Sebagaimana telah diterangkan dalam mengenal tingkah laku manusia, bahwa sesuatu karya atau prestasi memerlukan adanya kemampuan atau bakat
dan motivasi atau kemauan. Sebagian dari bakat itu secara potensial sudah ada sejak lahir dan sebagian lagi didapat atau muncul melalui pertumbuhan dan
perkembangan.
47
Minat dan bakat seringkali dijadikan satu. Padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Bakat aptitude adalah kemampuan bawaan yang
merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus.nbakat
akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal tersebut atau hal yang berkaitan dengan bidang yang akan
ditekuni.
48
Memperhatikan bakat dan minat anak membutuhkan usaha yang serius dan berkesinambungan. Dengan mengembangkan minat, bakat dan
memberi bimbingan karir sejak dini, anak akan semakin menyadari mengenai apa yang dia suka dan mampu melakukan hal tersebut. Dan, akan menjadi
lebih jelas pendidikan atau pekerjaan apa yang mungkin akan ditekuninya. Banyak anak tidak selalu mudah menemukan bakat dan minat yang
tetap karena beberapa hal berikut : a. Anak belum menjajaki kemampuan, bakat, serta minatnya.
b. Kurangnya wawasan bidang studi atau lapangan pekerjaan yang ada.
47
Ibid. h. 199.
48
Bunda Lucy, mendidik Sesuai Dengan Minat dan Bakat Anak, Jakarta.: PT Tangga Pustaka, 2009, h. 59-60.
c. Tidak adanya masukan dari lingkungan mengenai kelebihan dalam kemampuan atau bakatnya. Anak belajar tanpa mengetahui
kegunaan dan tujuan dari bidang studi yag dipelajarinya, d. Bidang yang diminati dan bakat yang dimiliki bervariasi dan
kurang spesifik. e. Bakat yang belum terasah atau kurang mendapatkan kesempatan
untuk dikembangkan sehingga tidak tampak. f. Perasaan tidak mampu atau tidak barbakat dari pribadi yang
bersangkutan ataupun dari lingkungannya. Jadi, manusia memiliki banyak kemampuan dan bakat yang masih
merupakan potensi, tetapi hanya sedikit sekali dari kemampuan tersebut bisa terwujud.
49
Dalam potensi diri anak pastinya ada kecerdasan yang istimewa. Kecerdasan adalah manifestasi kapasitas mental yang tinggi atau kapasitas
untuk belajar, menalar dan memahami. Perkembangan kecerdasan pada setiap individu satu dengan yang lainnya berbeda-beda sebagai berikut
50
: Pertama, kecerdasan intelektual yaitu anak dikembangkan dengan
memberikan tugas agar anak lebih mengasah pengetahuannya dengan member dukungan dan suasana yang nyaman bagi sang anak.
Kedua, kecerdasan emosional dan sosial yaitu anak dikembangkan dengan cara berempati kepada temannya yang sedang susah dan member
bantuan. Ketiga, kecerdasan spiritual anak dikembangkan dengan kesadaran
49
Ibid. h. 62-63.
50
Djoko Subiarto, Gali Rahasia Potensi Diri, T.tp.: by Leaf Production, 2011, h. 24.
sekaligus menunjukan prilaku taat kepada Allah SWT untuk menghadapi dan memecahkan masalah.
51
Menurut David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir
secara rasional. Intelegensi dan kecerdasan atau IQ mempunyai perbedan arti, sedangkan IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
52
Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya intelegensi. Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk
berprestasi, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat kecerdasan intelegensi bawaan
ditentukan oleh bakat, bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan berfikir,
kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan bakat kepemimpinan.
53
Oleh karena itu, untuk meningkatkan potensi, minat dan bakat pada anak perlu kematangan dalam menjalankannya.
51
Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak, Yogyakarta: Katahati, 2010, h. 18-19.
52
Bunda Lucy, mendidik Sesuai Dengan Minat dan Bakat Anak, Jakarta: PT Tangga Pustaka, 2009, h. 51.
53
Ibid. h. 52.
F. Ruang Lingkup Potensi Diri
1. Kognitif Para ahli psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber
kekuatan yang luar biasa dan dahsyat, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Mereka mengaplikasikan otak kedalam dua klasifikasi, yaitu otak kiri
dan otak kanan. Secara ringkas otak kiri berfungsi untuk menghafal dan mengingat, logika atau berhitung, menganalisa, memutuskan dan bahasa.
Otak kanan berfungsi untuk melakukan aktifiktas imajinasi atau intuisi, kreasi atau kreatifitas, inovasi, seni secara umum, manusia yang dilahirkan
normal di dunia ini telah diberikan Allah kemampuan-kemampuan dasar tersebut. Tugas otak tersebut akhirnya adalah melakukan kegiatan berfikir,
yaitu berfikir untuk menghasilkan karya nyata melalui bahasa, logika, intuisi, kreatifitasnya. Jadi otak manusia adalah sumber kekuatan manusia
untuk menghasilkan karya melalui proses berfikir, bahkan menurut Daviv J Schwart, berfikir positif dapat mendatangkan mukzizat.
54
Berfikir menurut Agus Sujanto adalah gejala-gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan antara ketahuan-ketahuan kita.
55
Kognitif menurut kamus besar bahasa Indonesia kontemporer adalah kegiatan memperoleh ilmu pengetahuan atau usaha mengenali
sesuatu sesuai pengalaman sendiri.
56
Dalam berfikir kita menggunakan alat, alat itu adalah akal. Berfikir adalah suatu proses diaklektis. Artinya, selama berfikir, pikiran kita
54
Slamet Wijoyo, Manajemen Potensi Diri, Jakarta: Grasindo, 2004, h. 39.
55
Agus Sujanto, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, Cet ke-2, h. 56.
56
Peter Salim Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern Enlish Press, 1991, Edisi Pertama, h. 759.
mengadakan tanya jawab dengan pikiran kita, untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara ketahuan kita itu dengan tepat. Pertanyaan
itulah yang memberikan arah pikiran kita. Proses-proses yang dilalui dalam berfikir adalah sebagai berikut :
a. Pembentukan pengertian, artinya dari suatu masalah, pikiran kita membuang cirri-ciri tambahan, sehingga tinggal cirri-ciri
yang tipis yang tidak boleh tidak ada pada masalah itu. b. Pembentukan pendapat, artinya pikiran kita menggabungkan
atau menceraikan beberapa pengertian yang menjadi tanda khas dari masalah itu.
c. Pembentukan keputusan artinya fikiran kita menggabungkan pendapat tersebut.
d. Pembentukan kesimpulan, artinya pikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain.
57
Proses kognitif
melibatkan perubahan-perubahan
dalam kemampuan dalam pola berfikir, kemahiran berbahasa dan cara individu
memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktifitas-aktifitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa
menjadi suatu kalimat, menghafal sajak atau doa, memecahkan soal matematika, dan menceritakan pengalaman, merefleksikan peran
merupakan suatu proses kognitif dalam perkembangan anak. Perkembangan kognitif perlu dibadakan dengan perubahan dalam
arti belajar. Perkembangan kognitif mengacu kepada perubahan-perubahan
57
Agus Sujanto, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, Cet ke-2, h. 57.
penting dalam pola dan kemampuan berfikir serta kemahiran berbahasa, tetapi belajar cenderung lebih terbatas pada perubahan-perubahan sebagai
hasil dari pengalaman atau peristiwa yang relatif spesifik. Selain itu, perubahan-perubahan yang dipelajari seringkali dipelajari dalam waktu
yang singkat, tetapi perkembangan kognitif terjadi dalam kurung waktu yang singkat, tetapi perkembangan kognitif terjadi dalam kurun waktu
yang relatif lama. Perkembangan kognitif anak dan pengalaman belajar ini sangat erat kaitannya dan saling berpengaruh satu sama lain.
Perkembangan kognitif anak akan memfasilitasi atau membatasi kemampuan belajar anak, sebaliknya pengalaman belajar anak akan sangat
memfasilitasi perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak terdiri atas
empat tahap, yaitu : a. Tahap Sensorik-Motorik 0-2 tahun. Yang berkembang adalah
skema motorik, jadi anak harus berbuat atau melakukan sesuatu dahulu untuk mengetahui sesuatu. Kalau kepalanya sudah
terbentur dinding maka ia tahu bahwa dinding itu keras. b. Tahap
Pra-Oprasional 2-7
tahun. Anak
sudah mengambangkan skema simbolik lisan dan kemudian jadi
tulisan. Anak cukup diberi tahu secara lisan bahwa dinding itu keras, dengan sendirinya dia tidak akan membenturkan
kepalanya ke dinding. c. Tahap Oprasional Konkrit 7-11 tahun. Dalam usia sekolah
dasar ini anak sudah mampu memecahkan masalah-masalah
yang konkrit dua jeruk ditambah tiga jeruk menjadi lima jeruk. Selanjutnya, ia mampu berprilaku di dalam kognisinya
menghitung, menambah, membagi, mengalikan, menganali nama-nama kota di peta buta dan sebagainya sehingga ia tidak
perlu sungguh-sungguh berbuat sesuatu untuk memecahkan suatu masalah. Misalnya, untuk menemukan kantor kepala
desa, ia tidak perlu berjalan menyusuri seluruh desa, tetapi cukup membaca peta dan mengikuti peta tersebut sampai ke
kantor kepala desa. d. Tahap Oprasional Formal 11 tahun ke atas. Pada tahap ini
orang sudah mampu memecahkan masalah-masalah hipotesis dan dapat berfikir deduktif menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang tidak ataubelum terjadi dalam kenyataan. Misalnya, “jika reactor nuklir bocor apakah yang harus dilakukan pemerintah?”
atau “jika seorang anak tiga kali tidak naik kelas apakah yang harus dilakukan oleh orang tuanya?”.
Menurut Piaget, tahapan berkembang positif itu adalah invariant yaitu seragam atau sama saja bagi setiap orang dan tidak ada tahapan yang
dapat diloncati sebelum masuk ketahapan berikutnya, karena setiap tahapan adalah persiapan bagi tahap berikutnya.
58
2. Emosi Kata “emosi” berasal dari bahasa latin “emovere” yang artinya
“bergerak keluar”, maksud setiap emosi adalah untuk menggerakkan
58
Sarlinto Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial Individu Dan Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h. 78-79.