Manajemen strategi pengembangan potensi anak yayasan rumah yatim Ar-Rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan

(1)

YAYASAN RUMAH YATIM AR-ROHMAN INDONESIA

PAMULANG, TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Aldi Ryan Yudistira

NIM: 109054100004

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H./2014 M.


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ALDI RYAN YUDISTIRA

Manajemen Strategi Pengembangan Potensi Anak Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan.

Anak adalah anugerah dan setiap anak dilahirkan dalam kondisi “cerdas”. Selain itu anak adalah generasi penerus dan pewaris cita-cita perjuangan bangsa yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan. Untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, anak mempunyai hak dan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Kenyataannya saat ini masih banyak anak yang belum terpenuhi hak dan kebutuhannya, salah satu faktor penyebabnya adalah kemiskinan. Untuk itu dibentuklah organisasi pemerintah dan non-pemerintah untuk mengatasi masalah ini. salah satu organisasi non-pemerintahnya adalah Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia. Tujuan dari didirikannya Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia adalah untuk mengelola anak yatim dan dhuafa supaya memiliki kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih gemilang. Untuk mencapai tujuan dibutuhkan proses pengelolaan strategi.

Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana manajemen strategi yang dilakukan Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia dalam mengembangkan potensi diri anak asuhnya dan hasilnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan analisis deskriptif, sehingga dapat dijabarkan dengan jelas bagaimana Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia melakukan proses manajemen strategi untuk mengembangkan potesi anak dan hasil yang diperoleh setelah melakukan manajemen strategi.

Melalui hasil penelitian diketahui bahwa Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia belum melakukan manajemen strategi secara tertulis tetapi dalam mencapai tujuannya melakukan proses manajemen strategi. Ada 3 tahap dalam manajemen strategi yaitu perumusan strategi yaitu perencanaan awal yang dilakukan berdasarkan misi dengan menggunakan analisis SWOT diketahui kekurangan dan ancaman organisasi adalah banyaknya anak asuh, jumlah tenaga kerja yang minim dan kurangnya pengawasan. Kemudian merencanakan rencana jangka panjang sehingga menghasilkan program seperti yatim apartemen, smart scholarship dan school of life. Selanjutnya tahap implementasi yaitu pelaksanaan dari program yang sudah dirumuskan dengan melibatkan staf-staf yang ada di asrama. Mereka bekerja sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing. Terakhir tahap evaluasi strategi, evaluasi dilakukan dalam kurun waktu satu bulan dan satu tahun oleh kepala asrama dengan manajer area yang menghasilkan tujuan yang sudah tercapai dan tujuan yang belum tercapai. Hasil evaluasi berubah setiap tahunnya sesuai dengan faktor internal dan eksternal. Hasil dari proses manajemen strategi dalam mengembangkan potensi diri yang dilakukan Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia adalah kembalinya hak-hak yang dimiliki anak seperti hak mendapatkan pendidikan dan hak mendapatkan kehidupan lebih baik. Bartambahnya ilmu pengetahuan dan meningkatnya keterampilan diri anak asuh.


(6)

ii

Hanya ucapan alhamdulillahi rabbil alamin yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Besar, Maha Pengasih dan Maha Penentu Segalanya karena dengan kasih sayangNya, ridhoNya, kebesaranNya telah memberikan kelancaran serta kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Manajemen Strategi Pengembangan Potensi Anak Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan”.

Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk kedua orang tua tercinta, papa Soleh Idris dan mama Eni Rochiana yang senantiasa ada, selalu menemani, mendoakan, mendukung dan menerima segala yang telah, sedang dan akan penulis lakukan. Capek, stress, mumet, pusing, males, tidak berarti jika mengingat semua kasih sayang papa dan mama. Sekarang tiba waktunya bagi penulis untuk melakukan apapun demi kebahagiaan papa dan mama, meski tidak akan pernah terbayarkan. Sebagai langkah awal, inilah hasil didikan bijaksana papa dan mama selama ini kepada penulis dalam bentuk prestasi akademik. Semoga papa dan mama bangga dan bahagia.

Banyak kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini menjadi mudah sekali dilalui berkat kemudahan dari orang-orang baik hati disekitar penulis. Doa, dorongan, bimbingan serta bantuan yang diberikan sungguh sangat berarti bagi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang dalam kepada:


(7)

iii

civitas akademik UIN Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dan wadah bagi penulis dan kawan-kawan mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan, M.Ag beserta jajaran Pudek-Pudek Fakultas atas keramahan, perhatian, teguran, nasihat, bimbingan daan ketidak terbatasan pelimpahan ilmunya kepada penulis selama 4 (empat) tahun kuliah di UIN Jakarta.

3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Kesejahteraan Sosial, Siti Napsiyah, MSW dan Ahmad Zaky, M.Si.

4. Budi Rahman Hakim, MSW, selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi penulis atas keseluruhan masukan dan arahannya yang simple dan lugas.

5. Dosen-dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial tercinta dan favorit selama kuliah di UIN Jakarta yang telah banyak membantu sehingga penulis bisa seperti sekarang ini.

6. Kepala Asrama Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan beserta staf-staf yang dengan tangan terbuka telah mengizinkan penulis melakukan penelitian tentang lembaganya.

7. Kepada segenap keluarga besar penulis, Uti “atas do’a tulus dan nasihatnya”, Mbak Nia thanks udah support dana dalam terbitnya skripsi penulis dan do’a yang tulus. Pakde Anas, Om Nunus, Om Dadan, Bude Siti, Bude Ida, Om Dolly, Tante Ely yang tanpa pamrih selalu tulus mendoakan serta membantu pengerjaan skripsi ini agar cepat selesai.


(8)

iv

penulis.

9. Dan terakhir juga yang terpenting , untuk semua sahabat-sahabat KESSOS angkatan 2009 terbaik, terhebat, terheboh yang menemani, membantu kapanpun, apapun dan dimana aja dan dalam keadaan yang bagaimana pun selalu memberikan kenangan indah persahabatan, kebersamaan, terima kasih!

Akhirnya, masukan saran dan kritik semoga memberikan tambahan ilmu yang berharga bagi penulis untuk terus belajar dan memperbaiki diri dalam mengamplikasikan ilmu yang didapat.

Jakarta, 21 April 2014


(9)

v

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ……… viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …..……….. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ……..……… 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……..……… 8

1. Tujuan Penelitian ………..……… 8

2. Manfaat Penelitian ……… 9

D. Metodologi Peneliian ………..……… 9

E. Pedoman Penulisan Skripsi ….……… 16

F. Tinjauan Kepustakaan ……….……… 16

G. Sistematika Penulisan ………..……… 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Strategi ….……… 19

1. Perumusan Strategi ……..……….. 21

2. Implementasi Strategi …….……… 22


(10)

vi

D. Faktor-faktor Perkembangan Anak …..……… 30

1. Faktor Hereditas/Keturunan ……...……… 30

2. Faktor Lingkungan ……… 32

E. Potensi Diri …..………. 36

F. Ruang Lingkup Potensi Diri ………. 42

1. Kognitif …..……… 42

2. Emosi ……..……… 45

3. Spiritual ……… 50

4. Keterampilan ……… 52

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN RUMAH YATIM AR-ROHMAN INDONESIA PAMULANG, TANGERANG SELATAN A. Sejarah Berdirinya Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan …………..…. 55

B. Visi dan Misi Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan …...……… 59

C. Struktur Kepengurusan Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan ….... 60

1. Struktur Kepengurusan Pusat …….……… 60

2. Struktur Kepengurusan Asrama …..……… 62

D. Asrama Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan …...……...……… 62


(11)

vii

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Manajemen strategi pengembangan potensi anak Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia

Pamulang, Tangerang Selatan ……….. 65

1. Perumusan Strategi ……… 66

2. Implementasi Strategi …….……… 75

3. Evaluasi Strategi ….……… 81

B. Hasil yang dicapai dari manajemen strategi pengembangan potensi anak yang dilaksanakan Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan …...………... 82

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .…..……… 86

B. Saran ….……… 89

DAFTAR PUSTAKA ……….……… 91 LAMPIRAN


(12)

viii

1. Table 1.1 Data Informan 12

2. Table 2.1 Tipologi Organisasi Pelayanan Manusia 27

3. Table 3.1 Struktur Kepengurusan Asrama 62


(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan anugerah dan setiap anak dilahirkan dalam kondisi “cerdas”. Kunci sukses dari seorang anak adalah ketika ia dapat menjadi sesuai dengan potensi dan bakatnya, bukan berdasarkan apa kata orang tua maupun lingkungannya. Selain itu anak adalah generasi penerus dan pewaris cita-cita perjuangan bangsa yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan. Untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, anak mempunyai hak dan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi seperti mendapatkan makanan yang bergizi, pendidikan, kesehatan, bermain, kebutuhan emosional, pengembangan spiritual serta memerlukan lingkungan keluarga dan lingkungan sosial yang mendukung bagi berlangsungnya tumbuh kembang hidupnya.1 Menurut Undang-undang tentang perlindungan anak tahun 2002, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan.2 Didalam undang-undang tentang perlindungan anak tahun 2002 dijelaskan juga bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

1

Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial dan Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan, (Jakarta: Departemen sosial RI, 1999), h. 1.

2


(14)

Namun kenyataan saat ini bahwa banyak anak-anak yang belum mendapatkan haknya. Itu dapat dilihat dari banyak anak-anak yang hidup di jalan, tumbuh dan berkembang di lingkungan yang kurang baik untuk mereka. Menurut laporan pusat penelitian kesejahteraan (puslikes) Universitas Katolik Atma jaya, tahun 2001 jumlah anak-anak jalanan di Indonesia tercatat sebanyak 50.000 anak. Kebanyakan dari mereka hidup dalam lingkungan masyarakat urban (Street Childern In Urban Environment) dan tidak memiliki tempat tinggal (Homeless Street Childern).3 Hingga saat ini jumlah anak jalanan semakin meningkat setiap tahunnya. Untuk mencapai kesejahteraannya, hak-hak anak harus terpenuhi akan tetapi beberapa anak ada yang tidak beruntung untuk mendapatkan kesejahteraannya, hal ini dikarenakan kemiskinan dan tidak adanya orang tua sebagai tumpuan hidup. Kesejahteraan anak merupakan bagian dari kesejahteraan sosial, oleh sebab itu hak-hak anak harus dipenuhi agar kesejahteraan mereka tercapai.

Kemiskinan menjadi salah satu faktor tidak terpenuhinya hak anak dan menjadi penyebab meningkatnya anak jalanan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, orang tua membiarkan anaknya bekerja mencari uang sehingga menjadikan anak sebagai objek eksploitasi ekonomi. Sehingga membuat anak-anak yang bekerja di jalanan tidak lagi sempat memikirkan pendidikan, tetapi hanya memikirkan kebutuhan ekonomi untuk diri dan keluarganya.

Melalui pendidikan baik formal maupun informal dapat mengembangkan potensi diri dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan

3

Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial dan Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan, (Jakarta: Departemen sosial RI, 1999), h. 3.


(15)

hidupnya. Pengertian potensi menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah kemampuan-kemampuan dan kualitas-kualitas yang dimiliki oleh seseorang, namun belum digunakan secara maksimal.4 Pengembangan potensi dalam diri anak sangatlah penting, agar keberhasilan dan keahlian yang mereka miliki dapat dirasakan oleh dirinya maupun orang lain. Untuk mengembangkan potensi diri tersebut, anak harus mempunyai rasa percaya diri dan dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

Pendidikan formal seperti di sekolah merupakan langkah tepat untuk mengembangkan potensi anak. Tahun 2013 ini pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tengah berupaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia melalui program Pendidikan Menengah Universal (PMU), atau yang dikenal dengan ‘rintisan wajib belajar 12 tahun’.5 Program PMU merupakan lanjutan dari wajib belajar 9 tahun yang telah dijalankan.

Kelebihan dari program PMU ini diharapkan dapat meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar dan memperbaiki komposisi SMA dan SMK. Sedangkan kekurangannya adalah masih sedikitnya jumlah pengajar khususnya pengajar SMK. Pada tahun 2012 Indonesia kekurangan 40.000 guru kejuruan, sehingga jika program PMU dijalankan pada tahun 2013 kekurangan guru kejuruan akan bertambah 15.000 guru kejuruan lagi.6 Pada tahun 2011 pemerintah telah mengeluarkan anggaran pendidikan mencapai Rp

4

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1982), h. 766.

5

Susi Wulandari, “Wajib Belajar 12 Tahun,” artikel diakses pada tanggal 15-5-2013 pukul 16.05 WIB dari http://haluankepri.com/opini-/41790-wajib-belajar-12-tahun.html

6


(16)

266,9 triliun. Tahun 2012 meningkat menjadi Rp 310,8 triliun dan tahun ini anggaran pendidikan direncanakan mencapai Rp 331,8 triliun atau meningkat 6,7 persen.7

Namun kenyataannya saat ini masih banyak anak-anak yang belum bisa mendapatkan pendidikan di sekolah karena hambatan biaya sekolah yang saat ini semakin mahal setiap tahunnya. Bagaimana mereka dapat bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak bila mereka harus dihadapkan dengan kebutuhan ekonomi keluarganya yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua.

Ada pun upaya yang dilakukan pemerintah dalam menyelamatkan anak-anak yang kurang beruntung dalam mendapatkan kesejahteraan yaitu dengan memberikan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensi diri dengan cara membangun sekolah gratis untuk anak yang kurang mampu. Pemerintah pusat tahun 2013 ini sedang melakukan program perbaikan gedung Sekolah Dasar guna mendukung semua aktifitas belajar mengajar. Hampir disetiap daerah saat ini gedung-gedung Sekolah Dasar mengalami perbaikan. Pemerintah akan membangun 216 unit sekolah baru dan lebih dari 4.550 ruang kelas baru untuk SMA/SMK/SMLB.8

Selain itu pada tahun 2013 DKI Jakarta mengeluarkan program Kartu Jakarta Pintar yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Kartu ini akan diberikan kepada siswa dari keluarga tidak mampu untuk tetap dapat bersekolah. Berdasarkan data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) per 13 Maret 2013 jumlah siswa di DKI Jakarta yang berasal dari keluarga

7

Wulandari, “Wajib Belajar 12 Tahun,”

8


(17)

tidak mampu ada sebanyak 104.551 siswa. Sedangkan siswa tidak mampu yang tidak terdata PPLS ada sebanyak 105.076 siswa.9 Disamping itu melihat kenyataan bahwa banyak anak-anak yang kurang mampu dalam mendapatkan pendidikan karena keterbatasan ekonomi dan kehilangan orang tua, pemerintah membangun panti sosial. panti sosial adalah lembaga yang yang dibentuk, dibangun dan menjadi tanggung jawab pemerintah.

Pelayanan sosial anak seperti panti merupakan pilihan terakhir apabila keluarga atau masyarakat tidak dapat mengasuh anak dengan baik. Kegiatan pelayanan anak merupakan kegiatan pelayanan tambahan atau pengganti dari asuhan dan pengawasan orang tua. Hal ini mempunyai tujuan melindungi dan memajukan kesejahteraan anak.

Melihat masalah ini Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial anak yatim dan dhuafa dengan mengelola dan mengembangkan potensi diri anak.10 Anak-anak yang berada di dalam yayasan adalah anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua baik ayah, ibu atau keduanya dan anak-anak yang orang tuanya tidak mampu untuk membimbing, mengasuh dan memberi pendidikan yang baik untuk anak mereka.

Maka dari itu anak diserahkan kepada pihak yayasan oleh orang tua atau keluarga agar kehidupan anak-anak terjamin dalam bidang pendidikan formal maupun informal. Di yayasan, anak-anak tinggal bersama dengan beberapa beberapa staf di dalam asrama. Anak yang dapat tinggal di yayasan

9

Lenny Tristia Tambun, “Dinas Pendidikan DKI luncurkan Kartu Jakarta Pintar,” diakses pada 15-5-2013 pada pukul 16.20 dari http://www.beritasatu.com/megapolitan/102693-april-disdik-dki-luncurkan-81-ribu-kjp.html

10


(18)

antara umur 4 hingga 18 tahun hingga lulus Sekolah Menengah Atas. Selama tinggal di asrama anak diberikan kehidupan yang layak dengan di berikan tempat istirahat yang nyaman dan diberikan makanan dengan asupan gizi 4 sehat 5 sempurna sehari 3 kali.

Selain pendidikan formal anak-anak juga diberikan pendidikan informal seperti bimbingan belajar intensif, kursus bahasa asing, kursus automotif dan kursus akunting. Selain itu ada keterampilan yang di berikan kepada anak-anak sesuai dengan potensi dan minat seperti keterampilan lukis, paduan suara, kaligrafi, dan seni peran.

Pendidikan agama juga menjadi bagian dari proses pengembangan potensi anak. Pendidikan agama yang diberikan seperti pendidikan Diniah, Tahfiz, Tahsin dan Qiro’at. Semua itu diberikan kepada anak-anak yang tinggal di asrama Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia yang tersebar di 13 kota di seluruh Indonesia. Asrama putri dan asrama putra tidak di satukan kedalam satu tempat tetapi di pisahkan. Jumlah anak asuh yang ada di setiap asrama maksimal 15 orang.

Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia cabang Pamulang, Tangerang Selatan adalah salah satu asrama perempuan cabang wilayah Banten. Anak-anak yang tinggal di asrama Pamulang ini rata-rata berumur 8 sampai 16 tahun. Program-program yang ada di asrama Pamulang telah membangun potensi anak asuh terlihat dari banyaknya piala dan piagam yang tersusun rapih di etalase ruang front office Terdiri dari Juara lomba Tahfiz se Tangerang Selalatan, juara umum lomba menggambar dan mewarnai, dan juara lomba lari putri 100 meter.


(19)

Membangun strategi pengembangan potensi anak disebuah lembaga harus memiliki efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Sedangkan efektivitas adalah merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.11

Dengan begitu, ternyata dalam mengembangkan potensi anak yatim dan dhuafa yang menghasilkan banyak penghargaan berupa piala atau piagam baik secara akademis maupun non-akademis, yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia tidak serta merta mendidik dan mengembangkan potensi anak. Banyak cara dan upaya yang dilakukan untuk mengelola yayasan seperti mencari strategi yang tepat sehingga menghasilkan program-program untuk mengembangkan potensi anak demi mencerdaskan anak-anak yatim dan dhuafa.

Berdasarkan uraian di atas, akhirnya yang menjadikan penulis tertarik untuk mengambil judul: “Manajemen Strategi Pengembangan Potensi Anak Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berfokus pada proses manajemen strategi guna

11


(20)

meningkankan potensi anak yang berada di yayasan rumah yatim ar-rohman Indonesia Pamulang,Tengerang Selatan.

2. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut dapat dilihat sejumlah masalah yang memungkinkan dapat dijelaskan dalam penulisan skripsi ini. Penulis akan merumuskan dalam permasalahan diantaranya:

1) Bagaimana manajemen strategi pengembangan potensi anak di Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan?

2) Bagaimana hasil yang dicapai dari manajemen strategi pengembangan potensi anak yang dilaksanakan Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setelah memahami permasalahan yang diteliti, ada beberapa tujuan dan manfaat yang hendak dicapai.

1. Tujuan Penelitian

1) Mendeskripsikan manajemen strategi pengembangan potensi anak yang dilaksanakan Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan.

2) Mendeskripsikan hasil yang dicapai dari manajemen startegi pengembangan potensi anak yang dilaksanakan Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan.


(21)

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

1) Untuk menambah wawasan keilmuwan bagi mahasiswa kesejahteraan sosial.

2) Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan penelitian serupa dimasa yang akan datang.

3) Hasil penelitian ini diharapkan kiranya dapat menjadi dokumen perguruan tinggi yang berguna untuk menjadi rujukan bagi lembaga yang konsentrasinya pada studi pengembangan potensi anak.

b. Manfaat Praktis

1) Bahan Masukan bagi instansi dalam hal ini Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia untuk mengembangkan potensi anak.

2) Sebagai bahan masukan untuk orangtua dalam mengembangkan potensi anak agar dapat meningkatkat kesejahteraan dan kualitas hidup.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses manajemen strategi dalam meningkatkan potensi yang ada didalam anak asuh yayasan rumah yatim ar-rohman Indonesia. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini memakai pendekatann kualitatif. Kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah.


(22)

Pendekatan kualaitatif ini peneliti gunakan dengan beberapa pertimbangan, yaitu pendekatan kualitatif bersifat luwes, tidak lazim dalam mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan.12

2. Jenis Penelitian

Melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap dapat menggambarkan dan menganalisis bagaimana proses Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia dalam melakukan manajemen strategi pengembangan potensi anak dan hasil yang didapat oleh anak-anak asuh di Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan. Karena itulah, jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu untuk melihat proses manajemen strategi pengembangan potensi anak.

Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan,

12

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-2, h. 39.


(23)

menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian. 13 3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan. Pemilihan lokasi tersebut didasari oleh adanya keingintahuan penulis terhadap bagaimana Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia menjalankan proses manajemen strategi pengembangan potensi anak dan juga sebagai penambahan dan wawasan penulis dalam memahami pengembangan potensi anak. Waktu Penelitian dimulai bulan April 2013 s/d April 2014.

4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive (bertujuan) sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.14 Yang penting disini bukan jumlah informan melainkan potensi

13

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. Ke-5 h. 69.

14

Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, Agustus 2009), Cet-ke 5, h. 54.


(24)

dari setiap kasus untuk memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang dipelajari.

Informan yang akan di pilih ada beberapa jenis informan yang digunakan dalam penelitian ini. Masing-masing informan memiliki kriteria tersendiri. Informan terdiri dari:

a. Manajer Area Jakarta, Tangerang dan Lampung b. Kepala Asrama Pamulang

c. Staf bidang Pendidikan dan Kesehatan

d. Anak asuh asrama yayasan rumah yatim Pamulang

Informan Jumlah

Manajer Area Jakarta,Tangerang dan Lampung 1 Orang

Kepala Asrama Pamulang 1 Orang

Staf bidang pendidikan dan kesehatan 1 Orang Anak asuh asrama yayasan rumah yatim pamulang 3 Orang

Tabel 1.1 Data Informan 5. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh sebuah keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman


(25)

(guide) wawancara.15 Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung.

Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :

a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.

b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.

c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah tidak dapat dilakukan.

Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu :

a. Rentan terhadap penyimpangan yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.

15

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kulitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2005), h. 134.


(26)

b. Rentan terhadap terhadap penyimpangan yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.

c. Penggalian informasi yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.

d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviwer.16

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dari sumber data, dalam hal ini peneliti datang ketempat yang diamati, tetapi tidak ikut dalam kegiatan tersebut, tetapi melakukan pengamatan langsung bagaimana manajemen strategi pengembangan potensi anak di Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan. Dan yang ingin didapatkan dari observasinya adalah memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh hasil yang menyeluruh, memperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya, dan memperoleh kesan-kesan pribadi, dan situasi sosial yang diteliti. 17

c. Studi Kepustakaan

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan perlengkapan dari pengguna metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen yang

16

Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. Ke-3, h. 68

17

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. Ke-5, h. 64.


(27)

dimaksud seperti literature, buku-buku, diktat, dan jurnal yang berhubungan dengan keperluan penelitian mengenai manajemen strategi Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman Indonesia Maksud pengumpulan dokumen ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian.18

6. Teknik Analisa Data

Sesuai dengan subjek penelitian, maka hal tersebut akan dikemukakan disini, menurut Bogdan bahwa analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.19

7. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas social serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data yang relevan. Dan teknik untuk keabsahan data dengan triangulasi sumber

18

Heribertus B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996), h. 36.

19

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV.Alfabeta, Agustus 2009), Cet-ke 5, h. 88.


(28)

berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan wawancara.20 Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi.

E. Pedoman Penulisan Skripsi

Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang disusun oleh tim UIN Jakarta Press. Cet. Ke 2, April 2007.

F. Tinjauan Pustaka

Penulis telah melihat banyak skripsi yang membahas tentang organisasi di perpustakaan UIN Jakarta. Kebanyakan penelitian tentang organisasi yang berfokus pada manajemen program yang ada di dalam organisasi sedangkan pembahasan mengenai manajemen keorganisasian itu sendiri tidak banyak. Seperti skripsi milik Tri Sulis Handayani NIM 106053002019, mahasiswi MD lulusan 2010, yang mengangkat tentang Manajemen Yayasan Baitul Hikmah El Nusa (YBHE) Dalam Menjalankan Program Unggulan Beasiswa Terpadu (BEST).

Perbedaan antara penelitian milik Tri Sulis Handayani dengan penelitian penulis dapat terlihat pada hasil akhir analisis skripsi. Skripsi milik

20


(29)

Tri Sulis Handayani seputar manajemen program yang dilaksanakan Yayasan Baitul Hikmah El Nusa khususnya dalam analisis planning, organizing, actuating dan controlling. Sedangkan pada skripsi penulis, hasil analisis penelitian menjabarkan bagaimana seperangkat proses kemanajemenan Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman Indonesia dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi anak asuh yayasan dengan strategi-strateginya.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merangkum dalam beberapa bab, antara lain:

BAB I Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, pedoman penulisan skrisi, tinjauan kepustakaan, sistematika penulisan.

BAB II Kerangka teori, meliputi: manajemen strategi, organisasi, perkembangan anak, faktor-faktor perkembangan anak, potensi diri, ruang lingkup potensi diri.

BAB III Gambaran umum Yayasan Rumah Yatim Ar-Rohman Indonesia, meliputi: sejarah berdirinya yayasan rumah yatim ar-rohman indonesia, visi misi yayasan rumah yatim ar-ar-rohman Indonesia, struktur kepengurusan yayasan rumah yatim ar-rohman, asrama yayasan rumah yatim ar-rohman Indonesia.


(30)

BAB IV Analisis hasil penelitian, meliputi: strategi pengembangan potensi anak di yayasan rumah yatim ar-rohman Indonesia dan hasil yang dicapai dari strategi pengembangan potensi anak.


(31)

19

LANDASAN TEORI

A. Manajamen Strategi

Setiap manusia didalam perjalan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari beberapa macam organisasi. Setiap organisasi memiliki kegiatan dimana kegiatan yang dilakukan memerlukan pengelolahan atau manajemen dan strategi didalamnya. Salah satu kegiatan organisasi yang membutuhkan pengelolaan dan pemilihan strategi adalah dalam pelayanan kemanusiaan. Organisasi yang melakukan pelayanan kemanusian atau yang dikenal dengan Human Service Organization (HSO) adalah lembaga yang berusaha meningkatkan kondisi kehidupan yang sejahtera dimana di dalam ilmu kesejahteraan sosial usaha tersebut dilakukan oleh profesi yang dikenal pekerjaan sosial (peksos). Sesuai dengan usaha yang dilakukan organisasi digolongkan menjadi 3 golongan yaitu, pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan perawatan (rehabilitasi).

Istilah manajemen berasal dari kata management (bahasa Inggris), turunan dari kata “ to manage” yang artinya mengurus atau tata laksana atau ketata laksanaan. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara manajer (orangnya) mengatur, membimbing dan memimpin pegawai atau


(32)

pekerja agar usaha yang sedang digarap dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.21

Manajemen menurut James A.F. Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Mendefinisikan manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan atau keterampilan suatu pribadi, sedangkan dari pengertian sebelumnya yang mendefinisikan manajemen sebagai proses mengandung arti bahwa hal itu adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan.22

Luther Gulick mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Menurut Gulick mendifiniskan manajemen sebagai bidang ilmu pengetahuan karena telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah di organisasi menjadi suatu rangkaian teori.23

Sedangkan strategi adalah cara untuk mencapai sasaran jangka panjang. Sasaran dapat ditentukan sebagai hasil spesifik yang ingin dicapai sebuah organisasi dengan melakukan misi dasarnya. Sasaran sangat diperlukan karena dapat menentukan arah, membantu dalam evaluasi, menciptakan

21

Hani Handoko. Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1999), h. 3.

22

Ibid, h. 8.

23


(33)

sinergi, mengungkapkan prioritas, memfokuskan koordinasi dan menyediakan perencanaan secara efektif.24

Manajemen strategi memiliki fokus pada memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta system informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Lebih dalam tentang manajemen strategi banyak digunakan oleh perguruan tinggi dan universitas diseluruh Indonesia untuk mengajarkan materi tentang kuliah-kuliah yang berhubungan dengan bisnis. Selain itu tentunya manajemen strategi memiliki pengertian yang luas sehingga dapat digunakan oleh ilmu-ilmu lainnya. Sehingga definisi manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya.25

Dari pengertian manajemen strategi di atas disimpulkan bahwa manajemen strategi membantu organisasi melakukan aktivitas atau tindakan dalam mencapai tujuan. Fred R. David Dalam bukunya Manajemen Strategis Konsep untuk mencapai tujuan dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ada 3 tahapan dalam manajemen strategi, yaitu :

1. Perumusan strategi

Termasuk didalamnya adalah peluang dan ancaman organisasi, menetapkan kekuatan dan kelemahan organisasi, menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi alternative dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. Tidak

24

Fred R. David. Manajemen Strategis Konsep, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002), h. 12.

25


(34)

ada organisasi yang mempunyai sumber daya tak terbatas, seorang ahli strategis harus memutuskan alternative mana yang akan memberikan keuntungan bagi sebuah organisasi. Apa pun yang akan terjadi, keputusan strategis mempunyai konsekuensi berbagai fungsi utama dan pengaruh jangka panjang pada sebuah organisasi.

Di dalam perumusan strategi terdapat analisi SWOT yaitu kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threaths). Analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif, digunakan untuk mengidentifikasi isu-isu internal dan eksternal. 2. Implementasi strategi

menuntut organisasi untuk menetapkan objektif tahunan, memperlengkapi dengan kebijakan, memotifasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Implementasi strategis sering disebut tindakan manajemen strategi. Strategi implementasi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan. Keberhasilan implementasi strategi tergantung pada kemampuan manajer untuk memotifasi karyawan, yang lebih merupakan seni ketimbang pengetahuan. Oleh sebab itu keterampilan antar pribadi menjadi sangat penting demi keberhasilan implementasi strategi.


(35)

3. Evaluasi strategi

merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi, para manajer sangat perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi secara baik. Evaluasi strategi adalah suatu usaha tindakan korektif yang dilakukan untuk memastikan sasaran/tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Semua strategi dapat dimodifikasi dimasa depan karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah.26

B. Organisasi

Pengertian organisasi saat ini telah bergeser dari pengertian organisasi yang sesungguhnya. Pengertian sederhana organisasi adalah suatu kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada. Pengertian sederhana tersebut telah bergeser. Pada masa sekarang organisasi lebih dikenal sebagai suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Ciri-ciri utama dalam organisasi berdasarkan pengertian sederhana tersebut adalah:27

1. Terdiri dari dua orang atau lebih, 2. Ada kerja sama,

3. Ada komunikasi antar satu anggota dengan yang lain, dan 4. Ada tujuan yang ingin dicapai.

26

Fred R.David. Manajemen Strategis Konsep, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002), h. 5.

27

Ati Cahayani. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003), h. 2.


(36)

Schein mangatakan orgaisasi merupakan suatu sistem terbuka, yang memiliki interaksi konstan dengan lingkungannya, serta terdiri dari banyak sub-grup, unit-unit jabatan, susunan hierarki serta segmen yang tersebar secara geografis. Pendapat Schein sedikit mirip dengan pendapat Monir H. Thayeb yang menyatakan, organisasi dapat dilihat dengan 2 cara yang berbeda. Cara pertama adalah melihat organisasi sebagai suatu system terbuka dan kedua adalah melihat organisasi sebagai sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama.28

Terdapat banyak jenis organisasi, salah satunya adalah organisasi pelayanan sosial atau lebih dikenal human service organizations (HSO) dimana organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. HSO memiliki ruang lingkup yang lebih luas meliputi organisasi pemerintah (government organizations), organisasi non pemerintah (non government organizations), maupun pihak swasta (private organizations) yang memperhatikan masalah-masalah sosial dan masalah kesejahteraan sosial dalam arti sempit seperti masalah yang terkait dengan prostitusi, anak jalanan, tuna netra, tuna rungu dan tuna grahita.29

Organisasi pelayanan sosial dibedakan dengan birokrasi, salah satunya karena fakta bahwa “bahan dasar” terdiri dari manusia dan dapat dibedakan oleh transformasi yang mereka tujukan dalam diri klien. Oleh karena itu, organisasi pelayanan sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi berikut:

28

Ibid. h. 3. 29

Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan sosial dan Pekerja Sosial, (Jakarta: FISIP UI Press, 2005), h. 86-87.


(37)

1. Tipe klien yang dilayani

Hasenfeld membagi tipe klien menjadi dua, yaitu:

Normal Funcsioning (berfungsi secara normal) yaitu organisasi yang mandat utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesejahtaraan orang-orang yang dipandang berfungsi secara baik.

Malfuncsioning (kurang berfungsi secara baik) yaitu organisasi yang mandat utamanya adalah mengontrol, mengurangi dan memperbaiki penyakit atau penyimpangan orang-orang yang dipandang kurang berfungsi secara baik.

2. Teknologi transformasi (seperti prosedur-prosedur dan teknik-teknik yang mereka gunakan untuk membawa perubahan dalam diri klien).

Hasenfeld membagi tipe teknologi transformasi organisasi menjadi tiga, yaitu:

People-processing technologies

Teknologi ini berusaha mentransformasi klien bukan dengan mengubah sifat-sifat mereka, akan tetapi dengan memberikan mereka suatu label sosial dan status publik yang membangkitkan reaksi-reaksi yang bermanfaat dari unit sosial yang lain. misalnya penyandang masalah akan mendapatkan perlakuan tertentu dari organisasi bentuknya dengan membuat


(38)

diagram masalah bahwa orang tersebut akan kelihatan memiliki masalah tertentu.

People-sustaining technologies

Teknologi ini berusaha mencegah, memelihara dan memperlambat memburuknya kesejahteraan personal klien tanpa merubah ciri-ciri orang tersebut. Misalnya pelayanan dukungan kepada panti asuhan, pelayanan akomodasi.

People-changing technologies

Teknologi ini bertujuan secara langsung mengubah sifat-sifat klien dalam rangka memperbaiki kesejahteraan mereka. Misalnya melakukan terapi individual atau terapi kelompok, memberikan konseling, perawatan penyakit, rehabilitasi pekerjaan, sosialisasi.

People-controling technologies

Teknologi ini malakukan aktivitas dalam mengontrol, membatasi atau dalam beberapa hal menekan prilaku orang tertentu. Misalnya lembaga pemasyarakatan, pelayanan koreksional, rumah sakit. 30

30

Yeheskel Hasenfeld. Human Service Organizat ions, (USA: Prent ice Hall, inc, 1974), h.


(39)

People processing

People

sustaining People changing

People controling Fungsional BPS Badan Akreditasi Jaminan sosial Rumah peristirahatan Sekolah umum Pramuka PKBI Pelayanan koreksional Malfunctio ning Klinik diagnostik Pengadilan anak Rumah perawatan Panti asuhan Rumah sakit Pusat rehabilitasi korbanNarkotika Rumah sakit Lembaga pemasyaraka tan

Table 2.1 Tipologi Organisasi Pelayanan Manusia

C. Perkembangan Anak

Anak-anak pada dasarnya baik. Karena anak-anak pada dasarnya baik, mereka seharusnya diizinkan tumbuh secara alami. Masa kanak-kanak merupakan masa yang unik dan sangat hidup, yang meletakkan dasar penting bagi tahun-tahun dewasa. Era modern dalam mempelajari anak dimulai dengan munculnya beberapa perkembangan penting di akhir tahun 1800-an. Sejak saat itu studi perkembangan anak berubah menjadi ilmu yang berkelas, dengan tori-teori utama dan teknik serta metode studi yang elegan, yang membantu menyusun pemikiran tentang perkembangan anak.

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lainnya adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan


(40)

berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).31

Perkembangan itu secara umum mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : a. Terjadi perubahan dalam aspek fisik yaitu perubahan dalam tinggi

badan serta organ-organ tubuh lainnya. Aspek psikis yaitu semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan matangnya kemampuan berfikir, mengingat serta menggunakan imajinasi kreatifnya. b. Terjadi perubahan dalam proporsi seperti anak yang tumbuh sesuai

dengan fase perkembangannya dan pada usia remaja proporsi tumbuh anak mendekati proporsi tubuh usia remaja. Perubahan imajinasi yang fantasi ke realitas, dan perubahan perhatiannya dari yang tertuju pada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada orang lain (kelompok teman sebaya).

c. Lenyapnya tanda-tanda lama seperti menghilangnya kelenjar Thymus (kelenjar kanak-kanak) yang terletak pada bagian dada, gigi susu, dan prilaku implusif (dorongan untuk bertindak sebelum berfikir).

d. Diperolehnya tanda-tanda baru seperti pergantian gigi, karakteristik seks pada usia remaja, baik primer (menstruasi pada anak wanita dan mimpi “basah” pada anak laki-laki), maupun skunder (perubahan pada anggota tubuh seperti pinggul dan buah dada pada wanita dan kumis, jakun dan suara pada anak laki-laki.32

31

Syamsu Yusuf LN. Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 15.

32


(41)

Beberapa psikolog berpendapat bahwa terdapat kesamaan antara perkembangan dan pertumbuhan. Tetapi ada juga psikolog yang lebih suka menggunakan istilah perkembangan seperti H. Wekner yang mengatakan istilah perkembangan (development) menunjukkan pada perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap. Adapun kesamaan antara pertumbuhan dan perkembangan adalah dari kedua istilah tersebut menunjukkan adanya proses tertentu dan terjadinya perubahan-perubahan menuju kedepan (taraf yang lebih tinggi), serta tidak dapat begitu saja diulang kembali. Sedangkan perbedaan diantara keduanya yaitu dimana perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan bersifat kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional. Sedangkan pertumbuhan sebaliknya perubahan bersifat kuantitatif dan perkembangan menekankan pada material.33

Pada masa perkembangan pasti akan melewati fase-fase perkembangan yang dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentan perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Secara garis besar fase-fase perkembangan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu proses biologis menghasilkan perubahan pada tubuh seseorang. Gen yang diwarisi dari orang tua, perkembangan otak, pertambahan tinggi dan berat badan, keterampilan motorik dan perubahan hormone pada masa puber mencerminkan peran proses biologis dalam perkembangan. Proses kognitif menggambarkan perubahan dalam pikiran, inteligensi dan bahasa seseorang. Tugas-tugas seperti mengawasi ayunan

33

Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005), h. 4-7.


(42)

bergerak di atas kotak bayi, menggabungkan kalimat dengan dua kata, mengingat puisi, menyelesaikan soal matematika dan membayangkan bagaimana rasanya menjadi bintang film, semua itu merupakan proses kogniti. Proses sosial-emosi (socioemotional process) melibatkan perubahan dalam hubungan seseorang dengan orang lain, perubahan emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Senyum seorang bayi karena sentuhan ibunya, seorang anak laki-laki pada teman bermainnya, perkembangan rasa arsertif seorang anak perempuan, semua itu mencerminkan perkembangan sosial-emosi.34

D. Faktor-Faktor Perkembangan Anak

Dalam proses pertumbuhan maupun perkembangan anak dalam kenyataannya memang tidak dapat dihindari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya. Baik dalam proses pertumbuhan/biologisnya ataupun proses perkembangan (psikisnya) dari seorang anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan terbagi menjadi dua yaitu hereditas atau keturunan yang merupakan aspek individu yang bersifat bawaan dan memiliki potensi untuk berkembang dan lingkungan (environment).

1. Hereditas (keturunan/pembawaan)

Hereditas memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak lahir kedunia ini membawa berbagai ragam keturunan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek. Keturunan dibawa anak sejak dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya

34

John W. Santrock. Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2007), h. 18-19.


(43)

berasal dari nenek dan moyangnya kedua belah pihak (ibu dan bapaknya). Macam-macam keturunan yang diturunkan meliputi :

a) Bentuk tubuh dan warna kulit

Misalnya anak lahir dengan rambut keriting dengan membawa sifat keturunan dari ibu maupun ayahnya yang berambut keriting, bagaimanapun berusaha meluruskan akhirnya akan kembali menjadi keriting. b) Sifat-sifat

Berbagai macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya : penyabar, pemarah, kikir, pemboros, hemat, dan sebagainya. Sifat tersebut dapat dilihat sejak kecil dan ada pula saat sudah dewasa. Sifat sangat berbeda dengan kebiasaan. Sifat sangat sukar untuk diubah, sedangkan kebiasaan dapat diubah setiap saat bila dikehendaki dengan sungguh-sungguh.

c) Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan ini meliputi kemampuan abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa, dan sebagainya.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki


(44)

seseorang. Kemampuan khusus ini biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni, teknik, keguruan, olahraga, matematika, bahasa, ekonomi, dan sebagainya.

e) Penyakit atau cacat tubuh

Beberapa penyakit atau cacat tubuh bisa berasal dari turunan, seperti penyakit kebutaan, saraf dan luka yang sulit kering.35

2. Faktor Lingkungan

Urie Bronfrenbrenner dan Ann Crounter mengemukakan bahwa lingkungan perkembangan merupakan “berbagai peristiwa, situasi atau kondisi diluar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu”. Lingkungan ini terdiri atas : fisik meliputi segala sesuatu dari molekul yang ada disekitar janin sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah, dan sosial meliputi seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu.36

Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya. Ada beberapa macam

35

Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 47-55.

36

Syamsu Yusuf LN. Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 35.


(45)

lingkungan yang ada disekitar anak untuk pertumbuhan dan perkembangan yaitu :

a) Keluarga

Shigelman dan Shaffer mendefinisikan keluarga sebagai unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat di dunia (universe) atau sesuatu sistem sosial yang lebih besar.37 Peran keluarga dalam perkembangan dan pertumbuhan anak sangat penting dikarenakan anak yang dibesarkan pada lingkungan keluarga berada umumnya sehat dan cepat pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga yang kurang mampu (miskin).

Fungsi keluarga secara psikososiologis sebagai (1) pemberi rasa aman dan bagi anak dan anggota keluarga lainnya, (2) sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis, (3) sumber kasih saying dan penerimaan, (4) model pola prilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, (5) pemberi bimbingan bagi pengembangan prilaku yang secara sosial dianggap tepat, (6) pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, (7) pemberi bimbingan dalam

37


(46)

pembelajaran motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, (8) stimulator bagi pengembangan kemapuan anak untuk mencapai prestasi, baik disekolah maupun di masyarakat, (9) pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan (10) sumber persahabatan/teman bermain bagi anak samapai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.38 b) Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial.

Di sekolah peran guru sangat penting karena sebagai pengganti orang tua dalam membimbing dan mengenbangkan potensi anak. Kualitas guru sangat diperlukan menyangkut kemajuan anak didiknya (siswa) dalam mengembangkan potensi.

c) Kelompok teman sebaya

Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi anak mempunyai peranan yang cukup

38


(47)

penting bagi perkembangan kepribadiannya. Hal-hal yang dapat dipelajarinya dari lingkungan teman sebaya ini anak dapat memahami orang lain, menjalani hubungan sosial yang lebih baik, memiliki kemampuan untuk memikirkan tentang perasaan, pikiran, motif, tingkah laku dirinya dan orang lain.

d) Masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak desa. Anak kota pada umumnya lebih bersifat dinamis dan aktif bila dibandingkan dengan anak desa yang cenderung bersifat statis dan lamban. Anak kota lebih berani mengemukakan pendapatnya, ramah dan luwes sikapnya dalam pergaulan sehari-hari. Sementara anak desa umumnya kurang berani mengekuarkan pendapat, agak penakut, pemalu, dan kaku dalam pergaulan.

e) Keadaan alam sekitar

Keadaan alam sekitar tempat anak tinggal juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal, di desa atau di kota, ditepi pantai atau di pegunungan. Keadaan alam yang berbeda akan


(48)

berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.

Lingkungan sangat besar artinya bagi setiap pertumbuhan fisik. Sejak individu berada dalam konsepsi, lingkungan telah ikut member andil bagi proses pembuahan/pertumbuhan. Suhu, makanan, keadaan gizi, vitamin, mineral, kesehatan jasmani, aktivitas, dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan.39

E. Potensi Diri

Potensi diri dapat diartikan sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam diri sesuatu tersebut. Dengan demikian, potensi diri masusia adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam didalam dirinya, yang menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaatnyata dalam kehidupan diri manusia. Apabila pengertian potensi diri manusia dikaitkan dengan penciptaan manusia Allah SWT, maka potensi diri manusia dapat diberi pengertian sebagai “kemampuan dasar manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT sejak dalam kandungan ibunya sampai pada saat tertentu (akhir hayatnya), yang masih terpendam dalam dirinya

39

Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), h. 55-56.


(49)

menunggu untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan diri manusia di dunia ini dan di akhirat nanti”.40

Jadi potensi diri manusia adalah sesuatu kekuatan atau kemampuan dasar manusia yang telah berada dalam dirinya, yang siap untuk direalisasikan menjadi kekuatan dan manfaat nyata dalam kehidupan manusia di muka bumi ini, sesuai dengan tujuan penciptaan manusia oleh sang Maha Pencipta Allah SWT.41

Menurt Joyce Meyer, potensi diri merupakan kecemerlangan yang ada di dalam diri individu, namun masih belum terwujud dalam realita. Dengan kata lain, individu yang memiliki potensi diri sesungguhnya mempunyai sejumlah elemen yang dibutuhkan bagi pencapaian sebuah keberhasilan, tetepai elemen-elemen itu masih belum teraktifkan. Apapun kemampuan yang ada pada diri manusia kembangkan segera, agar kemampuan tersebut tidak terpendam menjadi sia-sia.42

Sistem pendidikan yang baik dapat membantu lahirnya individu-individu yang unik. Sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan para peserta didiknya sehingga mereka mampu mengembangkan segenap potensi diri sekaligus mendorong tumbuh dan berkembangnya kreatifitas mereka sebagai individu-individu yang unik dan berbeda-beda dari yang lain.43

Potensi diri terkait erat dengan bakat yang kita miliki, bakat yang dimiliki seseorang pada dasarnya terkait dua hal. Pertama, kemampuan alami

40 Slamet Wiyono, Ak., M.B.K, Manajemen Potensi Diri, (Jakarta: Gramedia, 2006), h.

37-38.

41

Ibid. h. 39.

42

Djoko Subiarto, Gali Rahasia Potensi Diri, (T.tp.: by Leaf Production, 2011), h. 7.

43


(50)

yang khusus dan kedua, kekuatan untuk menggapai sebuah prestasi atau kesuksesan.44 Bakat yang dimiliki seseorang dapat saja sangat berbeda dengan bakat yang dimiliki orang lainnya. Bidang kehidupan yang kita arungi ini sangatlah luas. Maka, bakat itu pun sama luasnya dengan bidang kehidupan yang ada. Jadi, bakat merupakan kemampuan alami yang khusus atau kemampuan untuk menggapai kesuksesan.45

Ny. Yoesoef Noesyirwan (1987) menggolongkan jenis bakat atau kemampuan menurut fungsi atau aspek-aspek yang terlibat dan menurut prestasinya. Berdasarkan fungsi dan aspek-aspek yang terlibat dalam berbagaimacam prestasi, bakat dapat dibedakan dalam46 :

a. Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik, yaitu kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar fundamen bakat, seperti kemampuan pengindraan atau ketajaman panca indra, kemampuan motorik, kekuatan badan, kelincahan jasmani, ketangkasan, keterampilan, dan anggota badan.

b. Bakat kejiwaan yang bersifat umum, yaitu kemampuan ingatan, daya khayal atau imajinasi dan intelegensi (kecerdasan).

c. Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan. Bakat ini berhubungan erat dengan watak, seperti kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan atau mengkhayati perasaan orang lain.

44

Ibid. h. 20.

45

Ibid. h. 23.

46

Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, Januari, 2005), h. 197.


(51)

Sebagaimana telah diterangkan dalam mengenal tingkah laku manusia, bahwa sesuatu karya atau prestasi memerlukan adanya kemampuan atau bakat dan motivasi atau kemauan. Sebagian dari bakat itu secara potensial sudah ada sejak lahir dan sebagian lagi didapat atau muncul melalui pertumbuhan dan perkembangan.47

Minat dan bakat seringkali dijadikan satu. Padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus.nbakat akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat untuk hal tersebut atau hal yang berkaitan dengan bidang yang akan ditekuni.48 Memperhatikan bakat dan minat anak membutuhkan usaha yang serius dan berkesinambungan. Dengan mengembangkan minat, bakat dan memberi bimbingan karir sejak dini, anak akan semakin menyadari mengenai apa yang dia suka dan mampu melakukan hal tersebut. Dan, akan menjadi lebih jelas pendidikan atau pekerjaan apa yang mungkin akan ditekuninya.

Banyak anak tidak selalu mudah menemukan bakat dan minat yang tetap karena beberapa hal berikut :

a. Anak belum menjajaki kemampuan, bakat, serta minatnya.

b. Kurangnya wawasan bidang studi atau lapangan pekerjaan yang ada.

47

Ibid. h. 199.

48

Bunda Lucy, mendidik Sesuai Dengan Minat dan Bakat Anak, (Jakarta.: PT Tangga Pustaka, 2009), h. 59-60.


(52)

c. Tidak adanya masukan dari lingkungan mengenai kelebihan dalam kemampuan atau bakatnya. Anak belajar tanpa mengetahui kegunaan dan tujuan dari bidang studi yag dipelajarinya,

d. Bidang yang diminati dan bakat yang dimiliki bervariasi dan kurang spesifik.

e. Bakat yang belum terasah atau kurang mendapatkan kesempatan untuk dikembangkan sehingga tidak tampak.

f. Perasaan tidak mampu atau tidak barbakat dari pribadi yang bersangkutan ataupun dari lingkungannya.

Jadi, manusia memiliki banyak kemampuan dan bakat yang masih merupakan potensi, tetapi hanya sedikit sekali dari kemampuan tersebut bisa terwujud.49

Dalam potensi diri anak pastinya ada kecerdasan yang istimewa. Kecerdasan adalah manifestasi kapasitas mental yang tinggi atau kapasitas untuk belajar, menalar dan memahami. Perkembangan kecerdasan pada setiap individu satu dengan yang lainnya berbeda-beda sebagai berikut50 :

Pertama, kecerdasan intelektual yaitu anak dikembangkan dengan memberikan tugas agar anak lebih mengasah pengetahuannya dengan member dukungan dan suasana yang nyaman bagi sang anak.

Kedua, kecerdasan emosional dan sosial yaitu anak dikembangkan dengan cara berempati kepada temannya yang sedang susah dan member bantuan. Ketiga, kecerdasan spiritual anak dikembangkan dengan kesadaran

49

Ibid. h. 62-63.

50


(53)

sekaligus menunjukan prilaku taat kepada Allah SWT untuk menghadapi dan memecahkan masalah.51

Menurut David Wechsler, intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Intelegensi dan kecerdasan atau IQ mempunyai perbedan arti, sedangkan IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.52

Prestasi seseorang ditentukan juga oleh tingkat kecerdasannya (intelegensi). Walaupun mereka memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi, tetapi kecerdasan mereka yang terbatas tidak memungkinkannya untuk mencapai keunggulan. Tingkat kecerdasan (intelegensi) bawaan ditentukan oleh bakat, bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan berfikir, kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan bakat kepemimpinan.53 Oleh karena itu, untuk meningkatkan potensi, minat dan bakat pada anak perlu kematangan dalam menjalankannya.

51

Akhmad Muhaimin Azzet, Mengembangkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak, (Yogyakarta: Katahati, 2010), h. 18-19.

52

Bunda Lucy, mendidik Sesuai Dengan Minat dan Bakat Anak, (Jakarta: PT Tangga Pustaka, 2009), h. 51.

53


(54)

F. Ruang Lingkup Potensi Diri 1. Kognitif

Para ahli psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber kekuatan yang luar biasa dan dahsyat, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Mereka mengaplikasikan otak kedalam dua klasifikasi, yaitu otak kiri dan otak kanan. Secara ringkas otak kiri berfungsi untuk menghafal dan mengingat, logika atau berhitung, menganalisa, memutuskan dan bahasa. Otak kanan berfungsi untuk melakukan aktifiktas imajinasi atau intuisi, kreasi atau kreatifitas, inovasi, seni secara umum, manusia yang dilahirkan normal di dunia ini telah diberikan Allah kemampuan-kemampuan dasar tersebut. Tugas otak tersebut akhirnya adalah melakukan kegiatan berfikir, yaitu berfikir untuk menghasilkan karya nyata melalui bahasa, logika, intuisi, kreatifitasnya. Jadi otak manusia adalah sumber kekuatan manusia untuk menghasilkan karya melalui proses berfikir, bahkan menurut Daviv J Schwart, berfikir positif dapat mendatangkan mukzizat.54

Berfikir menurut Agus Sujanto adalah gejala-gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan antara ketahuan-ketahuan kita.55

Kognitif menurut kamus besar bahasa Indonesia kontemporer adalah kegiatan memperoleh ilmu pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu sesuai pengalaman sendiri.56

Dalam berfikir kita menggunakan alat, alat itu adalah akal. Berfikir adalah suatu proses diaklektis. Artinya, selama berfikir, pikiran kita

54

Slamet Wijoyo, Manajemen Potensi Diri, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 39.

55

Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet ke-2, h. 56.

56

Peter Salim & Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern Enlish Press, 1991), Edisi Pertama, h. 759.


(55)

mengadakan tanya jawab dengan pikiran kita, untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara ketahuan kita itu dengan tepat. Pertanyaan itulah yang memberikan arah pikiran kita.

Proses-proses yang dilalui dalam berfikir adalah sebagai berikut : a. Pembentukan pengertian, artinya dari suatu masalah, pikiran

kita membuang cirri-ciri tambahan, sehingga tinggal cirri-ciri yang tipis (yang tidak boleh tidak ada) pada masalah itu. b. Pembentukan pendapat, artinya pikiran kita menggabungkan

atau menceraikan beberapa pengertian yang menjadi tanda khas dari masalah itu.

c. Pembentukan keputusan artinya fikiran kita menggabungkan pendapat tersebut.

d. Pembentukan kesimpulan, artinya pikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain.57

Proses kognitif melibatkan perubahan-perubahan dalam kemampuan dalam pola berfikir, kemahiran berbahasa dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktifitas-aktifitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa menjadi suatu kalimat, menghafal sajak atau doa, memecahkan soal matematika, dan menceritakan pengalaman, merefleksikan peran merupakan suatu proses kognitif dalam perkembangan anak.

Perkembangan kognitif perlu dibadakan dengan perubahan dalam arti belajar. Perkembangan kognitif mengacu kepada perubahan-perubahan

57


(56)

penting dalam pola dan kemampuan berfikir serta kemahiran berbahasa, tetapi belajar cenderung lebih terbatas pada perubahan-perubahan sebagai hasil dari pengalaman atau peristiwa yang relatif spesifik. Selain itu, perubahan-perubahan yang dipelajari seringkali dipelajari dalam waktu yang singkat, tetapi perkembangan kognitif terjadi dalam kurung waktu yang singkat, tetapi perkembangan kognitif terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama. Perkembangan kognitif anak dan pengalaman belajar ini sangat erat kaitannya dan saling berpengaruh satu sama lain. Perkembangan kognitif anak akan memfasilitasi atau membatasi kemampuan belajar anak, sebaliknya pengalaman belajar anak akan sangat memfasilitasi perkembangan kognitifnya.

Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak terdiri atas empat tahap, yaitu :

a. Tahap Sensorik-Motorik (0-2 tahun). Yang berkembang adalah skema motorik, jadi anak harus berbuat atau melakukan sesuatu dahulu untuk mengetahui sesuatu. Kalau kepalanya sudah terbentur dinding maka ia tahu bahwa dinding itu keras.

b. Tahap Pra-Oprasional (2-7 tahun). Anak sudah mengambangkan skema simbolik (lisan dan kemudian jadi tulisan). Anak cukup diberi tahu secara lisan bahwa dinding itu keras, dengan sendirinya dia tidak akan membenturkan kepalanya ke dinding.

c. Tahap Oprasional Konkrit (7-11 tahun). Dalam usia sekolah dasar ini anak sudah mampu memecahkan masalah-masalah


(57)

yang konkrit (dua jeruk ditambah tiga jeruk menjadi lima jeruk). Selanjutnya, ia mampu berprilaku di dalam kognisinya (menghitung, menambah, membagi, mengalikan, menganali nama-nama kota di peta buta dan sebagainya) sehingga ia tidak perlu sungguh-sungguh berbuat sesuatu untuk memecahkan suatu masalah. Misalnya, untuk menemukan kantor kepala desa, ia tidak perlu berjalan menyusuri seluruh desa, tetapi cukup membaca peta dan mengikuti peta tersebut sampai ke kantor kepala desa.

d. Tahap Oprasional Formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini orang sudah mampu memecahkan masalah-masalah hipotesis dan dapat berfikir deduktif (menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak ataubelum terjadi dalam kenyataan). Misalnya, “jika reactor nuklir bocor apakah yang harus dilakukan pemerintah?” atau “jika seorang anak tiga kali tidak naik kelas apakah yang harus dilakukan oleh orang tuanya?”.

Menurut Piaget, tahapan berkembang positif itu adalah invariant yaitu seragam atau sama saja bagi setiap orang dan tidak ada tahapan yang dapat diloncati sebelum masuk ketahapan berikutnya, karena setiap tahapan adalah persiapan bagi tahap berikutnya.58

2. Emosi

Kata “emosi” berasal dari bahasa latin “emovere” yang artinya “bergerak keluar”, maksud setiap emosi adalah untuk menggerakkan

58

Sarlinto Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial Individu Dan Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 78-79.


(58)

individu untuk menuju rasa aman dan pemenuhan kebutuhannya serta menghindari sesuatu yang merugikan dan menghambat pemenuhan kebutuhan.59

Emosi menurut Arnold yaitu rasa dan atau perasaan yang membuat kecenderungan yang mengarah terhadap sesuatu yang secara intuitif di nilai sebagai hal yang baik atau bermanfaat atau menjauhi dari sesuatu yang secara intuitif di nilai buruk atau berbahaya. Tindakan itu diikuti oleh pola-pola perubahan fisiologis sejalan dengan mendekati atau menghindari objek.60

Emosi merupakan luapan yang berkembang dan surut dalam waktu yang cepat.61 Kecerdasan emosi menurut Ary Ginanjar Agustian adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya kepekaan emosi sebagai sumber energy, informasi, koneksi dan pengaruh manusia. Emosi adalah bahan bakar yang tidak tergantikan oleh apapun oleh otak agar mampu melakukan penalaran yang tinggi. Emosi menyulut kreatifitas, kolabirasi, inisiatif dan transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi mengatasi dorongan-dorongan yang keliru dan menyelaraskannya dengan proses dan teknologi dengan sentuhan manusiawi. Emosi juga salah satu penggerak. Bukti-bukti bahwa nilai-nilai dan watak dan dasar seseorang dalam hidup ini tidak berakar pada IQ, tetapi pada kemampuan emosional, intregitas, komitmen, konsistensi, ketulusan dan totalitas itulah yang dijadikan tolak ukur kecerdasan emosi

59 Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), h.

82.

60

Ibid, h. 83.

61

Peter Salim & Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern Enlish Press, 1991), Edisi Pertama, h. 393.


(59)

(EQ). kecerdasan emosi sebenarnya akhlak dalam Islam yang pernah diajarkan oleh Rasullullah 1.400 tahun yang lalu, jauh sebelum konsep EQ diperkenalkan saat ini sebagai sesuatu yang dinamakan ESQ (Kecerdasan Emosi dan Spiritual).

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak rencana seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu ke waktu.62

John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemamouan memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri. Lebih lanjut pakar psikologi Coper dan Sawaf mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara kolektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut pemilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.63

Dapat dirangkum bahwa kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai kesehatan mental yang baik.

62

Mohammad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), h. 80.

63


(60)

Walaupun demikian, masing-masing faktor tersebut merupakan gambaran agar dapat mendefinisikan dan menggambarkan suatu emosi yang kita rasakan. Misalnya jika kita suatu perasaan yang berbaur benci, takut dan sedih? Bagaimana kita menangkap emosi yang sedang dirasakan? Sulit bagi kita untuk menangkap emosi tersebut namun beberapa peneliti di University of California di Sanfransisco menyatakan bahwa ekspresi wajah, gerak tubuh dapat dijadikan identifikasi awal kita untuk melakukan identifikasi emosi yang sedang dirasakan saat itu.

Agar dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional, pakar psikologi Salovey memberikan beberapa arahan, seperti :

a. Mengenali emosi diri kesadaran diri, mengenali perasaan sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memanta perasaan diri waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahaman diri. Ketidak mampuan mencermati parasaan diri kita sesungguhnya menempatkan kita pada lingkungan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah bagaika pilot yang canggih mampu mengenali kepekaan lebih tinggi akan keadaan emosi yang dirasakan saat itu.

b. Mengelola emosi, menangani perasaan agar dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang tergantung pada kesadaran diri. Kemampuan untuk menghibur diri, melepaskan


(61)

kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat-akibat yang muncul karena kegagalan keterampilan emosional dasar ini. c. Memotofasi diri, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai

tujuan adalah hal yang sangat dalam keterkaitan memberi perhatian untuk member motvasi diri sendiri dan menguasai diri serta ia mampu melakukan kreasi secara bebas. Pengendalian diri seperti menahan diri terhadap suatu keputusan dan [engendalian dorongan hati sebagai landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.

d. Memahami emosi orang lain, seperti kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan bergaul atau berinteraksi dengan orang lain. Jika kita diberikan kemampuan empati yang tinggi situasi demikian dapat menggerakkan pekerjaan yang cocok untuk individu ini seperti bidang keperawatan, mengajar, penjualan dan manajemen.

e. Membina hubungan, keterampilan membina hubungan merupakan bagian dari keterampilan sosial, hal ini dapat menunjang kita dalam mengembangkan pergaulan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi.

Apabila emosi kuat, seringkali terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita, antara lain :

a. Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona b. Peredaran darah : bertambah cepat bila marah


(62)

c. Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut d. Pernafasan : bernafas panjang bila kencang e. Pupil mata : membesar bila sakit mata atau marah f. Luir : mongering bila takut dan tegang

g. Bulu roma : berdiri bila takut

h. Pencernaan : Mencret-mencret bila tegang

i. Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang dan bergetar

j. Kondisi darah : komposisi darah akan picu berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.64

3. Spiritual

Spiritual adalah spirit atau murni.65 Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa didasari pemhaman dan keyakinan bahwa sumber pengetahuan adalah dari Allah SWT, justru akan membuat manusia lebih banyak melakukan ‘trial and error’. Pengembangan segi-segi kehidupan sebagai rahasia untuk meraih sukses manusia, perlu disempurnakan oleh faktor SQ (Spiritual Qoutient), demi kematangan kerohanian.

Spiritual dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah berkenaan dengan spirit atau jiwa.66 Membangun mutu insane yang berkualitas menurut Adi Sasono tidaklah cukup dengan hanya mengandalkan IQ saja, namun harus didukung oleh SQ. Kecerdasan emosi

64

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 171.

65

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, (Jakarta: Arga, 2003), h. 51.

66

Peter Salim & Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern Enlish Press, 1991), Edisi Pertama, h. 1457.


(63)

(EQ) pun harus pula didasari dan didorong untuk mencari ridha Allah (spiritualitas). Inilah jawaban untuk mengatasi krisis multidimensi yang sedang melanda Indonesia saat ini.

Kunci dan kamus dari konsep ESQ menurut Ary Ginanjar Agustian adalah Asmaul Husnah atau 99 nama dan sifat Allah SWT. “Manusia diberi wewenang untuk menggunakan haknya dari Allah SWT untuk mengurangi keluasan samudra hakikat dari ilmu-Nya. Maka dengan meresapi ke-99 asma Allah tersebut, seorang pria akan mampu menguatkan dirinya kembali (reinforcement) sebagai titik tolak pembangunan dan pengesahan kecerdasan emosinya. Dengan Asmaul Husnah manusia berikhtiar untuk menunjukkan kebaikan dari kebenaran, kebenaran dari kebenaran, dan keindahan dari kebenaran milik-Nya.”

Di dalam Islam hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual seperti konsistensi (isyiqamah), kerendahan hati (tawadhu), berusaha dan berserah diri (tawakkul/tawakal), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan pnyempurnaan (ikhsan) dan ketulusan (sincerety), semua itu dinamakan akhlakuk kharimah.”

Kecerdasan spiritual berasal dari suara hati, sedangkan suara-suara hati ternyata sama dengan nama dan sifat-sifat Ilahiyah yang telah terekam di dalam jiwa setiap manusia, seperti dorongan ingin mulia, dorongan ingin belajar, dorongan ingin bijaksana dan dorongan-dorongan lainnya.

Untuk meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) dpat ditempuh dengan menghayati serta mengamalkan agama, yaitu Rukun Iman (Iman


(1)

malakukan kegiatan merawat kebersihan dari lingkungan asrama, staf penkes mendapingi setian anak asuh yang tinggal di asrama dan kepala asrama mengatur dan memantau kegiatan yang ada di asrama.


(2)

TRANSKIP OBSERVASI

Fokus Observasi : Manajemen Strategi Perkembangan Potensi Anak Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selatan

Waktu : Sabtu, 1 Desember 2013 pukul 10.00 WIB Tempat : Asrama Pamulang, Tangerang Selatan

Orang yang terlibat : Manajer Area Tangerang, Kepala Asrama Pamulang, Staf Pendidikan dan Kesehatan, Staf Umum dan Staf Logistik

Aspek Kegiatan Deskripsi Makna

Evaluasi program kegiatan anak asuh

Kegiatan evaluasi

dilaksankan oleh manajer area tangerang, kepala asrama Pamulang, Tangerang Selatan, staf penkes, staf umum dan staf logistik. setelah setengah tahun atau enam bulan pelaksanaan selanjutnya dilakukan evaluasi untuk

mengetahui kekurangan atau keberhasilan dari program yang telah dilaksanakan. Mulai dari kepala asrama hingga staf-staf yang bekerja menceritakan semua kegiatan yang mereka

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses kegiatan untuk mengembangkan potensi diri anak asuh. Tahap ini yang menentukan apakan perencanaan telah sesuai dengan apa yang diinginkan, apakah

pelaksanaan sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Sehingga menjadi

pertimbangan ulang untuk membuat sebuah program kegiatan yang lebih baik lagi.


(3)

laksanakan dan pada akhirnya manajer area akan meminta pandangan kepada para pekerja yang ada di asrama Pamulang, Tangerang Selatan apakah ada kekurangan dalam program dan kegiatan dan apa saran mereka untuk memperbaikinya. Setelah itu kepala asrama akan memberikan lembar kegiatan program dalam satu tahun kepada manajer area yang nantinya akan diserahkan kepada kantor pusat untuk dilakukan perencanaan kembali apabila masih ada kekurangan.


(4)

Foto Kegiatan dan Prestasi

Yayasan Rumah Yatim Ar-rohman Indonesia

Piagam-piagam hasil prest asi anak asuh Yayasan Rumah Yat im Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selat an

Hasil karya seni ket erampilan melukis dan mew arnai anak asuh Yayasan Rumah Yat im Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selat an

Kegiat an ket erampilan jurnalist ik anak asuh Yayasan Rumah Yat im Ar-rohman Indonesia Pamulang, Tangerang Selat an


(5)

(6)