Kriteria Da’i Mau’izhah Hasanah

kami sebutkan diatas. Untuk menerangkan keimanan dapat tumbuh subur di hati setiap orang yang mendengar nasihat baiknya. Hendaknya setiap da‟i mampu menggunakan cara-cara yang menarik simpatik di hati para pendengarnya. Hendaknya ia menjadi suri teladan yang baik bagi umatnya, agar umatnya menghargai kepribadian para da‟i. Tetapi kalau ada da‟i yang menggunakan cara kekerasan dan paksaan, maka para pendengarnya tidak akan merasa terpanggil untuk mengikuti tuntunannya. Sikap kasih sayang kepada umat yang diperankan oleh pribadi Rasulullah saw. Menjadikan dakwah beliau dapat diterima orang banyak dalam waktu yang sungguh sangat singkat. Dalam salah satu sabdanya beliau menyebutkan, “Aku bagi kalian adalah seorang ayah.” 15 Komunitas muslim adalah suatu komunitas yang ditegakkan di atas sendi-sendi moral iman, islam dan takwa yang dipahami secara utuh, benar dan menyeluruh. Komunitas ini tidaklah eksklusif karena ia berfungsi sebagai komunitas teladan ditengah-tengah masyarakat yang plural baik dari segi budaya, etnis, dan agama, yang sering kali manusia lupa bahwa ada sendi-sendi agama yang mengatur kehidupan. Di saat manusia lengah, lupa bahkan mungkin saja melakukan penyimpangan maka saat itu pulalah ada kewajiban saling menasihati. Namun tentunya ada cara-cara yang baik bagaimana seseorang menasihati orang lain agar nasihat itu sampai ke dalam dada si pendengar nasihat. 16 15 Ibnu Ibrahim, Dakwah; Jalan Terbaik dalam berfikir, dan Menyikapi Hidup, Jakarta: Republika, 2011, h. 314-315 16 Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, cet ke 2, h. 242 “perumpamanaanku dengan umatku bagi seorang laki-laki yang menyalahkan api, kemudian ada sejumlah serangga yang mendekat kepada api itu, tetapi orang itu mengusir serangga-serangga itu dari api, agar tidak terjatuh ke dalam api, demikian juga senantiasa berusaha menyelamatkan kalian dari api neraka, tetapi kalian berusaha menolakku.” 17 Cara yang ditempuh oleh Rasulullah Saw. Untuk menyampaikan dakwahnya adalah sangat luwes dan santai, sehingga siapapun yang menempuh cara-cara yang dilakukan oleh beliau saw., untuk mengajak orang lain kepada kebenaran, pasti akan sukses. Sebaliknya, jika cara yang ditempuh bertentangan maka ia akan gagal. Demikian pula, hendaknya setiap da‟i mempunyai jiwa yang penuh kasih sayang kepada semua orang, agar mereka dapat menyelamatkan orang-orang itu di dunia dan akhirat. Adapun contoh yang paling baik bagi kita adalah pribadi Rasulullah Saw. Sepanjang hidupnya Nabi saw. Terus menerus berdakwah untuk mengajak manusia beriman kepada Allah, meskipun beliau menghadapi berbagai tantangan dan perlakuan yang tidak manusiawi. Adakalanya beliau saw. Dijerat lehernya dengan sehelai kain oleh musuhnya, adakalanya pula beliau saw. Dilumuri dengan kotoran binatang, adakalanya pula jalan beliau saw. Dijerat lehernya dengan sehelai kain oleh musuhnya. Adakalanya pula beliau saw. Dipenuhi dengan duri-duri, meskipun beliau selalu berusaha mengajak mereka ke jalan yang benar, agar mereka masuk ke dalam syurga. Ingatlah, ketika beliau saw. Berdakwah di kota Thaif, maka beliau saw. Disakiti oleh sejumlah penduduknya dengan kedua kaki dan wajah beliau saw. Terluka. Ketika itu beliau hanya ditemani oleh zaid bin 17 Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Al-Fadhail, 17-19, Al-Bukhari, Ar-Riqaqu 26 haritsah ra, sehingga malaikat penjaga gunung menawari jasanya akan menjatuhkan gunung kota thaif kepada mereka yang telah melukai pribadi Rasulullah Saw., tetapi tawaran baik dari malaikat itu ditolak oleh beliau seperti yang disebutkan dalam sabda beliau berikut ini, Áku masih berharap semoga Allah mengeluarkan anak cucu dari mereka yang mau menyembah Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu baginya. HR Bukhari. Ingatlah ketika wajah beliau Saw. Terluka di medan perang, sehingga darah beliau Saw. Menetes ke bumi, pada saat seperti itu beliau Saw. Masih berdoa sebagai berikut, “Ya Allah, berilah ampun apa yang telah dilakukan oleh umatku terhadap diriku, karena mereka tidak mengerti.”HR Bukhari. Doa Nabi di atas adalah untuk menyelamatkan umatnya dari siksa Allah. Hal ini bisa terjadi karena besarnya rasa kasih sayang beliau Saw. Terhadap umatnya. 18 Begitulah sejatinya para juru dakwah dengan cara mau‟izhah hasanah menyebarkan pesan-pesan dakwah, yaitu dengan penuh kasih sayang, kelembutan, pengayoman, dan tidak memaksa. Dengan itu nilai dakwah akan cepat tersampaikan dan tersentuh di hati masyarakat yang mendengar. C. Siapakah Mad’u Mau’izhah Hasanah? Mengingat bermacam- macam tipe manusia yang dihadapi da‟i dan berbagai jenis antara dia dengan mereka serta berbagai kondisi psikologi mereka, setiap da‟i yang mengharapkan sejuk dalam aktivitas dakwahnya 18 Ibnu Ibrahim, Dakwah; Jalan Terbaik dalam berfikir, dan Menyikapi Hidup, Jakarta: Republika, 2011, h. 317-318 harus memperhatikan kondisi psikologis mad‟u. Kalau kita perhatikan perbedaan gaya dakwah nabi sebelum dan sesudah hijrah, sewaktu di Makkah ataupun di madinah tampaknya salah satunya disebabkan oleh berbedanya kondisi psikologis kelompok-kelompok yang didakwahi. Muhammad Natsir dalam “Fiqh Dakwah” nya sebagaimana yang dikutip oleh M. Munir dalam bukunya metode dakwah, mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan dengan kondisi psikologis mad‟u ini bahwa: pokok persoalan bagi seorang pembawa dakwah ialah bagaimana menentukan cara yang tepat dan efektif dalam menghadapi suatu golongan tertentu dalam suatu keadaan dan suasana tertentu. Seorang da‟i harus memperhatikan kedudukan sosial penerima dakwah. Jika seorang da‟i mencium adanya sikap memusuhi islam dalam diri penerima dakwah, maka dengan alasan apapun dia tidak boleh memperburuk situasi. Dia mesti berusaha sebisa-bisanya untuk menghilangkan sikap permusuhan tersebut. 19 Bila diperhatikan pemaknaan mau‟izhah hasanah dalam ayat-ayat al- Qur‟an maka tekanan tertuju kepada peringatan yang baik dan dapat menyentuh hati sanubari seseorang, sehingga pada akhirnya audiens terdorong untuk berbuat baik. 20 Mad‟u mau‟izhah hasanah sebagaimana kata Quraish shihab ketika menjelaskan al- Qur‟an surat al-Baqarah:232, bahwa mad‟u mau‟izhah hasanah adalah orang-orang beriman kepada Allah dan hari akhir. Ketika menunjuk nasihat ditemukan lagi kata itu, tetapi kali ini berbentuk jamak 19 M.Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, h. 58-59 20 Salmadanis, Metode Dakwah dalam Perspektif Al- Qur‟an, Disertasi Doktor, Pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2002, h. 186-187 dzalikum. Penggunaan bentuk jamak ini mengisyaratkan, lanjut beliau, bahwa petunjuk-petunjuk tersebut akan memberi manfaat untuk banyak orang. Memberi ketenangan dan kebahagiaan untuk seluruh anggota keluarga bahkan untuk masyarakat seluruhnya. 21 Di samping itu mad‟u mau‟izhah hasanah juga bisa dilihat dalam al- Qur‟an surat lukman, yakni sasaran dakwah tertuju kepada keluarga terdekat, dalam hal ini anak. Lukman da‟i dan anak mad‟u. Anak sebagai mad‟u dalam ayat tersebut mendapat nasihat hingga anak mengakui tauhid. Muhammad Abu al-Fath al-Bayanuni mengelompokkan mad‟u dalam dua rumpun besar, yaitu: a rumpun muslimun atau mukminun atau umat istijabah umat yang telah menerima dakwah, dan b Non muslim atau ummat dakwah umat yang perlu sampai kepada mereka dakwah islam. Umat istijabah dibagi dalam tiga kelompok, yaitu: a Sabiqun bi al-khairat orang-orang shalih dan bertakwa, b Dzalimun Linafsih orang fasik dan ahli maksiat, c Muqtashid mad‟u yang labil keimanannya. Sedangkan ummat da‟wah dibagi dalam empat kelompok, yaitu: a Atheis, b Musyrikun, cAhli Kitab, d Munafiqun. Said bin Ali bin Wahf al- Qahthani melakukan pembagian yang hampir sama dengan al-Bayanuni, yaitu membagi mad‟u dengan kategori muslim dan non muslim. Mad‟u dari rumpun muslim dibagi dua, yaitu: a muslim yang cerdas dan siap menerima kebenaran, dan b Muslim yang siap menerima kebenaran, tetapi mereka sering lalai dan kalah dengan hawa nafsu. Sedangkan non 21 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan dan Kesan Keserasian al- Qur‟an, Jakarta: Lentera hati, 2002, vol 1, h. 502 muslim, pembagiannya sama dengan al-Bayanuni, tetapi beliau tidak memasukkan Munafik dalam kelompok non muslim. Sedangkan berdasarkan klasifikasi, masyarakat dapat dihampiri dengan dua pendekatan, yaitu: a. Pendekatan kondisi sosial budaya, yang terbagi dalam masyarakat kota dan desa; b. Pendekatan tingkat pemikiran, terbagi dalam dua kelompok, yaitu: kelompok masyarakat maju industri, dan kelompok masyarakat terbelakang. 22 Seruan dengan mau„izhah hasanah ini tertuju pada orang-orang yang kemampuan berpikirnya tidak secanggih golongan yang diseru dengan hikmah, tetapi masih mempunyai fitrah yang lurus. Demikian menurut al- Baidhawi, al-Alusi, an-Nisaburi, al-Khazin, dan an-Nawawi al-Jawi. Atas dasar itu dalam al- Qur‟an di awal, mad‟u mau‟izhah hasanah bisa dilihat sperti anak, yang lebih bawah ilmunya dengan sang ayah dalam hal itu lukman. Akan tetapi si anak ini, masih bisa mempunyai fitrah dan hati yang bersih untuk bisa mencerna mana yang benar dan mana yang salah. Berdasarkan ungkapan dari Abu al-Fath al-Bayanuni di atas sejalan juga yang di jelaskan al- Qur‟an sebagaimana tutur al-Biqai ketika menjelaskan sasaran dakwah mad‟u dalam al-A‟raf:164 yakni mad‟u atau sasaran dakwah adalah qauman . da‟i yang harus menyampaikan dakwah kepada siapapun, tanpa kecuali, meskipun kepada mereka yang jelas-jelas menentang ajaran Allah swt., sehingga layak menerima azab- 22 M.Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, h. 106-108