Peranan Pendidik Dalam Pengembangan Fitrah Sebagai Potensi Dasar Manusia Di Sma Dharma Karya Ut Pamulang, Tangerang Selatan

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI)

Disusun Oleh

MUHAMMAD ILZAM ASY’ARI

208011000027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI)

Oleh,

Muhammad Ilzam Asy'ari

208011000027

Di bawah bimbingan,

Marhamah Saleh, Lc. MA

NIP, 19720313 200801 2 010

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JAKARTA


(3)

(4)

(5)

Manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang Selatan. Kata Kunci : Peran Pendidik (Guru), Fitrah, Potensi Dasar.

Peran pendidik (guru) di sekolah selain mengajar juga harus memahami dan mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa agar mempermudah tercapainya tujuan pendidikan yakni menjadikan siswa yang dewasa, mandiri, cerdas dan bertanggung jawab atas keluarga, masyarakat atau bangsa dan negaranya.

Kurangnya perhatian dalam mengembangkan fitrah siswa ini akan menimbulkan kesenjangan sosial. Misalnya sekarang masih banyak siswa yang sering tawuran di sekolah, membuat anarki di jalan raya, balapan motor yang mengganggu ketertiban lalu lintas di jalan raya, bahkan sampai berbuat kriminal yang menewaskan nyawa seseorang.

Oleh karena permasalahan ini, peneliti ingin menelaah lebih dalam tentang perang pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia. Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang Selatan. Objek penelitian ini yaitu siswa kelas XI yang dijadikan populasi dalam penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sehingga semuanya dapat di gambarkan sesuai dengan fenomena kondisi apa yang ada di lapangan.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang Kota Tangerang Selatan di peroleh rxy sebesar 0,22. Hal ini menunjukkan korelasi antara variabel X (peran pendidik) dengan variabel Y (mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar) merupakan korelasi positif yang signifikan berada pada rentang 0,20 – 0,39 berarti terdapat korelasi positif yang lemah/rendah. Dengan hasil KD (coefficient of determination) 4,84%. Ini disebabkan peran guru sebagai motivator dan fasilitator dinilai kurang oleh siswanya. Walaupun rendah/lemah yang terpenting ialah guru memberikan kontribusi untuk mengembangkan potensi dasar siswa karena tidak hanya peran pendidik di sekolah, peran dari keluarga dan masyarakat pun juga turut membantu jika ingin mencapai tujuan yang maksimal dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa.


(6)

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan kekuatan lahir dan bathin kepada diri penulis, sehingga setelah melalui proses yang cukup panjang, pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan sahabatnya demikian juga para

pengikutnya yang setia mengikuti jejak Rasulullah Saw. Amiin…Yaa Robbal

Alamin.

Selanjutnya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Di samping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta bapak Prof. Dr. H. Rif'at Syauqi, MA, selaku dosen seminar proposal beserta seluruh staffnya.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Bahrissalim, M.Ag dan sekertaris jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag beserta seluruh staafnya.

3. Marhamah Saleh, Lc yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah Swt. Sehingga ilmu yang diajarkan dapat bermanfaat di kemudian hari.


(7)

Alfin fiqih dan Thoriq Hidayatul Haq yang dengan segala pengorbanannya yang tak pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu, nasihat dan petunjuk dari mereka berdua kiranya merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

6. Drs. Wahid Hasyim selaku kepala sekolah SMA Dharma Karya UT Pamulang, Kota Tangerang Selatan beserta guru-guru dan stafnya yang telah memberikan izin, bantuan, dorongan nasihat dan kerja samanya dalam penelitian.

7. Ibu pimpinan perpustakaan utama beserta stafnya, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukunh penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-temanku mahasiswa UIN khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008, teman-teman dekatku Jumar, Fahru, Bangun Parlindungan, Siti Hanifah, Khodijah, Fitri, Romadhon yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah Swt. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak . Amiin Yaa Rabbal alamiin.

Jakarta, 2 Januari 2013


(8)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR TABEL ……… vi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 7

C. Pembatasan Masalah ……… 8

D. Perumusan Masalah ………. 8

E. Tujuan Penelitian ………... 8

F. Manfaat Penelitian ……… 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Guru (Pendidik) ………. 10

1. Pengertian Guru …………... ……….………….. 10

2. Peran Guru ……….. 11

B. Fitrah dan Bentuk-Bentuknya ……….. 15

1. Pengertian Fitrah ………. 15

2. Struktur dan Komponen Fitrah ……… 16

3. Fungsi Fitrah ……… 19

4. Faktor-faktor Penghambat Perkembangan Fitrah ……… 20


(9)

F. Kerangka Berpikir ………. 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 33

B. Metode Penelitian ……… 33

C. Variabel Penelitian ……….. 34

D. Populasi dan Sampel ……… 34

E. Teknik Pengumpulan Data ……….. 35

F. Isntrumen Penelitian ……… 35

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ……… 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Sekolah ……… 42

B. Pengolahan Data ………. 46

C. Analisa Data ……… 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 68

B. Saran-Saran ………. 69

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

Tabel 3.1 Kisi-kisi instrument penelitian ……… 36

Tabel 3.2 Skor item alternatif jawaban responden ………... 38

Tebel 3.3 Angka indeks korelasi "r" product moment……….40

Tabel 4.1 Rekapitulasi keadaan guru SMA Dharma Karya UT ………...45

Tabel 4.2 Keadaan siswa Tahun 2012-2013 ……….47

Tabel 4.3 – 4.15 Peran Guru (Pendidik) ………...48

Tabel 4.16 –4.27 Pengembangan Fitrah (Potensi dasar) ……… 57


(11)

Lampiran 2 . Hasil Wawancara

Lampiran 3 . Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4 . Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 5 . Tabel Nilai Koefisien Korelasi "r" Product Moment Lampiran 6 . Surat Keterangan Penelitian (Riset)

Lampiran 7 . Foto Sekolah Dharma Karya UT Lampiran 8 . Surat Pernyataan Jurusan

Lampiran 9 . Surat Keterangan Bebas Biaya Kuliah Lampiran 10 . Lembar Uji Referensi


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Yang dimaksud dengan kepribadian yang utama dan ideal adalah kepribadian yang memiliki kesadaran moral dan sikap mental secara teguh dan sungguh-sungguh memegang dan melaksanakan ajaran atau prinsip-prinsip nilai yang menjadi pandangan hidup secara individu, masyarakat maupun bangsa dan Negara.1

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan ini untuk menentukan arah laju perjalanan suatu bangsa, generasi saat ini dan generasi yang akan datang. Untuk itu dibutuhkan generasi-generasi muda mempunyai sikap dan mental yang sangat tangguh, kuat dan istiqomah sehingga tidak goyah dalam menghadapi segala masalah dan rintangan.

Oleh karena itu, perhatian terhadap kinerja sumber daya manusia adalah hal yang utama yang perlu diperhatikan untuk menyiapkan SDM yang handal dan berkualitas. Sebagai suatu upaya, pendidikan berusaha untuk menjadikan manusia yang memiliki kemampuan cipta (kognitif), segi rasa

1


(13)

(Afektif), maupun dari segi karsa (psikomotorik). Pembinaan dari segi cipta (kognitif) antara lain bisa dilakukan melalui peningkatan intelektualitas, pendidikan dan logika dalam wujud penguasaan dan penerapan ilmu dan teknologi. Pengembangan dari segi rasa dapat dilakukan melalui kegiatan dan apersepsi kesenian dalam berbagai bentuk. Sedangkan karsa dikembangkan melalui penanaman dan pengembangan etika, adat kebiasaan dan pendidikan dalam rangka membangun kemampuan (potensi) manusia.

Pendidikan diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya. Dengan kata lain, proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.2

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.3

Mungkin satu hal yang sangat penting perlu diingatkan kepada orang tua dan para pendidik ialah bahwa yang terbentang di hadapan mereka tidaklah mulus. Ada beberapa kendala besar yang menghadang mereka. Kendala-kendala yang mereka hadapi dan harus dapat mereka taklukkan misalnya seperti berupa ciri khas dan karakteristik remaja yang cenderung keras kepala dan berani menentang pengarahan ayah dan guru. Atas nama

2

Ibid, h. 15 3

Umar Tirtarahardja, S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2005), Cetakan Kedua, h. 37.


(14)

kebebasan, mereka berani mendebat, membantah, terutama dalam masalah-masalah agama sampai pada ambang batas meragukan kebenarannya. Kenyataan ini jelas memerlukan banyak kesabaran, kesantunan dan sikap lapang dada dari kaum ayah dan para didik.4

Dalam permasalahan ini yang lebih di tekankan adalah para pendidik yang berfungsi sebagai pusat ilmu dan juga berhak mengatur kepada siswa yang ada di sekolah. Maksud pendidik dari permasalahan skripsi ini adalah seorang guru yang mengajar di sekolah. Pendidik harus tau apa yang di inginkan oleh siswa, sebab jika itu tidak terjadi maka dampaknya akan fatal yang diperoleh siswa.

Dalam hal ini pendidik adalah guru yang professional, karenanya secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Tatkala orang tua menyerahkan anaknya kepada guru. Hal itupun kemudian berimplikasi bahwa orang tua tidak bisa menyerahkan anaknya kepada sembarang guru, karena tidak setiap orang tua dapat menjadi guru.

Yang dimaksud sebagai peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar yang sebaik-baiknya.

Pendidik seharusnya memahami dan mengenal potensi atau kemampuan siswa masing-masing, karena setiap siswa dilahirkan dengan membawa fitrah suci yang berbeda-beda. Oleh karena itu bagi pendidik untuk tidak melakukan pendidikan dengan cara kekerasan di sekolah, sebab sekolah adalah tempat siswa untuk menuntut ilmu dan mengembangkan potensi yang

4

M. Jamaluddin Mahfudz, Psikologi Anak Dan Remaja Muslim, Terj. Dari At- Tarbiyyah Al Islam At-Thiflu Wal Maroohiq oleh Abdul Rosyad Shiddiq Dan Ahmad Vathir Zaman, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2001), cet.1, h.7


(15)

mereka punya, bukan tempat pelatihan untuk menuntut mereka semua sanggup dan mampu menguasai apa yang mereka pelajari dari sekolah tersebut.

Sekolah merupakan tempat pengembangan potensi siswa, karena siswa adalah manusia maka setiap manusia tidak lepas dari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Guru atau pendidik yang profesional harusnya memahami itu semua. Tapi kenyataannya di lapangan paradoks dengan teori dan konsep tadi. masih banyak guru atau pendidik yang belum memahami potensi atau bakat yang dimiliki oleh siswa, Maka timbullah kekerasan yang diperoleh oleh siswa dari gurunya. Padahal jelas guru dituntut mempunyai komitmen yang tinggi dalam membimbing, membina, dan mendidik siswa, bukan untuk menekan, merusak dan melakukan kekerasan fisik kepada siswa. Semua itu terjadi karena salah satu sebab yaitu guru masih belum mempunyai karakter kematangan emosional.

Dalam bukunya Nuraida dan Rihlah Nur Aulia yang berjudul "

Character Building Guru PAI" dijelaskan bahwa seorang guru di haruskan mempunyai karakter kematangan emosional (EQ). Emosi adalah keadaan perasaan yang banyak berpengaruh pada perilaku. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Bedasarkan pengertian emosi diatas maka dapat dipahami bahwa emosi sangat penting untuk kehidupan kita. Emosi bisa berbahaya jika tidak dikendalikan, tetapi emosi akan cerdas jika ia dijalankan selaras dengan akal.5

Mengenal potensi atau bakat anak sangat mudah dan praktis yaitu dengan cara mendiagnosa bukan dengan cara menekan sampai siswa mampu dan sanggup apa yang guru harapkan. Memahami potensi siswa sangatlah penting sejak awal mereka dididik dan dibimbing, sebab untuk memperoleh tercapainya manusia yang dewasa, pintar, cerdas dan jenius haruslah mengenal dan memulai dari awal kemampuan (potensi) apa yang mereka

5

Nuraida, Rihlah Nur Aulia, Character Building Guru PAI, (Jakarta: Aulia Publishing House, 2008), Cetakan Kedua, h. 74


(16)

miliki lalu mereka tekuni hingga tercapailah titik terakhir dan tujuan apa yang mereka harapkan. Salah satu sebabnya juga karena siswa tidak tahu bakat dan potensi yang mereka punya, sehingga mereka tidak tepat dalam menentukan pilihan yang sesuai dengan kemampuan (potensi) dan bakat yang mereka miliki. "The Right Man The Right Of Job" orang yang tepat adalah orang yang tepat menempatkan potensinya pada tempatnya dan pada bidangnya.

Sepanjang sejarah peradaban, kajian tentang manusia menduduki ranking tertinggi dari sekian kajian yang ada. Selain obyeknya unik, kajian itu dapat menghasilkan berbagai persepsi dan konsepsi yang berbeda. Fenomena seperti itu dapat dipahami, sebab keberadaan manusia didunia bukan sekedar ada dan berbeda, tetapi lebih penting lagi, ia dapat mengada. Ia berperan sebagai obyek dan subyek sejarah, bahkan mampu mengubahnya. Kehidupannya dinamis dan secara kualitatif berevolusi untuk mencapai kesempurnaan. Karena itulah maka kajian tentang manusia, tanpa mengenal perbedaan zaman, selalu relevan dan tidak akan pernah mengalami kadaluarsa.

Citra manusia disini adalah gambaran tentang diri manusia yang berhubungan dengan kualitas-kualitas asli manusiawi. Kualitas tersebut merupakan sunnah Allah yang dibawa sejak ia dilahirkan. Kondisi citra manusia secara potensial tidak dapat berubah, sebab jika berubah maka eksistensi manusia menjadi hilang, namun secara aktual, citra itu dapat berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia sendiri.

Pada awalnya manusia di lahirkan dengan fitrah yang suci, yang meliputi jasmani dan akal (ruh). Semua manusia bisa menjadi orang jujur dan dusta, takut dan berani, rajin dan malas. Tergantung pada dari segi mana yang lebih dominan dalam diri manusia tersebut. Jika jujurnya yang lebih dominan maka orang tersebut dikatakan orang yang jujur begitu juga sebaliknya, jika takutnya yang lebih dominan maka orang tersebut dikatakan penakut begitu juga sebaliknya. Semua ini adalah sunnatullah yang telah diberikan oleh Tuhannya sebagai fitrah manusia, dan tidak lain hanya dengan pendidikanlah


(17)

fitrah itu dapat dikembangkan, baik di keluarganya, sekolahnya, maupun di lingkungannya.

Sebagai lembaga pendidikan formal, SMA DK UT Tangerang memiliki beberapa komponen-komponen yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya, komponen-komponen tersebut tentunya memiliki peranan tersendiri dalam proses pendidikan di lembaga tersebut. peranan tersebut akan berjalan dengan baik apabila guru dan siswa saling mengerti dan menghargai tugas dan kewajiban masing-masing.

Dalam hal ini penulis melihat dan mendapati data dari salah satu tenaga pendidik yang sudah lama bekerja di lembaga tersebut, menyatakan bahwa ada hal-hal tertentu yang harusnya tidak terjadi dalam sebuah lembaga pendidikan. Sehingga banyak siswa-siswi di sekolah tersebut yang tidak patuh, atau tidak senang dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah tersebut, penulis juga melihat dengan mata sendiri dan menyaksikan guru di sekolah tersebut menghukum salah satu muridnya dengan menjewer telinganya yang tidak sanggup mengerjakan tugas. Dan ada juga guru yang meremehkan kemampuan siswa dan siswi di sekolah tersebut. karena guru tersebut tidak memahami tentang fitrah manusia sebagai potensi dasar siswa. Karena setiap manusia terdapat kekurangan dan kelebihan sesuai dengan bakat yang mereka miliki masing-masing.

Dari latar belakang masalah di atas inilah penulis di sini akan mengupas permasalahan yang berhubungan dengan fitrah manusia yang sejak dini sudah mulai dikembangkan melalui pendidikan. Tidak lain pertama fitrah

itu dikembangkan melalui lingkungan keluarga terlebih dahulu dan itu sangat menentukan potensi, bakat dan minat si anak dalam kepribadiannya sebelum masuk pada fase permulaan remaja. Secara psikologis anak itu sangat cenderung kuat potensinya dalam menangkap suatu pelajaran dari ekstern diri anak tersebut. Yang jadi masalah disini ialah bagaimana semestinya dan idealnya mengembangkan fitrah manusia tersebut. pendidik atau orang tua di haruskan mengenal terlebih dahulu potensi dasar apa yang dimiliki oleh si anak dan lebih menonjol dalam kepribadiannya. Ternyata fenomena yang ada


(18)

terjadi kontradiktif antara harapan orang tua atau pendidik dengan ideologi yang diterapkan kepada anaknya. Oleh karena itu Penulis tertarik ingin mengetahui secara komprehensif dengan mengangkat judul “PERANAN

PENDIDIK DALAM PENGEMBANGAN FITRAH SEBAGAI

POTENSI DASAR MANUSIA DI SMA DHARMA KARYA UT

PAMULANG, TANGERANG SELATAN”

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian di atas yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Pendidik yang masih banyak mengabaikan fitrah manusia dalam diri seorang siswa SMA Dharma Karya UT.

2. Kurangnya kesadaran dari para pendidik akan perlunya memperhatikan potensi yang dimiliki oleh seorang siswa SMA Dharma Karya UT.

3. Belum diketahui strategi pendidik yang efektif dan ideal dalam mengembangkan fitrah atau kecenderungan potensi yang dimiliki oleh seorang siswa SMA Dharma Karya UT.

4. Masih banyaknya siswa yang kurang berprestasi dan berprilaku negatif. Seperti : Tawuran, malas, kurang tanggung jawab, bolos dll.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan ini lebih terarah dan spesifik, maka penulis memberikan pembatasan masalah peranan pendidik sebagai berikut :

1. Perencanaan strategi yang dibuat dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.

2. Pelaksanaan atau penerapan strategi yang telah dibuat untuk pengembangan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.


(19)

3. Penelitian ini di batasi hanya pada siswa kelas XI SMA Dharma Karya UT.

D. Perumusan Masalah

1. Adakah pengaruh peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT ?

2. Seberapa besar kontribusi peran pendidik dalam mengembangkan fitrah

sebagai potensi dasar yang dimiliki seorang siswa di SMA Dharma Karya UT ?

3. Bagaimana langkah yang efektif dan idealnya untuk mengembangkan

fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan pendidik dalam mengembangkan fitrah

sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.

2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi pendidik (guru) dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar siswa di SMA Dharma Karya UT.

3. Untuk mengetahui langkah strategis yang efektif dan ideal dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar pada siswa SMA Dharma Karya UT.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Beberapa pihak diharapkan dapat merasakan manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung, pihak-pihak tersebut adalah:


(20)

1. Tenaga pendidik (guru) di sekolah, sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelaksanaan pengembangan fitrah manusia.

2. Orang tua di rumah, sebagai bahan masukan dalam mendidik anak sejak usia permulaan anak-anak hingga usia kematangan remaja.

3. Seluruh masyarakat luas, di lingkungan yang penuh tantangan ini sehingga hasil penelitian ini dapat membantu sebagai bahan masukan dalam mengembangkan pemuda dan pemudi sebagai harapan bangsa dan Negara. 4. Peneliti selanjutnya agar dapat membantu dalam menulis penelitian


(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. GURU (PENDIDIK)

1. Pengertian Guru (pendidik)

Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.1

Guru sebagai orang tua anak ke dua di sekolah. Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.2 Pendidik pertama dan utama adalah orang tua sendiri. Mereka berdua yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anak kandungnya, karena sukses tidaknya anak sangat tergantung pengasuhan, perhatian dan pendidikannya. Kesuksesan anak kandung merupakan cerminan atas kesuksesan orang tua juga. Firman Allah Swt :

1

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), cet ke-3, h.15

2

UU RI No. 3 Th. 1997, Undang-Undang Peradilan Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997), Cetakan Pertama, h. 54


(22)















Artinya :" Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka " (QS. Al-Tahrim:6)3

Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).4 Pendidik juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah Swt. Dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.5

2. Peran Guru (Pendidik)

Peran guru tidak hanya sebagai pengajar semata namun sekaligus menjadi fasilitator, kolaborator, pelatih, pengarah dan teman belajar bagi siswa. Karena guru dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar. Dengan peran guru sebagaimana dimaksud, maka peran siswa pun mengalami perubahan, dari partisipan pasif menjadi partisipan aktif yang banyak menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/ keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli. Disisi lain siswa juga dapat

3

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Edisi 1, Cet-2, h. 88

4

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), h. 74-75.

5

Suryosubrata B., Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1983), h. 26


(23)

belajar secara individu, sebagaimana halnya juga kolaboratif dengan siswa lain.6

Setiap guru harus tahu, bahwa dunia menghendaki pertumbuhan

yang melebihi “pengorbanan” pola-pola herediter dari struktur dan fungsi saja

dalam suatu lingkungan geografis. Pertumbuhan yang berat sebelah semacam ini sama sekali tidak memperhatikan lembaga-lembaga kebudayaan kita dan juga mengabaikan cita-cita serta nilai yang dapat mengangkat kehidupan manusia keatas taraf kehidupan dihutan. Pendidikan yang sebenarnya selalu berusaha menaikkan manusia ketingkat kehidupan yang tertinggi dan terbaik sebagai makhluk sosial.7

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah: 1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga

merupakan insan yang unik. 2. Individu yang sedang berkembang.

3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.

4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.8

Peran seorang pendidik juga berkedudukan tinggi dalam Islam, karena pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk.9 Untuk mewujudkan pendidik yang profesional berdasarkan roh Islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil Rasulullah Saw sebagai pendidik yang ideal, karena hakikat diutusnya Rasulullah ke atas muka bumi adalah sebagai uswat al-hasanat dan rahmat lil-alamin. Semua sunnah Rasulullah menjadi panduan utama setelah al-Qur'an bagi berbagai aspek kehidupan manusia terutama aspek pendidikan.

6

IIf Khoiru Ahmadi. Sofan Amri. Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), Cetakan Pertama, h. 191.

7

H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, Terj. M. Buchori, (Jakarta: Aksara Baru, 1978), h.143.

8

Umar, op. cit., h. 52 9


(24)

Keberadaannya sebagai pendidik merupakan sumber konsep pendidikan yang kebenarannya direkomendasikan Allah Swt.10

Kebanyakan para pendidik berpendapat bahwa tanggung jawab yang terpenting itu adalah :

1. Tanggung jawab pendidikan iman. 2. Tanggung jawab pendidikan akhlak. 3. Tanggung jawab pendidikan fisik. 4. Tanggung jawab pendidikan intelektual. 5. Tanggung jawab pendidikan psikis 6. Tanggung jawab pendidikan sosial. 7. Tanggung jawab pendidikan seksual.11

Peran seorang guru dalam proses balajar-mengajar antara lain adalah :

1. Guru sebagai "pengawas"

Agar belajar dalam masing-masing kelompok kecil berjalan lancar dan mencapai tujuannya, disamping sebagai sumber informasi maka guru pun harus bertindak sebagai pengawas dan penilai didalam proses belajar mengajar lewat formasi diskusi. Dengan kata lain, dalam formasi diskusi ini guru menentukan tujuannya dan prosedur untuk mencapainya.

2. Guru sebagai "Motivator"

Terutama bagi siswa – siswa yang belum cukup mampu untuk mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain maupun merumuskan serta mengeluarkan pendapatnya sendiri maka agar formasi diskusi dapat diselenggarakan dengan baik, guru masih perlu membantu dan mendorong setiap (anggota) kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin.12

10

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), Cetakan ke-1, h. 1.

11

Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Dari

Tarbiyatul Aulad fil Islam (Edisi Bahasa Arab)Juz I oleh Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Ali, (Semarang: Asy-Syifa', 1981), Cetakan ke-3, h. 149

12

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), edisi revisi, h. 171.


(25)

3. Guru sebagai "Pendidik"

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh Karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

4. Guru sebagai "Innovator"

Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya.13

5. Guru sebagai "Mediator dan Fasilitator"

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.

6. Guru sebagai "Evaluator"

Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat.14

Guru memainkan peranan yang penting dalam menggalakkan murid-murid cintakan pelajaran. Dia harus mempunyai sifat-sifat yang boleh dipercayai untuk memikul tugas menjadi guru. Di samping mempunyai kebolehan tentang mata pelajaran yang diajar. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kecintaan yang sungguh-sungguh terhadap kerjanya. Dia harus mempunyai hasrat yang benar-benar ikhlas ingin menolong murid-muridnya. Kemajuan murid-murid tidak syak lagi mempunyai hubungan rapat dengan guru dan sekolah. Suasana disekolah mempunyai kesan yang besar terhadap kejayaan murid. Sekolah adalah rumah kedua bagi murid-murid dan

13

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet ke-7, h. 37

14

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), Cet. Ke-23, h. 9


(26)

guru adalah ibu bapak kedua kepada mereka. Memang sudah menjadi tanggung jawab seorang guru itu untuk menaikkan taraf muridnya agar menjadi insan yang berguna kepada agama, Negara dan bangsa.15

B. FITRAH DAN BENTUK-BENTUKNYA

1. Pengertian Fitrah

Al-fitrah dalam kamus Al-Munawwir artinya sifat pembawaan (yang ada sejak lahir), ciptaan, agama, sunnah dan dalam keadaan menurut fitrahnya.16

Pada dasarnya, fitrah manusia adalah senantiasa tunduk kepada Zat yang hanif (Allah) melalui agama yang disyari'atkan padanya. Fitrah

merupakan anugerah Allah yang telah diberikan-Nya kepada manusia sejak dalam alam rahim. Ketika lahir, potensi anak belum diketahui. Pada masa ini seorang anak hanya membawa insting (gharizah), seperti menangis, merasakan haus, lapar dan lain sebagainya. Dengan perangkat fisik dan psikisnya, potensi tersebut bertahap mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. Proses manusia mengembangkan potensinya secara efektif dan

efisien adalah melalui pendidikan.17

Menurut bahasa fitrah berarti asal kejadian (ibda', khalq), kesucian dan agama yang benar. Fitrah manusia menurut ajaran Islam adalah bebas dari noda dan dosa, seperti bayi yang lahir dari perut ibunya. Fitrah dengan arti "agama yang benar", yaitu agama Allah, sebagaimana dijelaskan QS. Ar-rum (30) ayat 30:

                                       15

Amina Noor, Mendidik anak Pintar Cerdas Bermula Dari Alam Rahim…, (Kuala Lumpur, Darul Nu'man, 1995), Cetakan Pertama, h. 133

16

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Cet ke-14, h. 1063.

17

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet.1, h. 122


(27)

Artinya: " Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ".

fitrah Allah pada ayat diatas maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.18

Dalam pandangan islam keberagamaan berarti fitrah (sesuatu yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya).19 Dengan demikian, secara sederhana, fitrah manusia berarti kejadiannya sejak semula, atau bawaannya sejak lahir.

Fitrah berarti “terbukanya sesuatu dan melahirkannya” , seperti

orang yang berbuka puasa. Dari makna dasar tersebut maka berkembang menjadi dua makna pokok; pertama, fitrah berarti al-insyiqaq atau al-syaqq

yang berarti al-inkisar (pecah atau belah)., kedua, fitrah berarti khilqah, al-ijad atau al-ibda’ (penciptaan).

2. Struktur Dan Komponen Fitrah

Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat segera diketahui bahwa struktur fitrah manusia paling kurang mencakup 5 sebagai berikut :

Pertama, fitrah beragama yang bertumpu pada keimanan sebagai intinya. Faktor keturunan psikologis (heriditas kejiwaan) orang tua anak merupakan salah satu aspek dari kemampuan dasar manusia.

Kedua, fitrah dalam bentuk bakat (mahabib) dan kecenderungan (qabiliyat) yang mengacu kepada keimanan kepada Allah Swt. Dengan demikian, fitrah mengandung komponen psikologis yang berupa keimanan tersebut. Hal tersebut terjadi, karena iman bagi seorang mukmin merupakan

18

Ahsin w. Al-hafidz, Kamus Ilmu Al-qur'an, (Jakarta: Amzah Sinar Grafika Offset, 2008), Cet-3, h. 78.

19

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: PT. Mizan Pustaka,2005), cet XVI, h.375.


(28)

daya penggerak utama (elan vital) dalam dirinya yang memberi semangat untuk selalu mencari kebenaran hakiki dari Allah Swt.

Ketiga, fitrah berupa naluri dan kewahyuan (revilasi), yang keduanya bagaikan dua sisi dari satu mata uang logam; keduanya saling terpadu dalam perkembangan manusia. Mata uang itulah yang dapat diibaratkan fitrah. Yakni dari satu sisi ia adalah potensi, dan dari sisi lain ia adalah wahyu.20

Keempat, fitrah berupa kemampuan dasar untuk beragama secara umum, yakni tidak terbatas pada agama islam saja, melainkan pada agama lainnya. Dan dengan dasar kemampuan inilah manusia dapat dididik menjadi orang Yahudi, Nasrani atau Majusi, namun tidak dapat di didik menjadi ateis

(anti tuhan).21

Sebuah sabda Nabi Saw yang populer, yang banyak disitir oleh para ulama’ antara lain sebagai berikut:

Artinya:“Dari Abu Hurairah ra., berkata: Rasulullah bersabda :

“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah

yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (H.R. Bukhari dan muslim)

Hadits di atas mengandung pengertian bahwa setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi. Baik atau buruknya potensi yang dikeluarkannya kemudian tergantung kepada lingkungannya. Untuk itu proses pendidikan sangat menentukan pengembangan potensi tersebut. maka kata

fitrah berarti kecendrungan beragama yang terdapat dalam diri manusia. Kecendrungan beragama tersebut dapat terwujud menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi, amat bergantung pada lingkungan dan proses pendidikan yang

20

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), c. I, h. 5.

21

Abuddin Nata, “Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran”, (Jakarta, Kencana, 2009), c. I, h. 79.


(29)

diberikan kepadanya, terutama pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya.22

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sebenarnya potensi agama sudah ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi kepada sang pencipta. Dalam terminologi Islam, dorongan ini dikenal dengan hidayat al-diniyyat. Berupa benih-benih keberagaman yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini manusia pada hakikatnya adalah makhluk beragama.23

Demikianlah, sejak saat kelahirannya yang pertama, fitrah

keimanan kepada Allah menetap pada diri seorang anak, dan terbentuk atas agama yang lurus, yang merupakan perkara yang menuntut perhatian dari kita terhadap naluri ini dan penjagaan atasnya. Setiap bayi yang terlahir diatas

fitrah, hingga kedua orang tuanya menjadikannya yahudi atau nasrani.

Asal manusia terlahir atas fitrah yang bersih, mengimani Allah dan mengarah kepada agama yang lurus. Apabila kita temui adanya penyimpangan dari hal itu, maka itu karena pengaruh kedua orang tua. Orang tua yahudi akan berpengaruh terhadap fitrah bayi yang terlahir, sehingga kesiapannya menerima islam berubah menjadi menerima yahudi.24

Kelima, fitrah memiliki komponen yang meliputi 1). Bakat dan kecerdasan, yaitu suatu kemampuan bawaan yang potensial yang mengacu kepada perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan keahlian (professional) dalam berbagai bidang kehidupan. Bakat ini berpangkal pada kemampuan kognitif (daya cipta), konasi (kehendak) dan emosi (rasa) yang disebut dalam psikologi filosofis dengan istilah tri chotomi (tiga kekuatan rohaniah), 2). Insting (naluri) atau gharizah, yaitu kemampuan barbuat atau bertingkah laku dengan tanpa melalui proses belajar terlebih dahulu. Kemampuan insting ini merupakan pembawaan sejak lahir. Dalam psikologi

22

Ibid, h. 75.

23

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), Edisi Revisi -12, h. 67

24

Husain Madzahiri, Pintar Mendidik Anak, Terj. Dari Tarbiyah Ath-thifl fi Ar-ru'yah Al-Islamiyah oleh Segaf Abdillah dan Miqdad Turkan, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 1999), Cet-2, h. 166


(30)

pendidikan, kemampuan ini termasuk kapabilitas yaitu kemampuan berbuat sesuatu dengan tanpa melalui belajar dahulu. Jenis-jenis tingkah laku yang digolongkan kedalam insting ini adalah melarikan diri (flight), menolak (repulse), ingin tahu (curiosity), melawan (pugnacity), merendahkan diri (self absement), menonjolkan diri (self assertion), berhubungan seksual (

acquisition), mencari sesuatu (question), membangun sesuatu (contruktion) dan menarik perhatian orang lain (appeal), intuisi (ilham), watak asli (character), nafsu (drives) dan hereditas (keturunan).

Berbagai kecakapan yang dibawa sejak lahir ini dapat ditumbuhkan, dikembangkan dan dibina lebih lanjut dan menjadi mahir dan terampil melalui pendidikan dan pengajaran, dan disinilah salah satu letak hubungan yang fungsional dan simbiotis antara fitrah dan kegiatan pembelajaran.25

Dalam penelitian ini penulis memberikan interpretasi bahwa arti

fitrah yaitu kecenderungan potensi siswa yang bisa dikembangkan melalui pendidikan agar menjadi nilai yang lebih di masyarakat, bangsa dan Negara.

3. Fungsi Fitrah

Konsep fitrah sebagaimana yang tergambar pada uraian diatas menunjukkan citra unik manusia, yang mana citra unik itu menjadi landasan bagi konstruksi psikologi Islam. Citra unik manusia dalam psikologi Islam dapat disederhanakan dalam dua poin berikut ini:

Pertama, manusia dilahirkan dengan citra yang baik, seperti membawa potensi suci, ber-Islam, bertauhid, ikhlas dan mampu memikul amanah Allah Swt. Untuk menjadi khalifah dan hamba-Nya dimuka bumi, dan memiliki potensi dan daya pilih. Potensi baik tersebut di aktualisasikan dalam tingkah laku yang nyata, citra baik tersebut pada mulanya disangsikan oleh malaikat dan iblis, namun setelah Allah Swt meyakinkannya maka malaikat percaya akan kemampuan manusia, sementara iblis dengan kesombongannya

25


(31)

tetap mengingkarinya. Jika terdapat aliran psikologi Islam yang masih menentukan citra buruk manusia, berarti ia mengikuti persepsi iblis.

Kedua, melalui fitrah nafsani (psikofisik) dalam psikologi islam maka :

a) Pusat tingkah laku adalah Qalbu, bukan otak atau jasmani manusia. Selain hal itu didasarkan oleh hadits Nabi, Qalbu merupakan daya nafsani yang paling dekat dengan natur ruh, yang mana ruh menjadi esensi manusia. Jika kehidupan manusia dikendalikan oleh peran Qalbu, maka kehidupannya akan selamat dan bahagia dunia-akhirat.

b) Manusia dapat memperoleh pengetahuan tanpa diusahakan, seperti pengetahuan intuitif dalam bentuk wahyu dan ilham.

c) Tingkat keperibadian manusia tidak hanya sampai pada humanitas atau sosialitas, tetapi sampai pada berketuhanan. Tuhan merupakan asal dan tujuan dari segala realitas Innalillahi Wainna Ilaihirajiuun (sesungguhnya kita bagi Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali).26

Dari teori di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa fungsi

fitrah ialah sebagai bahan atau alat untuk mengemban amanah dari Allah Swt yang di wajibkan kepada setiap manusia. Dan menjadikan manusia lebih mudah dengan adanya fitrah ini. Karena setiap manusia yang terlahir di dunia ini pasti membawa fitrah yang suci dengan tujuan berlomba-lomba dalam kebaikan untuk mencapai ridho Allah Swt.

4. Faktor-Faktor Penghambat Perkembangan Fitrah

Yang dimaksud dengan masalah penghambat perkembangan

fitrah disini, adalah masalah yang timbul dalam lapangan pendidikan. Yang berhubungan dengan keberhasilan dalam pelajaran dan penyesuaian diri terhadapnya. Persoalan itu bermacam-macam, diantaranya lebih berpengaruh segi mental seperti cocoknya antara bakat dan pelajaran, serta sebagiannya dipengaruhi oleh segi emosi seperti penyesuaian diri dengan guru dan

26

Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2002), c. 2, h.89-90.


(32)

teman. Sebagian lainnya timbul akibat kurangnya pengetahuan yang ada pada individu dan sebagian menghendaki macam pelayanan atau pengobatan yang sangat dekat dengan proses pendidikan dan pengajaran. Sebagaimana halnya dengan studi pengobatan, yang sebenarnya termasuk dalam bimbingan pendidikan, namun ia memerlukan tenaga ahli dalam berbagai bidang studi dan cara pengobatan terhadap keterbelakangan.27

Dapat pula diklasifikasikan masalah penghambat perkembangan

fitrah di sini adalah sebagai berikut :

1. Masalah kurangnya informasi tentang macam studi yang dapat dimasuki oleh individu.

2. Masalah bakat, kecondongan dan ciri-ciri lain yang mempengaruhi keberhasilan pelajar dalam studinya.

3. Masalah masuk sekolah yang cocok.

4. Masalah penyesuaian diri dengan bidang studi.28

C. POTENSI DAN PEMBAGIANNYA

Potensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kemampuan, kekuatan, kesanggupan atau daya yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan.29 Potensi adalah kekuatan, kesanggupan, kemampuan, kekuasaan dan daya kefungsian.30

Macam-Macam Potensi yaitu : a) Ranah Kognitif

Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan intelektual, sehingga ia dapat menerima pelajaran dari Tuhan. Informasi tentang manusia sebagai makhluk intelektual ini telah menarik perhatian para ahli untuk menelitinya berbagai metode. Hasil kajian mereka terhadap

27

Attia Mahmud, Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan, (Jakarta: PT. Sumber Bahagia), h.14

28

Ibid, h. 15

29

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 697

30


(33)

kemampuan intelektual manusia itu, mereka rumuskan dalam sebuah istilah yang disebut sebagai aspek kognitif manusia.

b)Ranah Afektif

Aspek afektif manusia pada dasarnya merupakan aspek keterampilan dalam menghayati dan menyadari tentang berbagai hal yang diketahui sehingga ia terdorong untuk mengerjakannya.

c) Ranah Psikomotorik

Aspek psikomotorik manusia pada dasarnya merupakan aspek keterampilan dalam mempraktikkan sebuah konsep yang telah dipahami dan dihayati.

Berbagai keterampilan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik tersebut pada intinya adalah merupakan pelaksanaan dari berbagai potensi manusia sebagai makhluk yang dapat berfikir, belajar, berbudaya dan berkreasi sebagaimana yang diharapkan.

Kemampuan manusia pada ketiga aspek tersebut sesungguhnya dapat dijumpai dalam isyarat yang terdapat didalam Al-qur’an. Dalam hubungan ini sejalan dengan firman Allah Swt. Sbb:

                             

Artinya: Dan Allah Swt mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.Al-Nahl (16) : 78).

Pada ayat tersebut Allah SWT menyebutkan karunia yang dilimpahkan kepada para hamba-Nya, dengan mengeluarkan mereka dari perut ibu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, lalu memberikan rezeki kepada mereka berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Allah menjadikan kalian mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, setelah Dia mengeluarkan kalian dari dalam perut ibu. Kemudian memberi kalian akal yang dengan itu kalian dapat memahami dan membedakan antara yang baik dengan yang


(34)

buruk, antara petunjuk dengan kesesatan, dan antara yang salah dengan yang benar, menjadikan pendengaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat mendengar suara-suara. Lalu menjadikan penglihatan, yang dengan itu kalian dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling kenal-mengenal antara yang satu dengan yang lain. Dan kalian dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan harapan kalian dapat bersyukur kepada-Nya dengan menggunakan nikmat-nikmat-kepada-Nya dalam tujuannya yang untuk itu ia diciptakan, dapat beribadah kepada-Nya dan agar dengan setiap anggota tubuh kalian melaksanakan ketaatan kepada-Nya.31 Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberikan pendidikan, ketiga potensi yang dimiliki manusia tersebut tidak mengetahui segala sesuatu. Namun, setelah ketiga potensi tersebut dididik dan diajar dengan berbagai pengetahuan, ketrampilan dan sebagainya melalui kegiatan pembelajaran, maka manusia mengetahui segala sesuatu. Dengan demikian, bahwa pada diri manusia terdapat unsur kognitif, afektif dan psikomotorik sejalan dengan pendapat para ahli.32

D. PERAN PENDIDIK DALAM MENGATASI PENGHAMBAT

PERKEMBANGAN FITRAH

Pengembangan optimum dapat dilaksanakan dalam rangka pendidikan. Tetapi untuk dapat melaksanakan seluruhnya, maka pendidikan harus diorganisir sesuai dengan prinsip pendidikan yang murni (The true principles of education). Untuk dapat kepastian lebih lanjut, maka dalam masyarakat perlu disusun suatu sistem umpanbalik (Feedback system) guna memastikan sampai dimana pendidikan berhasil atau gagal. The true principles of education dijelmakan dalam bentuk standardisasi minimum yang lengkap dengan semua perhitungan dan implementasinya. Untuk dapat mencapai "bertahan dalam masyarakat dengan terhormat" ada lima sifat harus dipenuhi, yaitu : pandai, jujur, berdisiplin, tahu kemampuan dan mengenal

31

Ahmad Mustofa Al-Maraghy, Tafsir al-Maraghy (Edisi Bahasa Arab) Juz XIII, Terj. K. Anshori Umar Sitanggal dkk, (Semarang: PT. Toha Putra, 1994), Cet-2, h. 211

32

Abuddin Nata, “Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran”, (Jakarta, Kencana, 2009), c. I, h.46-51.


(35)

batas kemampuan diri sendiri. Dan oleh karena itu memiliki rasa kehormatan diri.33

Peran pendidik seharusnya mampu bersikap menerima terhadap muridnya, maksudnya menerima murid seperti apa adanya. Dan ini merupakan faktor penting untuk meningkatkan hubungan guru dengan murid, mengembangkan kemampuan anak untuk mau mengubah diri sendiri secara

konstruktif, menggerakkan anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, mengarah ke kesehatan jiwa, menjadikan anak lebih produktif dan kreatif dan merealisasikan potensi anak. Bila seseorang merasa diterima kemudian (dipahami) orang-orang lain, orang itu akan bergerak lebih bebas dan mulai berfikir untuk mengubah dirinya sendiri, menjadi lebih baik dari pada yang dialami sekarang.34

Adapun langkah pertama Al-qur'an dalam pendidikan jiwa seseorang adalah mengembalikannya kepada fitrahnya yang sehat. Serta membersihkannya dari berbagai kotoran yang melekat dan diwarisi oleh lingkungannya, serta dari berbagai khurafat dan taklid. Asas dari fitrah ini adalah tauhid, karena pada dasarnya jiwa diciptakan untuk mengetahui Tuhannya yang sering tertutupi oleh kealpaan, lingkungan dan taklid. Akan tetapi akar-akar pengetahuan ini tertanam kuat didalam jiwa, dan tidak ada alasan untuk mengingkarinya atau melepaskan diri darinya.35

Salah satu peran pendidik untuk mengatasi masalah-masalah yang menghambat perkembangan fitrah yaitu dengan mengenal terhadap perkembangan siswa yaitu dengan cara mendiagnosa. Pengertian dari

mendiagnosa adalah proses mengenal secara detail, apa dan bagaimana mengenai anak tersebut.

Adapun cara mendiagnosa yaitu sebagai berikut : 1. Amati perilaku anak.

33

Slamet Iman Santoso, "Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan", (Jakarta: UI Press, 1981), c. ke-II, h.167

34

Thomas Gordon, Guru Yang Efektif, Terj. Dari Teacher Effectiveness Training oleh Mudjito, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), Cet.3, h.61

35

Mohammad Syadid, Konsep Pendidikan Dalam Al-qur'an, Terj. Dari Manhaj Al-qur'an Fii At-tarbiyah oleh Rusydi Helmi, ( Jakarta: Penebar Salam, 2001), Cetakan.1, h. 72


(36)

2. Lihat penampilannya.

3. Berikan pertanyaan dan perhatikan jawabannya.

4. Berikan tugas, perhatikan tanggapan, dan cara penyelesaiannya. 5. Goda anak tersebut dan perhatikan respon yang diberikan. 6. Ajak berkompetisi dan amati keseriusannya.

7. Berikan pilihan untuk memilih, amati apa yang dia pilih.36

Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut : 1) proses pematangan, khususnya pematangan fungsi kognitif, 2) proses belajar, 3) pembawaan atau bakat. Ketiga hal ini berkaitan erat satu sama lain dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkecuali para siswa sebagai peserta didik. Apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar siswa dalam keadaan positif, hampir dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan seperti ini sebenarnya belum tentu terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita bahagianya.

Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan mereka terhadap eksistensi siswa tidak sama.37

1. Aliran Nativisme

Aliran nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosofis jerman.38 Aliran

Nativisme juga bisa diartikan satu aliran yang menitikberatkan pandangannya pada peranan sifat bawaan, keturunan dan kebakaan sebagai penentu

36

Isma Almatin, Dahsyatnya Hypnosis Learning Untuk Guru & Orang Tua, (Yogyakarta, Pustaka Widyatama, 2010), Cet.1, h.105

37

Muhibbinsyah, "Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru", (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2010), Cet ke-15, h.42

38


(37)

perkembangan tingkah laku seseorang. Persepsi tentang ruang dan waktu tergantung pada faktor-faktor alamiah atau pembawaan dari lahir.39 Para ahli yang beraliran "Nativisime" berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh unsur pembawaan. Jadi perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor dasar/pembawaan.40 Aliran filsafat ini konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Mengapa demikian? Karena para ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia itu di tentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut "pesimisme pedagogis".

Sebagai contoh, jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula. Harimaupun hanya akan melahirkan harimau, tak akan pernah melahirkan domba. Jadi, pembawaan dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak terhadap perkembangan kehidupan anak-anaknya.41

2. Aliran Empirisme

Kebalikan dari aliran nativisme adalah aliran empirisme dengan tokoh utamanya ialah John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah

"The school of British Empiricism" (aliran empirisme Inggris). Namun aliran ini lebih berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat. Sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama "environmentalisme" (aliran lingkungan) dan psikologi bernama "environmental psychology".42

Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia lahir dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia bagaikan kertas putih (tabularasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki.

39

Mujib, op. cit., h. 115

40

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cetakan Pertama, h. 173

41

Muhibbin Syah, loc.cit. 42


(38)

Perwujudan tingkah laku ditentukan oleh luar diri yang disebut dengan lingkungan.43

Berbeda dengan aliran Nativisme, para ahli yang mengikuti aliran

"Empirisme" berpendapat bahwa perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan/pendidikan sedangkan faktor dasar/pembawaan tidak berpengaruh sama sekali. Aliran empirisme ini menjadikan faktor lingkungan/pembawaan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seseorang individu.

3. Aliran Konvergensi

Aliran yang tampak menengahi kedua pendapat aliran yang ekstrem

diatas adalah "Aliran konvergensi" dengan tokohnya yang terkenal adalah William Stern. Menurut aliran konvergensi, perkembangan individu itu sebenarnya ditentukan oleh kedua kekuatan tersebut. baik faktor dasar/pembawaan maupun faktor lingkungan/pendidikan keduanya secara

convergent akan menentukan/mewujudkan perkembangan seseorang individu.44

Dalam hal ini penulis lebih cenderung ke aliran Konvergensi, karena bagi ketentuan perkembangan potensi dan kemampuan anak itu tergantung dari faktor pembawaan dan faktor lingkungannya. Kedua-duanya ini saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. agar tercapai perkembangan potensi optimum pada diri anak, maka peran dari orang tua disini sebagai faktor penentu arah potensi anak (pembawaan) dan guru atau pendidik lainnya adalah faktor penentu keberhasilan perkembangan kemampuan atau potensi anak dari pengaruh lingkungan sekitarnya.

Peran pendidik juga bisa membantu perkembangan potensi siswa dengan cara mengenal karakteristik siswa. Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.

43

Mujib, op. cit., h. 118 44


(39)

Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa, yaitu :

1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau

prerequisite skills, yakni kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan ini merupakan hasil dari berbagai pengalaman masing-masing siswa.

2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup, dan status sosial (sociocultural).

3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pengetahuan mengenai karakteristik siswa ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar-mengajar. Terutama bagi guru akan dapat merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan menentukan metode dan media yang lebih tepat, sehingga akan terjadi interaksi dari masing-masing komponen belajar-mengajar secara optimal. Hal ini jelas menantang guru untuk selalu kreatif dalam rangka menciptakan kegiatan yang bervariasi, agar masing-masing individu siswa dapat berpartisipasi secara maksimal dalam proses pembelajarannya.45

Adanya tantangan untuk dapat menemukan sistem serta metode pendidikan yang layak bagi anak berbakat telah mendorong sejumlah pakar untuk berusaha menemukan berbagai standar keberbakatan. Adanya standar pengukuran kemampuan skolastik cenderung membuat sejumlah orang beranggapan bahwa pengukuran kemampuan skolastik ini dapat dijadikan landasan pendidikan anak-anak berbakat. Namun dengan diperkenalkannya konsep intelegensi ganda (multiple intelligence) sejumlah pakar mulai mempertanyakan kembali standar pengukuran kemampuan skolastik, dan standar-standar pengukuran kemampuan lain yang dapat digunakan untuk menganalisis bakat seseorang. Misalnya bahwa pengukuran kemampuan seseorang yang memiliki kemampuan yang tinggi pada bidang tertentu dalam

45

Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta, Gaung Persada Press, 2008), Cetakan Pertama, h. 187


(40)

budaya tertentu belum tentu memiliki kemampuan yang sama tingginya pada bidang yang sama tapi dalam budaya yang berbeda. Sebagai contoh misalnya, ada individu yang mampu menguasai beberapa bahasa Eropa tetapi mengalami kesulitan untuk mempelajari bahasa Negara-negara belahan dunia timur. Ada juga individu yang mampu menjadi pemimpin pada budaya masyarakat tertentu akan tetapi gagal memimpin orang lain pada budaya masyarakat yang lainnya.46 Namun, jika ia terus berupaya menyesuaikan kemampuannya dengan kondisi setempat, mungkin saja suatu saat ia akan memperoleh keberhasilan yang sama dengan apa yang telah dicapainya di budaya masyarakat yang berbeda. Karenanya masalah penyesuaian diri ini juga merupakan hal yang penting dalam pengembangan bakat seseorang, dan pengukuran kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri juga penting untuk dikembangkan.47

E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Skripsi berjudul "Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mengembangkan Fitrah Beragama" yang ditulis oleh Azhari Akbar di UIN Jakarta berkesimpulan bahwa peran pendidikan Islam sangat besar dan bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan potensi dasar manusia. Pendidikan Islam merupakan salah satu media dalam mengembangkan fitrah beragama pada manusia agar tercipta manusia dengan pribadi yang sempurna.

Skripsi yang berjudul "Peranan Guru PAI Dalam Mengembangkan Ranah Afektif Siswa SMP Negeri 2 Karawang" yang ditulis oleh Lina Anggreyani berkesimpulan bahwa peranan guru selain sebagai pengajar juga sebagai pendidik dan pembimbing. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi juga harus dapat menumbuhkan, mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Ranah afektif ini merupakan tujuan yang berhubungan dengan sikap, menilai, minat dan apresiasi. Agar peranannya

46

Monty & Waruwu, Op. cit., h. 80 47


(41)

dapat digunakan dengan tepat, maka cara yang baik adalah dengan tujuan instruksional afektif sesuai dengan ketentuan yang ada.

Adapun Skripsi berjudul "Peran Perilaku Guru Agama Islam dalam Pembentukan Kepribadian Islami Siswa di SMP Darussalam Ciputat Tangerang" yang ditulis oleh Bermansyah di UIN Jakarta tahun 2010 M / 1431 H. Penulis tersebut berkesimpulan bahwa peran perilaku guru agama Islam di SMP Darussalam Ciputat tidak banyak berpengaruh dalam membentuk keperibadian Islami siswa. Hal ini disebabkan oleh jam belajar agama Islam yang sangat minim yaitu hanya sekitar 80 sampai 90 menit saja. Dalam seminggu 2 kali jam belajar. Sehingga ada pengaruh tapi tidak signifikan antara perilaku guru agama Islam dalam membentuk kepribadian islami siswa.

Dari hasil kesimpulan penelitian terdahulu yang relevan dengan skripsi ini. Peneliti ingin menindak lanjuti tentang fitrah sebagai potensi dasar manusia karena semakin maraknya kekerasan guru dan tidak tahu apa yang siswa inginkan pada zaman modern sekarang ini. Penulis ingin memberikan kontribusi pada pendidik yang ada di Indonesia utamanya berupa penulisan skripsi ini yang pembahasannya lebih menekankan pada potensi dasar siswa atau kemampuan siswa yang berbeda-beda di sekolah. Adapun obyek penelitian ini adalah siswa kelas XI di sekolah SMA Dharma Karya UT yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini.

F. KERANGKA BERFIKIR

Dalam penelitian ini yang diteliti oleh penulis ingin membuktikan dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh peranan yang dilakukan oleh pendidik dalam membangun fitrah yang ada pada anak.

Pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik ini tidak ada lain dengan tujuan untuk membangun fitrah yang dibawa sejak lahir oleh si anak. Sehingga penulis ingin mengetahui keberhasilan tercapai atau tidak pendidik membangun potensi anak didiknya, bukan saja


(42)

untuk membangun potensi anak didik, tetapi juga dibutuhkan tingkah laku atau sikap yang baik dalam membangun akhlak anak.

Pada dasarnya kebutuhan peningkatan sumber daya manusia memerlukan kinerja pendidik yang dinamis dan progresif untuk mengkonstruksi atau mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak, maka dari itu masalah pengembangan sumber daya manusia sangat mempengaruhi kinerja manusia itu dalam membangun fitrah yang ada pada anak. Terutama guru pada khususnya yang tugasnya dan kewajiban membangun manusia menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain juga bangsa dan negaranya.

Dengan demikian kegiatan pendidikan yang dilaksanakan baik di sekolah, rumah maupun di masyarakat sangat membantu keberhasilan membangun fitrah yang dimiliki oleh anak. Penulis mengadakan penelitian ini untuk mengetahui kontribusi peranan pendidik dalam mengembangkan fitrah


(43)

SKEMA KERANGKA BERFIKIR

Dari skema tersebut dapat didefinisikan bahwa strategi metode pengembangan fitrah yang efektif bagi siswa, dipengaruhi oleh guru. Dan guru sangat berperan dalam menciptakan atau mengembangkan fitrah (potensi dasar) yang dimiliki oleh siswa agar membentuk potensi yang efektif bagi siswa, khususnya dalam pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini hasil dari strategi metode yang efektif dalam mengembangkan fitrah siswa, antara lain: 1. Siswa senang dalam belajar mengembangkan potensinya.

2. Guru memahami kelebihan dan kelemahan siswa. 3. Guru dapat mengenal karakteristik siswa.

4. Siswa cepat berkembang potensi dasar yang dimilikinya. 5. Tidak ada lagi kekerasan guru terhadap siswa.

Peran Pendidik (Guru)

Strategi Metode Pengembangan Potensi Dasar Yang Efektif Bagi Siswa

• Siswa senang dalam belajar mengembangkan potensinya. • Guru memahami kelebihan dan kelemahan siswa.

• Guru dapat mengenal karakteristik siswa.

• Siswa cepat berkembang potensi dasar yang dimilikinya. • Tidak ada lagi kekerasan guru terhadap siswa.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis ini bertempat di SMA Dharma Karya UT dan berlokasi di jl. Talas II No.30 Pondok cabe ilir Pamulang kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober sampai tanggal 29 November 2012.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode

deskriptif kuantitatif, sedangkan untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan di bahas maka penulis melakukan beberapa penelitian dengan cara diantaranya:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku, artikel dan sumber tulisan lainnya di perpustakaan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini sebagai bahan teoritis.


(45)

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yakni observasi di lapangan dengan mengamati dan melihat langsung keadaan di lapangan. lalu menyebarkan angket kepada siswa serta melalui wawancara yaitu penulis mewawancarai secara langsung pada pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi tentang data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Dan memperoleh data yang jelas mengenai peranan pendidik dalam pengembangan fitrah sebagai potensi dasar manusia. Penelitian lapangan (field research) ini bertujuan untuk mendapatkan data faktual yang ada di lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah simbol atau lambang yang padanya kita lekatkan bilangan atau nilai. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu pendidik (Guru) sebagai variabel bebas (independent variabel) dan disimbolkan dengan huruf X. veriabel inilah yang memberi pengaruh terhadap hasil.

Adapun variabel kedua adalah fitrah manusia (potensi) disebut sebagai variabel terikat (dependent variabel), yang disimbolkan dengan huruf Y. variabel ini merupakan hasil dari pengaruh variabel bebas (independent variabel).

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah "keseluruhan subjek penelitian".1 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Dharma Karya UT Pamulang kota Tangerang tahun ajaran 2011-2012 yang berjumlah 22 siswa.

Sedangkan sampel mempunyai pengertian "sejumlah individu yang

resentatif dan diambil dari populasi yang dimilikinya".2 Sebagian dari jumlah

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta:Rineka Cipta,2002) edisi revisi cet 12. h. 108

2


(46)

populasi yang dipilih untuk sumber data disebut sampel atau cuplikan.3 Dalam penarikan sampel ini, Suharsimi Arikunto memberikan pedoman bahwa

"apabila subyek itu kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila subyeknya lebih besar maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih".4

Karena responden penelitian ini hanya 22 orang pada kelas XI dan kurang dari 100 orang maka peneliti mengambil sejumlah populasi tersebut untuk di jadikan obyek penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi, Penulis melihat dan mengamati langsung sekaligus mencatat objek-objek di lapangan guna memperoleh data atau keterangan-keterangan yang akurat, objektif dan dapat dipercaya.

2. Wawancara, penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru-guru sebagai pendidik disekolah yang berkaitan dengan masalah dalam skripsi ini.

3. Angket, untuk mendapatkan data, maka penulis menyebarkan angket kepada seluruh (siswa kelas XI IPA dan IPS) untuk diisi yang kemudian hasilnya di analisis. Penulis menyebarkan angket karena dalam penelitian ini penulis ingin memperoleh data mengenai peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai peranan pendidik dalam pengembangan fitrah sebagai potensi dasar

3

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), cetakan pertama, h. 54

4


(47)

manusia di SMA Dharma Karya UT Pamulang, Tangerang adalah berupa angket yang terdiri dari 25 butir soal yang disebarkan kepada 22 orang siswa.

Adapun kisi-kisi instrument penelitian yang penulis gunakan dalam pembuatan angket adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Kisi-kisi instrumen penelitian tentang peran pendidik dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia

No Variabel Dimensi Indikator Jumlah

item

Nomor butir

1 Variabel X Peranan pendidik (guru) 1. Pendidik 2. Motivator 3. Fasilitator 4. Pengawas Membantu siswa agar mampu mandiri, disiplin dan bertanggung jawab Membantu siswa giat, tekun, rajin dan semangat dalam belajar

Membantu siswa agar bisa belajar sesuai dengan kemampuannya. Membantu siswa agar tidak ceroboh atau 6 3 2 2

2, 9, 11, 12, 17 dan 24

1, 3, 6

5, 8


(48)

5. Pelatih

6. Kolaborator

bersikap yang tidak pantas dipandang orang lain..

Membantu siswa membentuk karakter dan berkepribadian pancasila yang berlandaskan agama.

Membantu siswa agar bisa bekerja sama

1

2

10

4 dan 14

2 Variabel Y Fitrah (Potensi

dasar manusia)

Komponen-komponen fitrah

(Potensi dasar manusia)

1. Kecerdasan

2. Bakat

5

1

15, 21, 18, 23 dan 25


(49)

3. Gharizah

(insting)

3

16, 19 dan 20

jumlah 25 25

G. Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data

Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai teori yang dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisa untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.

Dalam menganalisa hasil penelitian berupa "peranan pendidik dalam pengembangan fitrah sebagai potensi dasar manusia" digunakan analisa data yaitu analisa yang dilakukan terhadap data-data yang berwujud angka, dengan cara menjumlahkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan dan selanjutnya dilakukan perhitungan dengan data statistik.

Dalam pengolahan data, penulis menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau kuisioner

yang berhasil dikumpulkan.

2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai berikut:

Tabel 3.2

Skor item alternatif jawaban responden

Positif (+) Negatif (-)

Jawaban Skor Jawaban Skor

Selalu 4 Selalu 1


(50)

Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3

Tidak pernah 1 Tidak pernah 4

3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil dikumpulkan ke dalam tabel yang telah disediakan.

Setelah pengumpulan data dilakukan, maka tahap berikutnya data tersebut dianalisa dengan analisa kuantitatif secara deskriptif analisa yang sebelumnya telah ditentukan prosentasenya dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi:

Rumus : P = Keterangan :

P : Persentase F : Frekuensi

N : Banyaknya responden

Kemudian untuk mengetahui bagaimana peran pendidik ( variabel X ) dalam mengembangkan fitrah sebagai potensi dasar manusia ( variabel Y ), penulis menggunakan rumus product moment dari Carl Paerson sebagai teknik analisanya. Cara operasional data dilakukan melalui tahap sebagai berikut :5 a. Mencari angka korelasi dengan rumus :

r

xy

= ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

keterangan :

r

xy : Angka indeks korelasi "r" product moment N : Number of cases (jumlah sampel keseluruhan)

∑ : Jumlah hasil perkalian antara skor x dan y

5

Anas Sudijono, pengantar statistik pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2012), Cet. Ke-24, h. 206


(51)

∑ : Jumlah seluruh skor x

∑ : jumlah seluruh skor y

b. Memberikan interpretasi terhadap

r

xy, yaitu memberikan interpretasi

sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan indeks korelasi "r" product moment seperti dibawah ini :

Tabel 3.3

Angka indeks korelasi "r" product moment6

Besarnya "r" product moment Interpretasi

0,00 – 0,20 Antara variabel x dan variabel y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah / sangat rendah

0,20 – 0,40 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah / rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sedang / cukup

0,70 – 0,90 Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang tinggi / kuat 0,90 – 1,00 Antara variabel x dan variabel y

terdapat korelasi yang sangat kuat dan tinggi

Setelah diberikan interpretasi terdapat angka indeks korelasi "r" product moment, dengan jalan berkonsultasi pada nilai product moment, maka prosedur selanjutnya secara berturut-turut adalah sebagai berikut :

6


(1)

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang di gunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul " Peran Pendidik Dalam Mengembangkan Fitrah Sebagai Potensi Dasar Manusia Di SMA Dharma Karya UT Pamulang Kota Tangerang Selatan " yang di susun oleh Muhammad Ilzam Asy'ari, NIM 208011000027 Jurusan Pendidikan agama islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah di

uji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada hari Rabu tanggal 2 Januari 2013

Jakarta, 2 januari 2013 Dosen Pembimbing

Marhamah Saleh, Lc, MA NIP. 19720313 200801 2 010


(2)

LEMBAR UJI REFERENSI

No Pengarang Judul buku Hal

Skripsi

Hal Referensi

Paraf Dosen Pembimbing 1 IIF Khoiru Ahmadi,

Sofan Amri, Tatik Elisah

Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, Cetakan Pertama, 2011

12 191

2 Ahsin w.Al-hafidz Kamus Ilmu Al-qur'an, Jakarta: Amzah Sinar Grafika Offset, Cet-3, 2008

16 78

3 Isma Almatin Dahsyatnya Hypnosis Learning Untuk Guru & Orang Tua, Yogyakarta: Pustaka Widyatama, Cetakan Pertama, 2010

25 105

4 Ahmad Mustofa Al-maraghy

Tafsir al-Maraghy, Juz XIII, Cetakan kedua, Semarang: PT.Toha Putra, 1994

23 211

5 Amina Noor Mendidik anak Pintar Cerdas

Bermula Dari Alam Rahim…,

Kuala Lumpur, Darul Nu'man, Cetakan Pertama, 1995

15 133

6 Suharsimi Arikunto

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta, Edisi Revisi, Cet-12, 2002

34 108

7 Departemen pendidikan dan kebudayaan

Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1988 21 697 8 Thomas Gordon Guru Yang Efektif, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, Cetakan Ke-3, 1996

24 61

9 Hamzah B. Uno Profesi Kependidikan,


(3)

10 Mazhahiri, Husain Pintar Mendidik Anak, Jakarta: PT. Lentera Basritama, Cet-2, 1999

18 166

11 Slamet Iman Santoso

Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan, Jakarta: UI Press, Cet-2, 1981

23 167

12 Jalaluddin Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Edisi Revisi Ke-12, 2009

18 67

13 Jalaluddin, Abdullah

Filsafat Pendidikan, Jakarta:

Gaya Media Pratama, 1997 1 13

14 Moh. Uzer Usman Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet ke-23, 2009

14 9

15 Hasan Langgulung Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cetakan Pertama, 1986

17 5

16 M. Jamaluddin Mahfudz

Psikologi Anak Dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Al-kautsar, Cetakan Pertama, 2001

3 7

17 Attia Mahmud Bimbingan Pendidikan Dan Pekerjaan, Jakarta: PT. Sumber Bahagia, 1997

20 14

18 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir

Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:

Kencana, Edisi ke-1, 2008 11 88 19 Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan

Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, Cetakan ke-15, 2010


(4)

20 E. Mulyasa Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan ke-7, 2008

14 37

21 Yudhi Munadhi Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press, Cetakan Pertama, 2008

29 187

22 Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir

Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan ke-2, 2002

20 89-90

23 Ahmad Warson Munawwir

Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif, Cetakan ke-14, 1997

15 1063

24 Abuddin Nata Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, Cetakan Pertama, 2009

17 79

25 Abdullah Nashih Ulwan

Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Semarang: Asy-Syifa', Cet-3, 1981

13 149

26 Samsul Nizar Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, Cetakan Pertama, 2007

13 1

27 Samsul Nizar Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, Cetakan Pertama, 2008

15 122

28 Nuraida, Rihlah Nur Aulia

Character Building Guru PAI, Jakarta: Aulia Publishing House, Cetakan ke-2, 2008

4 74

29 Sutan Rajasa Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:


(5)

30 M. Alisuf Sabri Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cetakan Pertama, 1993

26 173

31 Monty

P.Satiadarma & Fidelis E.waruwu

Mendidik Kecerdasan. Pedoman Bagi Orang Tua Dan Guru Dalam Mendidik Anak Cerdas, Jakarta: Pustaka Populer Obor, Edisi Pertama, 2003

24 77

32 M. Quraish Shihab Wawasan Al-qur’an Tafsir

Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: PT. Mizan Pustaka, Cet ke- XVI, 2005

16 375

33 Anas Sudijono Pengantar statistik pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan ke-24, 2012

39 206

34 Sukardi Metodologi Penelitian

Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cetakan Pertama, 2003

34 54

35 Suryosubrata B., Beberapa Aspek Dasar Kependidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1983

11 26

36 B. Suryosubroto Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi, 2009

13 171

37 Mohammad Syadid

Konsep Pendidikan Dalam Al-qur'an, Jakarta: Penebar Salam, Cetakan Pertama, 2001

25 72

38 Ahmad Tafsir Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992

11 74-75

39 Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi FITK, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,


(6)

40 Umar

Tirtarahardja, S. L. La Sulo

Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cetakan ke-2, 2005

2 37

41 UU RI No. 3 Undang-Undang Peradilan Anak,

Jakarta: Sinar Grafika, 1997 10 54 42 H.C.

Witherington, M.Buchori (terj)

Psikologi Pendidikan, Jakarta:

Aksara Baru, 1978 12 143

Jakarta, 2 Januari 2013 Mengetahui,

Dosen Pembimbing:

Marhamah Saleh, Lc. MA NIP : 19720313 200801 2 010