Ayat dalam bentuk kata mau’izhah

“Dan mereka selalu mengatakan: Apakah bila Kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, Apakah Sesungguhnya Kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?” QS Al-Waqi‟ah: 47 e. Al-Mujadalah: 3,          “...Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan: QS Al- Ma‟idah: 3 f. At-Thalaq:2.                  “...Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. QS At-Thalaq: 2

1. Klasifikasi Ayat-Ayat Makiyah dan Madaniyah

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah

Al- ja‟bari mengatakan, “untuk mengetahui Makiyah dan Madaniyah ada dua cara; sima‟i pendengaran dan qiyasi analogi. Sudah tentu sima‟i pegangannya berita pendengaran, sedang qiyasi berpegang pada penalaran. Baik berita pendengaran maupun penalaran, keduanya merupakan metode pengetahuan yang valid dan metode penelitian ilmiah. 4 4 Syaikh Manna Al-Qaththan; Penerjemah Aunur Rafiq El-Mazni,Lc. Editor: Abduh Zulfidar Akaha, Muhammad Ihsan, Cet. 13, Pengantar Studi Ilmu Al- Qur‟an, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012, h. 73 Terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama ahli ilmu-ilmu al- Qur‟an tentang bahasan al-Makki wa al-Madani. Secara garis besar, perbedaan mereka itu dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok yakni: Pertama, sebagian mereka memformulasikan makiyah dengan surat-surat dan ayat-ayat al- Qur‟an yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya; sedangkan madani mereka gunakan untuk menjuluki surat dan ayat-ayat al- Qur‟an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya. Kedua, ada ulama yang mendefinisikan al-Makki dengan surat dan ayat- ayat al- Qur‟an yang titik berat khithah arah pembicaraanya lebih ditujukan kepada penduduk makkah; sedangkan al-madani adalah surat-surat dan ayat- ayat al- Qur‟an yang titik tekan arah pembicaraanya khitabnya lebih ditujukan kepada penduduk madinah. Ketiga, dan inilah yang disebut-sebut sebagai pendapat yang paling masyhur dari ketiga pendapat yang ada yaitu pendapat para ulama yang mendefinisikan al-makki sebagai sebutan untuk surat-surat dan ayat-ayat al- Qur‟an yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke madinah, tanpa peduli apakah ayat itu turun di Makkah atau tempat lain. Sedangkan apa yang disebut al-Madani ialah kelompok surat dan ayat al- Qur‟an yang diturunkan sesudah hijrah ke madinah walaupun turunnya di Makkah. Ketiga pendapat di atas tampak berangkat dari persepsi yang berbeda- beda. Pendapat pertama lebih menekankan pemikirannya kepada tempat tinggal Nabi semata-mata, sementara pendapat kedua lebih menitik beratkan kepada penduduk yang dijadikan obyek pembicaraan al- Qur‟an ; dan pendapat ketiga lebih mengutamakan peristiwa sejarah yang amat besar yakni waktu sebelum dan sesudah Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah. Pendapat terakhir inilah agaknya yang lebih kuat. Alasannya, selain karena didasarkan pada peristiwa besar dan bersejarah yakni kepindahan hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah, juga terutama disebabkan standard ini dapat mengakomodir tempat kediaman Nabi Muhammad Saw seperti yang dijadikan titik tolak oleh kelompok pertama; dan juga sekaligus menampung kelompok kedua yang lebih mengandalkan pendapatnya pada perbedaan penduduk makkah yang kebanyakan non muslim serta penduduk madinah yang pada umumnya telah memeluk agama islam. 5 B. Ciri Khas Makiyah dan Madaniyah Setelah para ulama meneliti surat-surat Makiyah dan Madaniyah, mereka membuat kesimpulan analogis bagi keduanya, yang dapat menjelaskan ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakan oleh masing-masing ayat yang Makiyah dan Madaniyah. Kemudian, lahirlah kaidah-kaidah kunci untuk mendapatkan ciri-ciri tersebut. Penetapan Makiyah dan Ciri khas temanya 1. Setiap surat yang didalamnya mengandung “ayat-ayat sajdah” adalah Makkiyah. 2. Setiap surat yang mengandung lafazh kalla, adalah Makkiyah. Lafazh ini hanya terdapat dalam separuh terakhir dari al- 5 Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-ilmu Al- Qur‟an 3, Jakarta: Pustaka Pirdaus, 2004, h. 194-195