Dengan latar belakang inilah ayat tersebut diwahyukan dan mencegahnya
Ma‟qal dari penentangannya atas pernikahan tersebut. Juga di riwayatkan dalam riwayat lain bahwa ayat tersebut diwahyukan
tatkala Jabir bin Abdullah menentang pernikahan sepupunya dengan mantan suaminya. Barang kali, di zaman jahiliah, hak ini diberikan kepada
banyak saudara dekat. Jelas dalam hukum fiqih kita, saudara laki-laki dan sudara sepupu
tidak memiliki perwalian wilayat atas saudara-saudara perempuan atau para sepupunya, tetapi seperti yang kita akan jelaskan dalam pembahasan
ini, makna dari ayat di atas merupakan sebuah aturan umum mengenai perwalian dan selain dari mereka yang tak satupun dari orang-orang ini
dibolehkan menentang pernikahan semacam itu: termasuk ayahnya, ibunya, sepupunya, ataupun orang-orang yang tidak ada kaitan saudara.
15
D. QS An-Nahl: 90
Asbabu an-Nuzul ayat ini terdapat melalui hadits dari Al-Hafizh Ya‟la meriwayatkan dari Abdul Malik bin Umair, dia berkata, 520 yang
artinya: “Berita kedatangan, Nabi saw. Sampai kepada Aksam din shaifi.
Dia bermaksud menemuinya. Namun kaumnya melarang aktsam. Dengan berkata, Engkau pemuka kami tidak rela jika jika kamu berendah diri
kepadanya. Aktsam berkata, kalau begitu, agar ada orang yang menemuinya guna menyampaikan siapa aku dan mengetahui siapa dia.
Maka dia mengutus dua orang untuk menemui Nabi saw. Keduanya berkata, kami utusan aktsam bin Shaifi. Dia bertanya, siapa engkau dan
apa engkau? Nabi menjawab, siapa aku? Aku adalah Muhammad bin Abdullah. Dan apa aku? Aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian Nabi saw membaca ayat „sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan‟. Mereka berkata, Ulangilah ucapan
15
Allamah Kamal Faqih Imani dan Tim utama, Tafsir Nurul Qur‟an, Sebuah Tafsir
Sederhana Menuju Cahaya Al- Qur‟an, Jakarta: Al-Huda, 2008, h. 239-240
itu untuk kami, maka beliau mengulang-ulangnya hingga mereka hafal. Dua orang utusan kembali kepada aktsam dan berkata, „ dia menolak
untuk memerinci nasabnya sampai ke atas. Lalu kami menanyakannya tentang nasabnya. Ternyata dia bernasabkan orang bersih dan
terpandang. Dia pun menyampaikan beberapa kalimat yang kami hafal.‟ Tatkala Aktsam mendengar kalimat-
kalimat tersebut, dia berkata, „ aku berpendapat bahwa dia menyuruh manusia berakhlak mulia dan melarang
berkahlak tercela. Karena itu, jadilah kalian sebagai pelopor dalam
masalah ini, jangan menjadi pengekor. “ HR al-Hfizh Abu Ya’la.