Teknik Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

lantas mengutuknya. Jack juga tidak berdiam diri di kamarnya dan asyik dengan laku spritualnya. Jack juga tidak suka jika dakwahnya dilakukan dengan cara gembar-gembor, meneriakkan asma Tuhan di jalanan dengan menenteng pedang. Sebaliknya, Jack menghanyutkan diri dalam arus kehidupan kota, yaitu kota Jakarta. Hanya yang membedakan Jack dengan orang kebanyakan adalah Jack tidak terseret arus kehidupan kota, itu saja. Jack memang lain. Ketika bertahun-tahun belajar agama di pesantren, lalu meneruskan studi ke Timur Tengah, ke Eropa, dan bahkan melangkah ke Afrika untuk belajar tasawuf, Jack kembali ke Indonesia bukannya mendirikan pesantren atau mengajar di perguruan tinggi. Tapi malah menyeruak di balik semak-semak belukar Jakarta, menghampiri mereka yang dipinggirkan oleh peradaban, yang disingkirkan oleh mereka yang merasa suci, dan diabaikan oleh para ulama dan kyai, ustadz dan agamawan. Remang-remang Jakarta, remang-remang rel kereta, remang-remang mereka yang berurusan dengan peradilan, dan remang-remang yang memainkan uang rakyat untuk dikorupsi. Jack mendekati mereka untuk kembali ke jalan Ilahi, dengan caranya sendiri. 2 Jack tidak sekedar menguji diri, ilmu, d an ajaran agamanya di “majelis z ikir” remang-remang kota, melainkan benar-benar hidup dengan segala yang dimiliki di dalamnya. Lelaku yang tidak mudah untuk dijalankan oleh kebanyakan orang. Orang akan lebih suka mengasingkan diri, menyepi di kaki-kaki bukit atau di puncak gunung. Katanya di sana lebih tenang, lebih khusyu’ melakukan kegiatan spiritual dan akan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga Tuhan berbalik kasih kepadanya. Ini hanya prasangka manusia semata. Jika pola pikir seperti ini terus diperanak-pinakkan maka kehidupan kota akan semakin suram, tak ada lagi yang mencoba mengarahkan kemudi kehidupannya. Prostitusi, klub malam, diskotek dan tempat remang-remang bukanlah tempat yang sepi akan hadirnya Tuhan atau malah Tuhan tidak hadir sama sekali di sana. Tuhan meliputi segalanya, setiap inci kehidupan hambaNya. Tidak dibatasi oleh ruang waktu. 3 2 M. Luqman Hakim, Jack and Sufi, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004, cet. IV, h. 4. 3 Kaha Anwar, loc. cit. Jack melakukan bertapa di keramaian kota. Sesuatu yang amat sulit dilakukan dibanding dengan bertapa di tempat-tempat sepi. Konsekuensinya ada dua: pertama, terseret yang akhirnya gagal lelakunya. Kedua, berhasil merengkuh kenikmatan bersama orang-orang di sekitarnya. Melakukan hal tersebut pasti membutuhkan segala daya, kekuatan, ilmu yang dilambari dengan keteguhan iman, kearifan dan sikap bijak dalam menjalaninya. Sanggupkah kita menjalani seperti Jack: berdakwah dengan hasanah dan hikmah. Sungguh berat melaksanakan berpuasa setelah lebaran dan sholat setelah salam. 4 Daerah remang-remang tempat-tempat maksiat merupakan sasaran Jack dalam melakukan dakwah. Kafe merupakan tempat nongkrong paling asyik bagi Jack dalam bermunajat kepada Allah SWT dan di kafe itu pula Jack mengenal seorang waitres cantik yang bernama Susi yang akhirnya oleh Jack dianggap sahabat sekaligus murid spiritualnya. Rumah prostitusi yang dianggap tempat najis dan menjijikkan oleh sebagian besar kaum sufi, merupakan sasaran utama bagi Jack dalam menjalankan dakwahnya. 5 Anak-anak jalanan yang hampir tidak pernah disentuh oleh para ulama juga merupakan sasaran dakwah bagi Jack yang pada akhirnya beberapa dari mereka diangkat menjadi santri dan oleh Jack ditempatkan di villa yang disulap menjadi pondok pesantren yang dulunya merupakan milik tukang jagal paling angker di Jakarta. Dalam menjalani kehidupannya, dia melepaskan semua atribut sufinya, yang biasanya seorang sufi menggunakan sarung, baju koko, berjubah mengenakan peci sudah tidak dipakai lagi oleh jack. Agar diterima oleh masyarakat remang-remang Jack harus berpenampilan seperti mereka. Celana jeans, jaket kulit hitam, kacamata hitam merupakan seragam kebesarannya yang baru. Namun dalam hatinya Jack masih tetap sebagai seorang sufi yang mengemban amanat untuk memperbaiki akhlak umat. 6 4 Ibid. 5 Ibnu Ghibran, Resensi Jack and Sufi; Celoteh Kecil Kaum Kusam, 2013, http:www.ibnugibran.wordpress.com 6 Luqman Hakim, op. cit., h. XVI