Teknik Penulisan METODOLOGI PENELITIAN

Jack melakukan bertapa di keramaian kota. Sesuatu yang amat sulit dilakukan dibanding dengan bertapa di tempat-tempat sepi. Konsekuensinya ada dua: pertama, terseret yang akhirnya gagal lelakunya. Kedua, berhasil merengkuh kenikmatan bersama orang-orang di sekitarnya. Melakukan hal tersebut pasti membutuhkan segala daya, kekuatan, ilmu yang dilambari dengan keteguhan iman, kearifan dan sikap bijak dalam menjalaninya. Sanggupkah kita menjalani seperti Jack: berdakwah dengan hasanah dan hikmah. Sungguh berat melaksanakan berpuasa setelah lebaran dan sholat setelah salam. 4 Daerah remang-remang tempat-tempat maksiat merupakan sasaran Jack dalam melakukan dakwah. Kafe merupakan tempat nongkrong paling asyik bagi Jack dalam bermunajat kepada Allah SWT dan di kafe itu pula Jack mengenal seorang waitres cantik yang bernama Susi yang akhirnya oleh Jack dianggap sahabat sekaligus murid spiritualnya. Rumah prostitusi yang dianggap tempat najis dan menjijikkan oleh sebagian besar kaum sufi, merupakan sasaran utama bagi Jack dalam menjalankan dakwahnya. 5 Anak-anak jalanan yang hampir tidak pernah disentuh oleh para ulama juga merupakan sasaran dakwah bagi Jack yang pada akhirnya beberapa dari mereka diangkat menjadi santri dan oleh Jack ditempatkan di villa yang disulap menjadi pondok pesantren yang dulunya merupakan milik tukang jagal paling angker di Jakarta. Dalam menjalani kehidupannya, dia melepaskan semua atribut sufinya, yang biasanya seorang sufi menggunakan sarung, baju koko, berjubah mengenakan peci sudah tidak dipakai lagi oleh jack. Agar diterima oleh masyarakat remang-remang Jack harus berpenampilan seperti mereka. Celana jeans, jaket kulit hitam, kacamata hitam merupakan seragam kebesarannya yang baru. Namun dalam hatinya Jack masih tetap sebagai seorang sufi yang mengemban amanat untuk memperbaiki akhlak umat. 6 4 Ibid. 5 Ibnu Ghibran, Resensi Jack and Sufi; Celoteh Kecil Kaum Kusam, 2013, http:www.ibnugibran.wordpress.com 6 Luqman Hakim, op. cit., h. XVI Sasaran dakwah Jack adalah preman, pelacur, dukun, paranormal, anak jalanan, koruptor, artis dan lain sebagainya. Intinya jack berdakwah kepada seluruh lapisan masyarakat terutama kepada kaum yang terpinggir yang hampir tidak pernah tersentuh oleh para kaum sufi seperti Jack. Bagi Jack predikat sufi bukan hanya milik santri dan ulama tapi milik semua lapisan masyarakat yang mau mengingat Allah. Hidayah tidak diberikan oleh kyai atau ulama tapi semata mata hak preogratif Allah yang akan diberikan kepada hambaNya yang mau mengingat dan berdzikir kepadaNya walaupun dia adalah seorang anak jalanan, preman, bahkan pelacur sekalipun. Bertaubat melalui Jack sangat mudah bahkan Jack tidak pernah memaksa pelacur yang sedang bertobat untuk meninggalkan pekerjaannya asalkan dia mau berdzikir mengingat Allah dan biarlah Allah sendiri nanti yang akan memberi petunjuk dan hidayahNya kepada hamba yang sedang bertobat tersebut. Tapi Jack kadang memperingatkan agar tidak mencoba mengikuti alur kehidupannya, apa lagi sekedar untuk menguji sejauh mana kualitas iman kita. Kisah baladanya, sekedar untuk refleksi kita bersama agar kehidupan interaktif antara hamba dengan Allah tidak terjebak formalisme. Sebab iblis itu tergelincir dan sesat hanya gara-gara memandang perintah Allah secara formal belaka, bahkan memandang Adam as juga secara lahiriyahnya. Namun Allah menilai sejauh mana hati anda bergantung kepadaNya. Bukan bergantung pada prestasi amal kita masing-masing. 7 Buku ini tak ingin mengajak kita untuk mencoba memainkan peran sebagaimana yang ditempuh Jack. Buku ini mungkin lebih tepat kita tempatkan sebagai sebuah cermin tentang bagaimana kita mencoba mengubah cara pandang kita yang stereotyping atas kecenderungan-kecenderungan yang bertolak belakang dengan keyakinan, ideologi, dan mungkin rasa keimanan kita. Laku sufi sebagaimana yang ditunjukkan Jack, kyai kita ini, boleh jadi adalah sumber pelajaran penting tentang pencarian hakikat hidup kita sendiri. Sekali lagi kita 7 Ibid, h. XX