kesempurnaan  cerita  atau  keutuhan  sebuah  cerita,  tetapi
lebih  berkepentingan pada kesan.
9
Hendy menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut: a.
Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.
b. Bahan  cerita  diangkat  dari  keadaan  yang  ada  dalam  masyarakat  dengan
ramuan fiksi pengarang. c.
Penyajian  berita  berlandas  pada  alur  pokok  atau  alur  utama  yang  batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang  yang bersifat
otonom mempunyai latar tersendiri. d.
Tema  sebuah  novel  terdiri  atas  tema  pokok  tema  utama  dan  tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.
e. Karakter  tokoh-tokoh  utama  dalam  novel  berbeda-beda.  Demikian  juga
karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang digambarkan berwatak
8
Suhardini  Nurhayati,  Sastra  dan  Pendidikan  Karakter,  2013,  httpwww.malang- post.com.
9
Sahabat Bersama, Pengertian Novel, 2013, http:Sobatbaru. Blogspot.com