2.2 Candida albicans
2.2.1 Taksonomi
Menurut Lodder 1970 dalam Siregar 2004, taksonomi Candida albicans adalah :
Kelas : Deutromycota
Famili : Cryptococcaccae
Subfamili : Candidoidea Genus
: Candida Spesies
: Candida albicans
2.2.2 Ciri-Ciri
Sel-sel jamur Candida albicans berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5µ x 3-6µ sampai 2-5,5µ x 5-28,5µ. Berkembang biak
dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, disebut blastospora. Candida albicans dapat mudah tumbuh di dalam media Sabauroud
dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat yang khas, yakni: menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih kekuning-
kuningan, dan berbau ragi Siregar, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Sel Candida albicans Sumber: Malik, 2012
Gambar 5. Koloni Candida albicans Sumber: Gunawan, 2012
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Epidemiologi
Candida albicans hidup sebagai saprofit, merupakan flora normal pada mulut, tenggorokan, saluran pencernaan, vagina, lipatan kulit dan di alam
ditemukan pada tanah, air, serangga dan tumbuh-tumbuhan KSDMI, 2001. Candida albicans mudah tumbuh pada suhu 20
C-37 C, tahan terhadap suhu
dingin, tetapi sensitif terhadap suhu panas 50 C-60
C Firda, 2008. Diperkirakan sekitar 25-50 individu sehat mengandung jamur kandida di dalam mulut
sebagai flora normal Kumala, 2006. Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini dapat berubah menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut
kandidiasis atau kandidosis Siregar, 2004.
2.2.4 Penyakit yang Ditimbulkan
Penyakit yang ditimbulkan oleh jamur Candida albicans yaitu kandidiasis. Kandidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih dalam
lagi Entjang, 2003. Candida albicans dapat menyebabkan kandidiasis mukosa superfisial dan kandidiasis kulit yang menyebar secara hematogen ke berbagai
organ seperti hepar, lien, ginjal, jantung dan otak dengan kematian sekitar 50. Candida albicans akan menyerang organ tubuh Kumala, 2006 seperti :
a. Kandidiasis kulit, sering mengenai sela-sela jari kaki atau tangan dengan faktor predisposisi kaki atau tangan yang selalu basah atau lembab. Gejala yang
timbul terutama rasa gatal dan kulit maserasi. Pada bayi yang popoknya selalu basah karena kurang perawatan akan timbul diaper rash yaitu lesi kemerahan
pada bokong. Pada orang dewasa, infeksi kandida sering pada daerah inguinal
Universitas Sumatera Utara
dan lipatan payudara. Lesi berupa kemerahan disertai rasa gatal, biasanya sering pada penderita diabetes melitus dan orang gemuk.
b. Kandidiasis mukosa, dikenal sebagai oral thrush yang terbatas pada sekitar orofaring. Terdapat pseudomembran di lidah yang bila disentuhdikerok mudah
berdarah. Pada wanita sering menimbulkan kandidiasis vaginitis yang disertai fluor albus keputihan.
c. Kandidiasis pada kuku, menyebabkan onychomycosis dan sering disertai paronychia.
d. Kandidiasis pada saluran kemih, sering tanpa gejala. Penyebaran secara hematogen sampai ke organ ginjal dapat mengakibatkan abses ginjal, nekrosis
pipilari ginjal dan timbul fungus ball pada ureter atau di pelvis ginjal. Pemeriksaan urin untuk membantu diagnosisnya.
e. Kandidiasis peritonitis, sering pada penderita peritonial dialisis kronis dan pada penderita setelah operasi saluran cerna.
f. Hematogen kandidiasis fungemia, gejalanya bisa akut atau kronis, disertai demam, peningkatan kadar alkali fosfatase darah dan terjadi lesi yang multipel
pada hepar dan lien. g. Kandidiasis susunan saraf pusat, terjadi melalui penyebaran secara hematogen,
atau akibat tindakan bedah saraf. Gejalanya seperti meningitis bakterial. h. Kandidiasis jantung, akibat penyebaran hematogen menyebabkan kelainan
pada katup jantung buatan, katup yang cacat, miokard, ruang perikardial. Gejala klinis mirip dengan gejala endokarditis bakterialis, terdapat demam,
murmur dan sering terjadi emboli.
Universitas Sumatera Utara
i. Kandidiasis mata, terjadi akibat penyebaran hematogen. Timbul gejala korioretinitis dan endoptalmitis. Sehingga pada penderita kandidemia harus
memeriksakan matanya secara teratur. j. Kandidiasis tulang dan sendi, merupakan sequelae dari kandidemia. Seringkali
timbul beberapa bulan setelah berhasilnya pengobatan kandidemia. Keadaan tersebut dapat terjadi karena seolah-olah kandidemia yang bersifat sementara,
tetapi jamur kandida tersebut sudah masuk ke dalam skeletal dan merupakan fokus yang akan menimbulkan penyakit di kemudian hari. Meskipun
kandidiasis hematogen merupakan infeksi endogen dari saluran cerna, tetapi dapat juga disebabkan kontaminasi dari kateter. Jamur masuk ke dalam kuman
kateter dan membentuk biofilm yang dapat menyebar ke dalam sirkulasi darah sebagai sumber endogen.
Gambar 6. Kandidiasis di ketiak Sumber: Siregar, 2004
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Kandidiasis di vulva sampai daerah inguinal Sumber: Siregar, 2004
2.3 Aspergillus spp.